/Ti•ga Pu•luh Du•a/

6.9K 257 3
                                    

Di sini kesebut nama Kendall Jenner, ada yang masih inget gak Kendall Jenner tuh siapa?

***

Revaldo dengan semangat berlari di koridor rumah sakit menuju kamar VVIP Asha. Setelah lima belas menit lalu dikabari oleh Aksa jika Asha sudah sadar dan dipindahkan, Aldo langsung menarik gas si Kendall Jenner untuk mengantarkannya ke rumah sakit.

Memasuki ruangan, Asha tengah menatap datar ke jendela. Sedangkan Aksa juga diam memperhatikan gadisnya. Aldo tak heran samasekali melihatnya.

Ia mengabaikan Aksa yang beranjak keluar, memberi waktu pada kakak beradik itu. Dan lebih memilih bergegas mendekati Asha.

"Sha.. lo masih marah nggak sama gw?" tanya Aldo kelewat polos.

Tentu saja Asha spontan menggeleng dan menerima pelukan Aldo. Walaupun kali ini tidak bisa seerat biasanya akibat luka-luka dan tangan Asha yang patah.

"Maaf, Sha. Minggu lalu gw emosi, dan gw minta lo pergi biar kita punya waktu sendiri-sendiri. Bukan pergi sejauh itu yang gw maksud, Sha. Lo nggak boleh pergi dari hidup gw! Gw nggak akan bisa hidup tanpa lo."

Asha tersenyum tipis, "Lo harus bisa, Al. Mau gimanapun lo harus bisa."

"Enggak, Sha! Gw nggak mau dan nggak bisa. Pokoknya kalau lo mati, gw mati, Sha."

"Al.." Asha mencoba memberi pengertian pada Aldo. Walaupun ia sedikit takut mereka akan kembali ke titik yang menyebabkan hubungan mereka merenggang minggu ini.

"Sha, gw paham, Sha. Gw ngerti semuanya sekarang. Walaupun nanti lo akan nikah sama cowok pilihan lo, dan gw juga akan nikah dengan cewek yang gw pilih, tetep aja lo harus ada di hidup gw, Sha. Lo harus terus bimbing gw sebagai kakak, dan gw akan terus jaga lo sebagai adik."

Penjelasan Aldo benar-benar merupakan hal yang amat ia harapkan sejak lama. Asha tak menyangka hal ini akan terjadi saat ini sehingga ia hanya bisa membeku dalam senyuman di tengah bahagianya.

"Dan cowok itu tetep harus ngelewatin training seumur hidup dari gw sebelum nikahin lo, Sha." tambah Aldo masih belum seratus persen rela Asha nya diambil dengan mudah.

Asha hanya tertawa. Jujur ia lega sekali saat ini. Sayang sekali lengan kirinya patah, dan tangan kanannya menerima infus. Jika tidak juga Asha ingin langsung menarik Aldo dalam pelukannya.

"Maafin gw ya, Sha. Tapi emang susah banget mutusin hal ini. Gw sayang banget sama lo masalah nya, Sha." ucapnya ditutup kecupan singkat di pipi Asha.

"Gw juga sayang banget sama lo, Al. Nggak mungkin gw nggak sayang lo."

Aldo beralih melepaskan tas yang tadinya masih menyampir, dan meletakkannya di atas nakas.

"Bawa apa aja coba?" tanya Asha melihat ransel yang Aldo bawa.

"Sha.." panggil Aldo melenceng dari pertanyaan. "Itu janji gw untuk mulai sayang lo sebagai kakak, dan bukan yang lain kayak sebelumnya. Boleh nggak.."

Asha mengernyit tak mengerti. "Gw mau cium lo, Sha. Terakhir kali ini aja." pinta Aldo seperti anak kecil yang meminta permennya.

Asha hanya tertawa mendengarnya. Senyumnya tercipta ketika Aldo mulai mendekatkan wajahnya dan tak bisa mengalihkan pandangan dari bibirnya. Dan Asha juga merasakan apa yang Aldo sebut 'tersetrum' ketika pertama bibir mereka bertabrakan.

Aldo memanfaatkan keadaan dengan begitu baik. Ia kelewat senang bisa merasakan bibir manis gadis kesayangannya walau untuk yang terakhir. Ia benar menikmati tiap detiknya ketika ia melumat bibir itu.

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now