"Udah yakin banget tuh anak." gumam Jay.

"Gue iri sih, kalau gue punya otak kaya Lisa gue juga nggak bakal sia-siain itu. Mau kejar cita-cita gue sampai tercapai." ucap Jennie, "Gue legowo aja, masa depan gue cuma ada di perusahaan papi." lanjutnya.

Rose tertawa sembari menepuk pundak Jennie seperti menenangkan gadis itu. "Lo enak sih, masa depan udah terjamin. Nggak perlu lamar kerja sana sini, punya otak pas-pasan juga nggak akan masalah."

"Tetep aja gue pengen kaya orang-orang normal lain nya, nggak mau ngandelin nama Anggoro. Tapi sayang otak gue nggak mumpuni." balasnya.

"Lisa bakalan ke kampus kok, siang nanti kaya nya." ucap Jisya sambil memperlihatkan layar ponselnya yang terdapat roomchatnya dengan Lisa.

June, Yoyo juga Chan bersorak. Sebenarnya mereka sudah tau perihal hubungan Lisa dengan Hanbin yang sedang kacau. Akan tetapi, mereka cukup tau diri dan tidak ingin merecoki hubungan keduanya lebih jauh.

"Ngapain? Bukan nya dia udah nunda kuliah nya kan?" tanya Dikei.

Ketiga gadis itu hanya mengangkat bahu tidak mengerti.

"Tapi Lisa—"

Perkataan Jay terpotong karena ada sosok yang sangat dikenalinya kini berjalan mendekat. Hanbin dengan hoodie biru juga celana jeans belel nya duduk santai diantara mereka. Mengernyit heran karena tidak ada pembicaraan lanjut perihal Lisa yang dia dengar tadi samar-samar dari mulut Jay.

Walau tidak sepenuhnya tapi Hanbin yakin pria itu mendengar nama Lisa keluar sari mulut teman se-band nya itu.

"Kenapa diem?" tanya Hanbin, "Lanjut deh, gue mau numpang makan doang." katanya sambil mengangkat tanganya meminta salah satu pegawai stand makanan disana menghampirinya.

Bukan nya Hanbin tidak tau, dia jelas mengerti teman-teman nya seakan sedang bekerja sama membuat Hanbin buta tentang kabar Lisa. Bahkan Jennie sekalipun yang akan dengan ceriwis nya memarahi Hanbin jika sedang bertengkar dengan Lisa kini bersikap seolah-olah tidak tau apa-apa perihal mereka.

"Mata lo kuyu banget, Bin." kata Yoyo prihatin.

Hanbin hanya tersenyum tanpa minat menjawab pernyataan itu.

"Sempetin tidur, Bin. Lagian album kita udah selesai cuma nunggu realis doang, nggak perlu lah masih harus kerja keras begini." timpal Bobby yang menampilkan mimik wajah sama prihatin nya.

"Gue baik-baik aja kok, santai." balasnya acuh.

Jay berdecih, dan itu tentu saja terdengar di telinga Hanbin. Pria itu menatap sosok Jay dengan raut datar namun tajam. Bukan nya Hanbin tidak sadar, dia hanya malas menanggapi kebencian Jay padanya.

"Se-frustasi itu lo, Bin?" tanya Jay sarkatis. Seolah-olah sedang mentertawakan Hanbin yang terlihat kacau.

Hanbin berdecak, "Nggak ada alasan buat gue harus frustasi seperti apa yang lo bilang."

Ketimbang menjawab, Jay lebih memilih tertawa. Tawa yang seperti dibuat-buat, pria itu mengendikan bahu lalu kembali acuh tak memperdulikan keberadaan Hanbin. Membuat suasana disana semakin tegang.

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now