/Ti•ga Pu•luh Li•ma/

8K 299 13
                                    


Ga nyangka uda mo ending aja.
Dan kalau boleh jujur aku obsessed bgt sama cerita ini, ekstra part mereka bnykkkk bgt. Tapi gatau deh bakal aku publish juga atau engga. Kita liat aja ya.

***

Hanya Aldo dan Asha di dalam ruangan sekarang. Aksa pamit karena pekerjaan yang harus diurusnya.

Tak perlu khawatir dengan atmosfir ruangan. Pasti ramai dengan keberadaan Aldo di sana. Kini Aldo sibuk dengan tugas kuliahnya, membuat power point. Padahal Asha jago dalam hal ini, namun apa boleh buat, dua tangan Asha sedang tidak dapat dipakai sekarang. Terpaksa Aldo melakukan semuanya sendiri.

"Lo udah baikan ya ama si bule?" tanya Aldo kembali ke panggilan satu itu. Padahal Aksa itu asli Indonesia, hanya karena ia lulusan universitas di London dan pernah menjadi guru bahasa Inggris mereka, Aldo menyematkan panggil itu.

"Dia ada usaha ngejelasin semuanya," sindir Asha halus.

Aldo yang tengah merenggangkan tubuhnya yang kaku langsung berdecih. "Tanya apa yang mau lo tanya, gw jawab sekarang."

"Lo kenapa baikan sama dia?" tanya Asha sesegera lampu hijau yang diberikan.

"Pertama, karena gw udah sempet berhasil bikin dia ngerasa kalah telak-"

"Ih?" selak Asha tak terima dengan tingkat percaya diri adiknya.

"Waktu itu dia nyamperin lo ke RS, lo malah ngejar gw dan akhirnya nyium gw persis di depan dia. Apa nggak kalah telak tu namanya?"

Asha diam tanpa sedikitpun rasa menyesal atau bersalah, ia paham betul posisinya kala itu. Tak ada yang perlu dipersalahkan.

"Kedua, gw udah nonjokin dia waktu pertama dapet kabar lo ketabrak. Ketiga, dia udah jelasin semuanya dan penjelasannya logis. Keempat, dia bikin gw sadar sama hubungan kita ini. Kelima-"

"Banyak ya?"

"Ya kalau nggak banyak mana mungkin gw biarin dia ada disekitaran lo pas gw nggak ada. Udah gw tendang balik ke rahim mak nya," celetuk Aldo tanpa beban.

"Tadi ke berapa sih? Lima kan? Kelima, waktu lo kekurangan darah, dia donorin darahnya sampe dua kantong buat lo, hanya biar nggak ada darah orang lain yang ngalir di tubuh lo. Sumpah, pemikiran itu kelewat posesif, tapi gw setuju seribu persen. Keenam, setelah donorin dua kantong darahnya sekaligus dia masih kekeh nungguin lo disini. Ketujuh, dia minta gw pulang dan istirahat biar waktu lo siuman gw udah seger dan bisa ngejaga kondisi lo juga. Terakhir, dia keknya cinta banget sama lo. Makanya gw biarin."

Asha tertegun, "Dua kantong darah?"

Aldo mengangguk mengiyakan, "Tapi gw nggak berminat langsung muji dia sebagai pahlawan juga. Tugas gw masih pengganggu hubungan kalian."

Mengabaikan tanggapan asal adiknya, Asha lebih fokus bergulat dengan pemikirannya. Jika seperti ini, apa artinya hubungan mereka sudah sampai di pintu masuk jalan bebas hambatan seperti yang selalu keduanya idam-idamkan?

Asha tak punya alasan untuk terus menyimpan perasaannya, Aksa pun nampak tak segan menyatakan keseriusannya, sedangkan Aldo? Salah satu manusia paling penting dalam hidupnya juga mulai menaruh percaya pada Asha untuk melanjutkan perjalanan cintanya. Apa semuanya sudah-

Belum.

Pemikiran Asha tiba-tiba jatuh pada orang tua Aksa. Apa mungkin restu dapat diterimanya setelah berbagai macam aksi menjatuhkan diri dilakukan Asha?

Asha menghela napas, ya.. kita lihat saja.

.

Setelah dua minggu lebih harus menginap di rumah sakit, dan setelah ia terus memaksa untuk bisa pulang, akhirnya Asha bisa juga memberi komando pada Aldo untuk membereskan peralatannya.

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now