/Se•be•las/

10.2K 409 9
                                    


Hola kawan-kawan! Maaf author baru balik lagii~ Makin kesini susah juga ya ngimbangin eksistensi yang tak penting di dunia nyata dan (sama aja gak pentingnya) di wattpad.

Intinya selamat kembali bertemu dengan Asha dan Revaldo!! Angkasa nya author simpen dulu ya hehee..

***

Untuk kesekian kalinya dalam rentang 20 menit, Asha kembali menyugar rambutnya. Berupaya merapikan surai tipis di sisi wajahnya, sambil mempertahankan senyuman dan sikap salam di dada nya.

Salahkan Jarren, ketua kelasnya yang harusnya berada di posisinya saat ini. Sudah menjadi ketetapan sekolah bagi para ketua kelas untuk berjaga di depan gerbang untuk menyapa murid-murid yang hadir, sekaligus memperhatikan ketertiban berpakaiannya, sesuai jadwal yang telah di tetapkan OSIS. Hanya saja hari ini, dengan panik Jarren menunjuk Asha secara asal untuk menggantikannya. Tak lain, tak bukan, karena ia sendiri tak mampu tertib berseragam. Alhasil lihatlah sekarang senyum yang dipaksakan Asha sembari menahan lelah akibat 20 menit berdiri.

Untungnya tak begitu lama lagi Asha harus bertahan karena Bel sebentar lagi akan berbunyi, dan gerbang akan di tutup.

Benar saja, bel berbunyi secara tak langsung memerintahkan petugas keamanan sekolahnya menutup gerbang. Asha dan beberapa ketua kelas yang bertugas hari ini, ikut berpamitan pada guru yang mendampingi mereka untuk kembali ke kelas masing-masing. Sampai akhirnya..

"Asha!"

Kepala dan manik indahnya spontan bekerja sama mencari sumber suara. Dan mendapati pemuda compang-camping yang tengah memeluk gerbang yang akan ditutup.

"Sha, gw belom telat kan?" ujar Revaldo disertai berbagai kode yang isinya tak jauh-jauh dari meminta bantuannya agar satpam itu membiarkannya masuk.

"Udah telat, den. Nggak boleh masuk!" omel satpam tersebut membuat Revaldo menajamkan tatapannya pada Asha.

"Kakak Ashlesha yang daku cintai, adik kelas mu ini belum terlambat kan? Amat mulia niat ku untuk datang dan menimba ilmu di sekolah. Janganlah kalian persulit hanya atas dasar permasalahan dari pemikiran sempit seperti ini. Kasihanilah hamba yang telah menempuh ribuan centimeter untuk sampai di tempat ini, sebagai upaya mewujudkan cita-cita bangsa."

Ashlesha bergidik ngeri mendengarnya. Rentetan kalimat itu samasekali tak membuatnya kasihan, malah jijik menyadari siapa yang barusan berbicara.

"Secara teknis, bel memang bunyi dua menit lebih awal. Jadi Revaldo dinyatakan belum terlambat dan diizinkan untuk masuk." Kalimat keputusan dari Asha berhasil membuat satpam yang tadinya berteguh pada keputusannya untuk menutup gerbang, kembali menggesernya agar Revaldo dapat masuk.

"Makasih, Pak. Besar upah mu di surga." ujar Revaldo asal sebelum berlari menuju Asha, hanya untuk mencubit pipinya.

"Makasih Asha ku sayang. Aku jadi makin cinta."

"REVALDO IH!" omelnya karena tangan yang setia menarik-narik pipinya.

"Kenapa zheyenk? Masih kangen ya? Ntar ya kita ketemu lagi, gw mau ke kelas duluan, mau nyontek pr. Daah! Jangan kangen sayang!"

Asha yang melihat bagaimana perilaku mahluk hidup langka barusan hanya bisa berharap ia tak sedang bermimpi. Sial sekali hidupnya jika mimpi pun terus dihantui sosok cenayang dan pujangga receh seperti Revaldo.

*

"AyOoOO! Kanteeen!!!" Ayi dengan sengaja menarik-narik Asha agar menyetujui ajakannya. Sahabatnya satu ini memang agak susah diajak keluar kelas masalahnya.

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now