/Du•a Pu•luh Tu•juh/

6.6K 277 22
                                    


Aloha! Udah pada beli ebook Stay with Me Forever belum??? Hayu atuh mumpung masih anget😆

***


Dua tahun kemudian..

Rambutnya terbungkus handuk, begitu pula tubuhnya. Namun Asha sudah sibuk mempersiapkan jas milik Al. Sedangkan Aldo hanya sibuk memainkan ponselnya di atas kasur, mengabaikan kakaknya yang semangat sekali memaksanya mengikuti promnite perpisahan sekolah.

Aldo samasekali tak masalah sebenarnya dengan promnite, namun niat kakaknya untuk mencarikan pacar lagi untuknya itu yang membuatnya sebal.

"Udah deh," ucap Asha sembari meletakkan dasi -item terakhir yang diambilnya, ke atas kasur.

"Gw nggak usah ikut lah, Al."

Aldo mengangkat pandangannya, berusaha langsung menatap mata Asha dan mengabaikan tubuh gadis itu yang terbungkus handuk kimono putih.

"Iya, tapi gw juga di rumah."

Decakkan langsung keluar dari dari bibir Asha. Sejak hubungan Aldo dengan gadis yang seingatnya bernama Lara dua tahun lalu, Aldo samasekali tak pernah lagi berpacaran. Atau bahkan sekedar dekat dengan perempuan. Sebenarnya ada satu hal yang Asha khawatirkan tentang itu. Mengenai hubungan mereka juga. Namun..
Sulit menjelaskannya.

"Ih, lo mah. Yaudah, tolong ambilin heels gw di rak ya."

Aldo mengernyit namun tetap berjalan sesuai perintah, "Sejak kapan lo suka pake heels."

"Nggak pernah."

"Terus?" tanya Aldo jadi menghentikan langkahnya.

"Biar ketauan kalau gw tuh kakak lo. Masa gw yang jadi kakak tapi gw yang lebih pendek."

"Dih, nggak ada peraturannya untuk lebih tinggi."

Asha mengabaikan ucapan adiknya dan lebih memilih kembali ke kamarnya untuk mengenakan gaun pesta yang diberikan ayahnya. Saat ini ia tengah ada di rumah ayahnya, bersama Aldo juga ibunya. Untuk hubungan Asha dengan ibu dari Aldo sendiri tak terlalu baik. Ya, tak beda jauh dengan hubungan antara Aldo juga ayahnya, dengan wanita itu.

Untungnya saat ini wanita itu tak sedang ada di rumah sehingga Asha bisa lebih bebas dekat dengan Aldo. Jika sebelumnya, bahkan Aldo yang harus berkali-kali bertengkar dengan ibunya agar tak terus menjatuhkan Asha atau bahkan meminta mereka mengabaikan hubungan kakak adik itu.

Ia jadi teringat bagaimana wanita itu menganggapnya perusak hubungannya dengan suami juga anaknya, sedangkan Aldo sendiri membalikkan kalimat itu dengan pernyataan kalau ibunya lah yang menjadi penyebab semua hal tak diinginkan terjadi. Aldo dengan jelas menegaskan bila ia lebih bersyukur tidak dilahirkan daripada harus menjadi alasan ayahnya meninggalkan Asha.

Dan itulah alasan mengapa Asha secara tak langsung memaksa Aldo untuk memiliki pacar. Setidaknya hal itu mungkin bisa membuat ibunya percaya jika hubungannya dengan Aldo benar hanya sebatas kakak beradik, bukan hubungan seorang pria dan wanita seperti yang ia kira. Atau mungkin.. yang juga mereka harapkan.

Gaun yang terlepas dari hanger nya membuyarkan lamunan Asha. Ia mengutuk diri, bisa-bisanya kembali membayangkan hal yang seharusnya samasekali tak masuk dalam khayalannya. Asha benar-benar sadar jika harapannya itu hanya muncul akibat kekosongan di hatinya, juga ketakutan jika suatu saat Aldo akan pergi dan ia akan kembali sendiri.

Seharusnya Asha tak seegois itu. Aldo berhak bahagia.

Ia kembali fokus merias diri, setidaknya ia harus pantas bersanding dengan Aldo di pesta perpisahan cowok itu.

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now