/De•la•pan/

12.1K 502 2
                                    


Tanpa sadar Ashlesha memperhatikan lekat tangannya sambil meremas jari, masih gemas dengan kelakuan si guru menyebalkan.

"Woe, kalem Bang."

Asha mengangkat pandangannya. Spontan mundur selangkah ketika menyadari tubuh yang beberapa centi lebih tinggi darinya itu telah berada tepat dihadapannya.

"Apa sih?" sinis Asha langsung.

"Idih, yang salah siapa, yang ngomel siapa. Makanya, kalo mau jalan tuh buka yutup dulu. Liat tutorial jalan yang baik dan benar. Biar nggak nabrak orang."

Mendengar ucapan ngawur yang sudah diprediksinya akan muncul membuat Asha hanya memutar bola matanya malas. Menegaskan kenyataan bahwa ia memang malas berhadapan dengan adik kelas recehnya ini.

Berbanding terbalik dengan Asha, Revaldo malah semakin gemas melihat ekspresi  jutek di wajah manis itu. Sepertinya wajah itu sedikit tidak beruntung karena dianugerahkan pada si cuek Asha.

"Ih, nggak punya kuota lo ya? Kalo gitu liat gw aja. Gw kan model inter-universe. Ntar lo terpukau melihat kelihaian gw dalam berjalan."

Asha menutup mata, meletakkan tangan kanan di dada kirinya layak orang yang ingin menyatakan ikrar. "Mulai detik ini gw bersumpah untuk nggak nolongin dan malah ketawa paling kenceng kalau ni cenayang cupu jatoh keserimpet guling-guling dan akhirnya terperosok-"

"Weitss, jangan gitu dong Bang." tahan Revaldo, dengan cepat menurunkan tangan kanan Asha.

"Udah lo minggir."

Revaldo kembali menahan langkah Asha. "Tunggu-tunggu."

Tangannya terulur ke bahu kanan Asha. Mengibaskan sesuatu dari sana. "Kalo mau romantis-romantisan kayak di novel tuh sisa nasi nya di sudut bibir, bukan di pundak. Lo mah nggak kreatif."

"Gw juga nggak berminat romantis-romantisan kayak di novel sama lo, Revaldo Julian Riellon!"

Bukannya meringis mendapat omelan penuh penekanan, yang barusan namanya disebut malah secara gamblang memekik senang. "Aaaa! Asha hapal nama panjang gw! Gw juga hapal nama panjang lo, Sha! Ke KUA yuk, gw udah siap ijab kabul."

Asha melotot tak percaya dengan apa yang baru ditangkap indra pendengarannya. Sesaat selanjutnya ia mempertanyakan kewarasan otaknya. Mungkinkah ia tengah berhalusinasi? Karena rasanya sedikit tidak mungkin mendapati manusia semacam ini di bumi.

"Lo ketimpuk apaan sih tadi di lapangan?" tanya Asha sarkas dan langsung memilih untuk beralih daripada terus-terusan menghadapi salah satu perwujudan dari alien di bumi.

*

Bukan Revaldo namanya jika tidak mereceh dimana-mana. Buktinya kini ia sibuk berorasi menyatakan kecintaannya pada salah satu guru bidang studi hanya karena mengundur waktu ulangan. Tak hanya orasi dengan kata-kata tinggi, Revaldo bahkan mencoret-coret wajahnya dengan ikon love disertai nama gurunya di lapangan. Hal yang sudah biasa bagi angkatan kelas sebelas itu berhasil memecah suasana jam pulang sekolah. Sayangnya hal itu hanya berlaku untuk angkatannya, sedangkan kelas dua belas malah menatapnya cuek, dan kelas sepuluh tak berani ikut campur.

Begitu juga dengan Ashlesha yang dengan cueknya berjalan tanpa ekspresi menyebrangi lapangan. Bayang-bayang gadis manis itu tentu tertangkap jelas di netra Revaldo yang sepertinya telah di setting otomatis setiap melihat tanda-tanda kehadiran Ashlesha. Namun karena ia tak punya alasan dan masih sibuk dengan orasinya, Revaldo mengurungkan niatnya untuk mengganggu kakak kelasnya itu.

Mereka memang tak memiliki hubungan khusus, namun entah. Rasanya Revaldo ingin setiap waktu dimanfaatkan untuk mengganggu gadis itu. Tidak-tidak, Revaldo tidak mungkin secepat itu memiliki perasaan. Lagipula ia punya pacar. Hanya saja.. entahlah, cowok itu juga tidak mengerti dengan apa yang dirasanya.

Angin apa yang tiba-tiba berhembus, ikut menerbangkan mood baik Revaldo. Bukan salah angin sebenarnya. Otaknya spontan dipenuhi tanda tanya, curiga, dan sedikit marah kala melihat Ashlesha untuk kesekian kalinya menemui guru baru itu.

Ia penasaran dengan alasan gadis itu selalu di sekitaran Virgo. Agak janggal melihat sikap seperti itu dari seorang guru pada muridnya. Apalagi kali ini Ashlesha yang menjadi objeknya. Revaldo samasekali tidak suka!
Revaldo menyudahi orasinya begitu saja, berhubung moodnya yang telah jatuh tiba-tiba.

Sedangkan Ashlesha yang sejak awal memang tak peduli, juga langsung memasuki ruangan Angkasa setelah aba-aba. Tak menyempatkan diri untuk sekedar melihat keramaian yang tiba-tiba hilang tadi.

"Ada apa di lapangan? Sepertinya ramai."

Ashlesha mengedikkan bahunya sebagai jawaban.

"Kamu bukannya baru lewat sana? Nggak lihat ada apa?"

"Yang penting nggak ada yang ngalangin jalan saya. Yaudah." Jawabnya Asha banget. Lugas.

"Sekarang apa?" lanjutnya lagi.
"Bantu saya dekor ulang ruangan ini ya?"

Kernyitan tersurat jelas di dahi Ashlesha, "Saya bukan manusia estetik kayak Cintya, Pak. Mana bisa nyusun sama ngehias ala tumblr gitu."

Aksa tersenyum, "Saya juga nggak minta ala tumblr kan. Ala kamu aja gimana. Saya pasti suka."

Ucapan singkat dari Aksa lagi-lagi berhasil mengombang-ambingkan degup jantungnya. Asha curiga ia terkena guna-guna.

Kecurigaan langsung ditepisnya ketika Aksa mengacak rambutnya. Yang lagi-lagi hanya membuatnya berdesir dan menerbangkan ratusan kupu-kupu dari perutnya.

Tidak-tidak, Asha tidak boleh secepat ini jatuh cinta!
"Ayo kita beli barang-barang nya," ajak Aksa lanjut mengambil kunci mobilnya dan berlalu dari ruangan itu.

Tanpa sadar Asha berharap tangan itu menggenggamnya seperti pagi tadi.

Ah! Ia sendiri yang melanggar tidak boleh nya. Asha sudah kembali jatuh cinta jika begini ceritanya.

Asha tidak takut untuk kembali jatuh cinta. Ia hanya takut jika jatuh sendiri.

***

Happy reading! Vote kalau suka, comment apanya yang disuka😉

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now