Blush.

Lisa blushing, dan itu karena Hanbin.

Lisa seakan tersadar dari lamunanya, tangannya menepuk pipinya berkali-kali seakan mencoba menyadarkan dirinya sendiri. Dia merindukan Hanbin, itulah
faktor utama bayangan dua tahun lalu hadir.

Dibalik sikap egois, kasar dan semena-mena nya Hanbin. Lisa akui, pria itu mempunyai caranya sendiri untuk membuat Lisa merona dan seakan beruntung sekali memiliki Hanbin disisinya.

Namun sayang seribu sayang, rupanya kenyataan telah menamparnya. Kisahnya sekarang tidak lagi semanis dua tahun lalu, hubungan nya sudah semrawut. Dipaksakan pun hanya akan menambah sakit, Lisa hanya bisa pasrah saja. Menunggu keputusan Hanbin untuk hubunganya kedepan.

"Ikut nggak?" suara Jennie seakan melempar Lisa pada kenyataan yang sebenarnya, gadis itu menatap satu persatu manusia disekitarnya yang kini juga telah menatapnya penasaran. "Kalau nggak ikut-pun nggak apa-apa, gue maklum." lanjut Jennie.

"Lo mending istirahat aja, muka lo pucet banget Lis." saran Jay.

"Akhir-akhir ini juga kayak nya sibuk banget, gimana udah ada kepastian?" tanya Bobby.

Lisa tahu, maksud dari perkataan Bobby adalah tentang beasiswa nya. Teman-teman nya itu selalu saja bertanya hal serupa, seakan-akan terlampau khawatir akan keputusan Lisa. Terlebih Jennie, gadis itu seakan tidak rela melepas Lisa mengejar cita-citanya.

Alasan nya hanya karena dia tidak bis bertemu Lisa secara intens. Kekanakan, tapi cukup membuat Lisa terharu.

"Semuanya udah selesai kok, Bang. Pengumuman keluar minggu depan, jadi kaya nya gue bisa ikut nonton konser perilisan album perdana kalian." jawab Lisa dengan senyuman manis bertengger di wajahnya.

"Yakin?" tanya Jay. Ada raut kekhawatiran di wajahnya.

Lisa mengangguk pasti. "Yakin, gue nggak bisa main kucing-kucingan terus kan?" candanya.

"Kalau Hanbin ngapa-ngapain lo, bilang gue." balas Jay.

Ah, Lisa beruntung sekali mempunyai teman sekaligus kakak seperti Jay. Walau terlihat cuek, tapi dia-lah orang yang paling menjaga Lisa juga mengkhawatirkan Lisa. Dibalik sikap sok cuek nya itu, Jay mempunyai segudang perhatian yang dia limpahkan pada Lisa. Dan hal itu juga yang selalu menjadi topik pembahasan Hanbin yang berujung cekcok tidak jelas. Hanbin cemburu, cemburu pada teman nya sendiri.

Lucu bukan? Ketika Lisa cemburu pada Danah, dan Hanbin merespon seolah-olah itu adalah kesalahan besar. Lalu apa
kabar dengan sikap ke over proctektif-an Hanbin padanya? Sungguh tidak adil.

"Jangan telat, besok sore harus udah ada di lokasi. Nggak perlu lewat jalur masuk biasa, kalian lewat belakang aja nanti kalau udah sampai langsung telpon kita. Biar nggak desek-desekan lagi." jelas June.

Keempat gadis itu mengangguk.

"Em..Hanbin tau gue bakalan nonton?" tanya Lisa ragu.

Keenam pria itu menggeleng.

"Dia nggak tau, tapi ada kemungkinan dia mau lo dateng." kata Chan.

Lisa mencebik, antara percaya dan tidak. Setelah break itu bahkan Hanbin benar-benar tidak pernah memberinya kabar. Mustahil jika pria itu berharap tentang hadir tidak nya Lisa di acara perilisan album pertamanya.

"Gue tau, sekacau apa dia sekarang. Si Hanbin, nggak pernah kaya begini sebelumnya. Kita tunggu aja, sampai dia sadar sama perasaan nya sendiri." lagi, Chan berbicara begitu santai sambil memakan kinderjoy yang tadi dia beli di alfajuni.

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now