/Ti•ga Pu•luh Ti•ga/

6.9K 288 11
                                    

Play mulmed nya biar lebih ngena.

Dan nanti ada potongan-potongan lirik lagu, LIRIKNYA DIBACA JANGAN DILEWATIN DOANG😭

Liriknya aku bahkan ketik sendiri, nggak copas dari lirik di gugel yang sederet langsung itu. Pahamin makna lirik lagunya. Maknanya dalem bangatt :')

***


Sesuai harapan, kondisi Asha membaik seperti yang dokter perkirakan. Kini sudah satu minggu sejak kecelakaannya. Asha sudah cukup baik, namun dokter menyarankan agar Asha melanjutkan opname demi memastikan kondisinya. Apalagi rasa sakit di kepala masih sesekali dirasakannya.

Itu salah Aksa.

Bukan, bukan bagian menabrak yang mengakibatkannya berakhir seperti ini. Tapi bagian dimana Angkasa bertanggung jawab dan dengan setia menemaninya.

Selama seminggu ini selalu saja Aksa yang duduk di sofa menemaninya tanpa mengajaknya mengobrol, sesuai perintah Asha sendiri. Asha lebih memilih mengisi kedua telinganya dengan earphone dan satu-satunya lagu yang disisakannya dalam playlist. Mengabaikan Aksa yang baru akan pergi jika Aldo datang dan menyatakan kesanggupannya menjaga Asha.

Aksa itu tidak punya hati atau bagaimana sebenarnya? Apa belum jelas kalau Asha itu masih mencintainya? Dengan demikian seharusnya Aksa tidak melakukan semua ini. Saat bahkan ia memiliki anak dan istri yang tengah hamil.

Asha tidak berminat menjadi pelakor, apalagi merebut Aksa yang sialnya tak bisa ia sebut brengsek. Laki-laki itu benar bertanggung jawab atas semua prilakunya masalahnya.

Tapi dengan segala perhatian seperti ini, Asha lama-lama bisa goyah juga. Masih ingat kan kalau Asha memiliki harapan yang besar atas hubungannya dengan Aksa beberapa detik sebelum mengetahui status Aksa sekarang. Lantas ketika semua perhatian didapatkannya begini, Asha tidak bisa menjamin ia tak jatuh hati lagi.

Kedatangan seseorang mengalihkan perhatian Asha juga tentunya Aksa yang tadinya berkutat dengan laptopnya. Itu suster yang harus mengecek kondisi Asha secara berkala.

"Lagunya masih itu?" tanya suster yang memang rutin mengecek sembari membantu melepaskan earphone Asha sejenak.

Asha hanya terkekeh, secara implisit tak ingin membahasnya.

"Kamu mah nggak bosenan ya? Udah seminggu itu-itu terus."

"Lagi suka aja," sebut Asha tak mau ada tanggapan lagi. Untungnya suster itu menurut, dan menjalankan tugasnya.

"Syukur deh, semuanya sesuai perkiraan dokter kok."

"Saya ngajuin rawat jalan, sus."

"Nggak semudah itu," sebut suster sedikit risau. "Belum ada pemulihan yang mendukung kamu untuk bisa langsung pulang. Luka-luka kamu masih perlu pengawasan dokter, kepala kamu juga masih sering sakit. Dokter bilang kalau dia khawatir kejadian yang sama keulang lagi kalau kondisi kamu kayak gini udah dilepas aja."

Asha mengernyit, "Takut saya nyoba bunuh diri lagi? Nggak kok, saya udah nggak punya motivasi kesana lagi untuk sekarang. Saya tetep ngajuin-"

"Enggak, Sha. Kamu nggak boleh langsung pulang sekarang. Kondisi kamu belum pulih sepenuhnya. Lebih baik kita tunggu beberapa hari lagi." sahut Aksa, samasekali tak ingin Asha dengar.

"Saya nggak minta pendapat siapa-siapa."

"Saya juga nggak minta persetujuan kamu, Sha. Saya nggak mau kamu kenapa-napa lagi. Jadi dengarkan saya kali ini."

Bad Teacher Great HusbandWo Geschichten leben. Entdecke jetzt