/Du•a Pu•luh/

7.6K 334 29
                                    


Aku sempet dibikin kinap sama wattpad gais :'(
Cerita aku sempet ilang semua 😭
Ini gatau gimana untungnya muncul lagi.
Jangan lagi-lagi deh wattpad, serangan jantung authornya.

***

Langkahnya terasa lebih berat. Ia tak menyangka saat-saat terakhir tahun SMA nya akan memberi sebegitu banyak kejutan. Jika begini ceritanya, lantas Asha sudah tidak pernah suka lagi dengan suatu kejutan.

Heels lima centi yang merupakan seragam kerja nya, ikut-ikutan menambah penderitaannya. Padahal shift pertama nya hari ini sudah membuatnya pegal dengan tujuh jam berjalan-jalan, walaupun sebagian besarnya berdiri saja.

Mengingat ia hampir tiba, Asha spontan merubah air muka nya seiring tangan kanan yang mendorong pintu kamar inap ibunya.

Gadis itu mengernyitkan dahinya. Sedikit kejutan lagi sepertinya. Kita lihat, Asha akan menyukainya atau tidak.

"Sha," sebut cowok itu cepat ketika menyadari kehadirannya.

Revaldo yang tadinya tengah duduk mengobrol dengan Trisha spontan beranjak menghampiri Asha. Kedua tangannya dengan cepat menangkap gadisnya, membantunya dalam menelusuri apa yang dikhawatirkannya.

"Gw udah denger semuanya, Sha. Gw yakin lo nggak mungkin ngelakuin yang aneh-aneh. Pasti si bangsat itu kan yang maksa lo? Dia udah berani ngapa-ngapain lo kan, Sha? Gw bakal laporin dia ke polisi. Dia bakal tanggung jawab atas semuanya. Dia nggak akan bisa pergi gitu aja setelah kebrengsekan-"

"Enggak." selak Asha singkat dengan langsung melepaskan pegangan Revaldo dari lengannya.

Mendapat tanggapan yang belum pernah diduganya, mengagetkan Revaldo. Ia membeku di tempatnya, menunggu Asha menjelaskan semuanya.

Bukan jawaban, Asha hanya bergeser untuk melanjutkan langkah mendekati brankar ibunya. Sikap tak acuh nya berhasil membuat Revaldo jengah, "Apanya yang enggak, Sha?" tanyanya dengan intonasi sedikit lebih tinggi.

"Apapun yang lo denger itu nggak bener." Asha berbalik menghadap Revaldo, suasana hati Asha tanpa sadar langsung panas ketika cowok yang jelas-jelas tak memiliki urusan dengannya main ikut campur. Dan dengan mudahnya menyalahkan Aksa. Padahal ibunya sendiri tak pernah mempersalahkan Aksa.

"Dia nggak maksa gw. Dan dia samasekali nggak ngapa-ngapain gw-"

"Tetep aja lo dikeluarin dari sekolah karena dia, Sha! Otak lo kemana sih? Dikeluarin dari sekolah bukan hal kecil yang bisa dimaklumin gitu aja. Kalau udah kayak gini lo mau apa?"

Trisha menghela napasnya. Perdebatan seperti ini tidak akan berguna apa-apa. Semua yang dipermasalahkan telah terjadi, dan sikap makin mempermasalahkan ini yang berpotensi memperkeruh suasana.

"Asha, Aldo," panggil Trisha yang langsung menghentikan niat Asha memberikan serangan balik.

"Sini, kalian duduk di sini."

Aldo duduk di kursi yang ada, sedangkan Asha duduk di sisi brankar ibunya. Ketiganya kini diam, tak lain merupakan niat Trisha mendamaikan perang barusan.

"Kalian bertengkar seperti tadi, memang apa manfaatnya?" tanya Trisha perlahan agar pesannya tersampai sebaik mungkin.

"Kalau tadi Asha makin membentak, Aldo juga makin emosi, menurut kalian setelah ini akan seperti apa? Kita langsung mendapat jalan keluar, atau malah permasalahan kian bertambah?"

Aldo yang kini layaknya anak kecil ketika diomeli oleh ibunya, hanya menatap tangannya pasrah. Membenarkan juga ucapan Trisha.

Pandangannya spontan terangkat ketika tangan Asha bergerak naik untuk menghapus air mata. Dalam hati ia mendengus tak terima. Asha yang jadi cengeng atau ia yang berhasil membuat gadis itu menangis?

Bad Teacher Great HusbandOn viuen les histories. Descobreix ara