/Du•a Be•las/

8.6K 382 12
                                    

I'm back!! Makasih kalian yang setia bikin aku senyum, mulai dari angka read, vote, atau malah comment penyemangat yang bener-bener bikin semangat. Makasih ya!
Selamat membaca!

***

Mulutnya tak berhenti mendesis menahan sakit. Apalagi yang kini mengobatinya bukan Asha seperti harapannya layaknya di kisah romansa biasanya. Melainkan guru penjaga UKS yang mengobatinya tanpa pri-kemanusiaan dan pri-keadilan. Ditambah lagi omelan yang tak henti-hentinya ia terima karena berkelahi membuat Revaldo amat tidak betah berada di ruangan ini.

"Udah kan Bu?"

"Belum! Udah kamu diem aja!" Omel guru itu setelah memberikan alkohol di luka Revaldo.

"Ih Sha, peluk. Biar nggak perih." pintanya yang hanya memancing omelan gurunya.

Asha pun terkekeh karena rentet omelan dari gurunya ia yakini menambah kepenatan Revaldo. Entah angin dari mana, Asha menautkan tangannya di tangan kiri Revaldo. Seolah meminta cowok yang membelanya tadi untuk menyalurkan perih dari betadine yang tengah dipakainya.

Tak memaksa Revaldo disiksa lebih lama lagi, plester ditempel di luka cowok itu. Menandakan selesainya penderitaan Revaldo menghadapi guru bawelnya.

"Makasih, Bu!" ucap Revaldo memotong omelan gurunya yang tak kian berhenti sambil berlari keluar UKS menggandeng Asha.

Tawa menghambur dari bibir keduanya mendengar gurunya masih mengomel dari balik pintu.

"Sukurin. Bandel sih lo."

"Kan gw cuma membela kebenaran. Kasian kan kalau kebenaran nggak salah, main disalah-salahin trus nggak ada yang bela. Eh... Kalau salah berarti bukan kebenaran ya? Kesalahan dong, Sha." oceh panjang Revaldo yang hanya ditanggapi kekehan kecil Asha.

"Udah ih lepas."

"Yah inget." decak kecewa Revaldo, namun tetap melepas genggamannya seperti permintaan gadis itu.

"Eh tapi.." Revaldo meneliti setiap inchi tubuh gadis dihadapannya. "Lo nggak apa-apa kan? Tadi nggak sakit kan?"

"Kan lo yang kena tonjok, Al. Ngapain nanyain gw sih."

"Owh iya, bekelnya beneran nggak apa-apa kan?"

Asha mengernyit mendengar penuturan Revaldo yang masih saja mengurusi bekalnya. "Ya kalau kenapa-kenapa juga nggak apa-apa. Kan bisa bikin lagi."

"Tapi sayang, Sha. Kita tuh nggak boleh buang-buang makanan. Kita harus bersyukur atas apa yang kita punya. Banyak orang di luar sana yang kelaparan dan kesusahan. Rela menderita hanya untuk mendapat makanan yang kita buang itu."

Asha memutar bola matanya malas. Mulai deh drama nya.

"Gimana kalau kita ada di posisi mereka? Selak omongan gw kek, Sha. Gw bingung mau lanjutin apa lagi." ujarnya polos membuat Asha tertawa.

"Udah ah, gw mau kelas. Nanggepin lo berdrama nggak ada abisnya."

Gadis itu berbalik meninggalkan Revaldo. Namun belum berapa langkah, Revaldo menahannya. "Tapi lo kan belum makan, Sha."

"Owh iya, gara-gara lo kan. Gw tinggal lapor Ayi." ujar Asha ringan, meninggalkan Revaldo dengan sedikit kekhawatiran dan penyesalan. Seharusnya ia tak membuat gadis itu malah tak makan.

*

"Lo mau kemana lagi sih, Sha? Udah tadi ngacangin trus ninggalin gw. Enak banget sekarang mau pergi-pergi lagi."

Asha terkekeh mendengarnya, sedikit banyak baru menyadari jika tadi ia memang mengacuhkan Ayi dan sibuk dengan Revaldo. "Maaf deh."

"Sekarang lo mau kemana?" tanya Ayi lagi, menginterupsi kegiatan Asha mengemas barangnya.

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now