/E•nam Be•las/

7.6K 337 3
                                    

Semoga kalyan ga jadi ngegas sama Aksa ya.

***

Ashlesha masih mengunci mulutnya. Begitupun Angkasa yang tak memancing obrolan.

Keduanya membiarkan deru mobil yang mengisi keheningan sejak lima belas menit lalu meninggalkan lingkungan sekolah.

Ashlesha marah, kesal, kecewa, tak terima. Namun ia juga tak bisa mengelak ketika semua guru mengusirnya, dan Aksa yang memaksanya untuk ikut pergi dari sana. Bahkan cowok itu berani-beraninya menggandeng tangan Asha ke kelas untuk mengambil tas setelah surat pemecatan dari sekolah diterima keduanya.

Pikirannya kalang kabut. Ia harus bicara apa pada ibunya? Dikeluarkan dari sekolah karena berbuat mesum?

Gadis itu merutuk dalam hati, seharusnya sejak awal ia tak mengucapkan kata-kata pemicu perang. Pasti semua tak akan berujung komplikasi tak terselesaikan ini.

Apalagi menyadari jika statusnya sebagai siswa yang dikeluarkan dari sekolah hanya akan menyulitkannya mencari kerja. Dan Aksa sendiri, belum tentu lelaki itu tidak marah padanya kan. Bisa saja diamnya kali ini menahan emosi karena kehilangan pekerjaannya.

Aduh Ashlesha, kenapa kau nampak jago sekali dalam menciptakan masalah?

Angkasa sendiri sengaja diam. Seharusnya memang hal ini yang dilakukan setelah peristiwa yang amat besar menimpa gadisnya. Jujur, ia merasa bersalah. Kebodohannya membuat Asha dikeluarkan dari sekolah. Kebodohan macam apa itu?!

Sebenarnya bisa saja ia memasukkan Asha ke sekolah yang jauh lebih elit dibandingkan sekolah itu. Namun kini permasalahannya, Asha mau atau tidak? Semua tau jawabannya bukan?

Ia juga berharap semoga calon mertuanya tidak marah mendengar kabar ini. Putrinya dibuat keluar dari sekolah karena berita miring. Bagaimana Aksa harus berbicara jika begini ceritanya?

Namun ia menepis semua kegelisahan itu. Sepertinya berterusterang akan memberi yang terbaik.

Aksa memutar kemudi nya memasuki pekarangan rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilnya sempurna, ia sempat menghela napas sebelum keluar dari sana.

Tanpa berpikir dua kali, Aksa menggandeng gadisnya. Terpikirkan olehnya untuk menolak jika Asha ingin melepaskan tangannya, namun sepertinya tak perlu karena gadis itu pasrah saja menerimanya.

"Biar saya yang ngomong sama Mama kamu."

Tak ada tanggapan, mereka kembali berjalan dalam diam. Sampai di pintu yang Asha arahkan, gadis itu sempat berhenti sejenak. Seolah ragu dengan keputusan ini.
Namun Aksa meyakinkannya dengan mengeratkan genggaman, dan mendorong pintu perlahan.

Terlihat Trisha tengah berbincang dengan salah satu pasien lain. Sepertinya ruangan ini merupakan kamar kelas 3 karena terdiri dari enam brankar yang kini tak terisi sepenuhnya.

Penduduk ruangan mengalihkan perhatiannya ke pintu. "Loh kok udah pulang?" tanya Trisha sedikit terkejut, mengingat jam masih menunjuk angka sepuluh.

Asha melepas genggamannya dan langsung memeluk ibunya, "Maafin Asha, Ma." ujarnya tanpa mampu meredam tangisnya lagi.

"Ada apa ini?"

"Ini bukan salah Asha samasekali, Tan. Ini sepenuhnya salah Aksa. Gara-gara saya.. Asha dikeluarkan dari sekolah, Tan." jelas Aksa perlahan khawatir kenyataan mengejutkan akan berefek pada kondisinya.

Sorot keterkejutan nampak kontras di netra nya, "Kok bisa?" Namun dengarlah pertanyaan yang disampaikan ini. Samasekali tak menyalahkan atau berisi emosi. Aksa kira setelah sempat menyakiti putrinya dulu, kini akan ada tamparan pedas didapatkannya.

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now