/E•nam/

12.5K 547 3
                                    


Bola berwarna biru kuning itu tengah menjadi pusat perhatian dua belas orang di lapangan. Termasuk Asha, yang lebih memilih bermain voli dibanding bergabut ria di kelas.

"Bego Bagas! Kenapa nggak diambil coba?!" Omelan spontan keluar dari mulut mercon seorang Airin ketika bola umpan terakhir berhasil memasuki lapangan mereka dan menyatakan kekalahan timnya.

"Gw capek sayang."

"Sayang-sayang. Pala lo sayang."

Asha yang terbiasa dengan pemandangan seperti itu hanya terkekeh. Tak berniat mencampuri atau memisahkan.

Gadis itu duduk lesehan begitu saja di lapangan. Meluruskan kakinya dan mengistirahatkan diri.

"Kantin, Sha."

"Ntar ah, ngambil napas dulu."

"Ntar gw ambilin, ayo cepet. Gw haus." jawabnya mengundang gelengan disertai kekehan.

Mengacuhkan paksaan Airin, Ashlesha malah menyodorkan botol minumnya. Airin pun sudah pasrah. Sahabatnya itu kalau sudah tidak mau ya tidak mau. Keras kepala Ashlesha melebihi level mulut bacot seorang Airin.

"Anak-anak teater kapan pentas lagi sih?"

"Gatau, katanya dua bulan lagi mau ikut lomba. Tapi latihan juga pada males-malesan." Ashlesha membanting-banting bola voli yang tadi dioper Bagas untuk ia pegang, seolah menyalurkan juga kekesalannya.

Airin ingin melanjutkan percakapannya dengan Ashlesha, secara kali ini mereka masih berada di zona nyaman jam kosong. Namun karena jam olahraga mereka bertabrakan dengan kelas lain, alhasil lapangan futsal tengah digunakan. Pertandingan panas tengah berlangsung sepertinya, melihat banyaknya penonton yang bukan hanya dari angkatan mereka.

"Apaan sih tuh?"

Asha mengedik, "Berebutan cewek palingan." jawabnya ringan. Bukan kenapa, namun hal itu sudah beberapa kali Ashlesha lihat. Pertandingan sengit berujung pertengkaran yang hanya didasari alasan basi. Memperebutkan perempuan yang bahkan biasa menjadi bahan pembicaraan.

Entah apa yang ada di pikiran mereka yang sepertinya hanya menggunakan sekolah sebagai tempat mencari pacar. Kalau seperti itu, tak heran banyak kejadian-kejadian yang tak diinginkan.

"Minggir yuk, kena bola ntar." ajak Airin yang tak menunggu jawaban namun langsung menarik lengan sahabatnya agar berdiri.

"Asha, bola!"

bugh..

Asha spontan meringis memegangi bahu nya yang terkena lemparan bola. Padahal niatnya berdiri untuk menghindari, nyatanya malah memberi akses lebih.

"WOY, MINTA MAAF BEGO!" teriak Airin kepada pelaku yang malah membeku.

Asha dikejutkan dengan kehadiran seseorang. Ya walaupun ia tak benar-benar terkejut. "Dibilangin ada bola."

"Ya lo ngomongnya sepersekian detik sebelum bola nyampe, gimana gw ngindarnya?!" omel Asha balik, tidak diterima disalahkan saat ia yang juga menjadi korban.

"Iya maap, dimaapin ga?"
"Gak."

Perhatian keduanya teralih mendapati pelaku penendang bola yang mendekati Asha, tepatnya berupaya meraih bola futsalnya. "Maaf, gw nggak sengaja." ucapnya lalu berbalik begitu saja. Dan langsung ditahan oleh Revaldo.

"Ih tunggu, dimaapin nggak Sha?"

"Hm." dehamnya singkat, mengiyakan.

Cenayang recehnya itu berdecih tak terima, "Gw nggak dimaapin, kok dia enak banget dimaapinnya?"

"Ya dia kan nggak sengaja. Lo mah apaan, ngakunya cenayang tapi ngasih tau ada bola aja cuma pas udah ketauan ada bola."

Merasa profesi kebanggaannya direndahkan, membuat Revaldo berdrama dengan menatap Ashlesha marah. Seolah jika di film-film, akan tergambar jelas kobaran api di matanya.

Asha yang melihat adik kelas recehnya itu akan kembali mereceh, membuatnya hanya memilih untuk mengacuhkan dibanding menanggapi. Revaldo pun jadi menghela napas, kecewa niat drama nya gagal. "Nih gw buktiin kalau gw cenayang profesional. Gw ramal kita akan bertemu di kantin."

"Najis copas novel orang." Celetuk Asha memacing gelak tawa Revaldo.

"Ya kan gw ngeramal yang deket-deket dulu, kalau langsung gw ramal lo nanti jadi jodoh gw, lo nya kesenengan."

Asha tak percaya bisa bertemu mahluk semacam ini. Ia sempat berpikir, mimpi apa ia malam tadi sampai harus menghadapi kerecehan Revaldo. Ia berbalik meninggalkan adik kelasnya yang masih tertawa itu tanpa pamit lagi.

"Asha!" Panggilnya setelah gadis itu agak jauh.

Asha menengok sebentar untuk menanggapi panggilan itu.

"UKS ngga?" Dan gelengan menjadi jawabannya.

Melihat gadis itu semakin menjauh bersama temannya, membuat Revaldo ikut berbalik.

Ia sendiri tidak tau kenapa tadi rela jauh-jauh berlari memutari lapangan setelah menangkap bayangan seorang Ashlesha hanya untuk memperingatkan gadis itu agar berhati-hati. Ia juga tidak tau kenapa merasa panik dan kesal ketika melihat kakak tingkatnya itu benar-benar terkena bola.

Kini hanya satu hal yang ia tau. Ia tau keadaan Asha tidak terlalu buruk, dan masih wajar untuk berjalan ke kantin. Setidaknya ia sudah memastikan jika Asha baik-baik saja.

***

Eh apa nii? Revaldo jadi kenapa nii..

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now