Bab 52 - Santunan

36.7K 3.2K 126
                                    

Assalamualaikum teman-teman ❤
Akhirnya bisa update sesuai jadwal. Yeay!! 🤗❤
Ada yang masih menunggu? Semoga masih banyak ya, hahaha 😀
Sekarang kita memasuki beberapa part terakhir menuju ending? Belum bisa dipastikan ya 😂 lihat sejauh mana inspirasiku mengalir 😂
Oke, tanpa banyak cuap-cuap lagi.
Happy reading !!

☘☘

'Memberikan sedikit harta kepada yang berhak tidak akan mengurangi apa yang kita miliki, tetapi membuka pintu rezeki menjadi lebih luas lagi.'

Don't forget to vote & comment 💗

☘☘

Satu bulan telah berlalu dari malam dimana Keira dan Adnan pergi berkencan. Ya, malam yang tidak akan pernah Keira lupakan semasa hidupnya. Karena bagi Keira, malam itu bukan sekadar kencan biasa. Malam istimewa itu adalah malam dimana Keira merasa amat sangat bersyukur karena Adnan telah menjadikannya seorang istri.

Setelah berkencan ala Adnan, suaminya itu tidak melepaskannya begitu saja, mereka melanjutkan jalinan kasih yang telah di untai selama perjalanan dan berakhir dengan ibadah malam yang tak terlupakan.

Ah, Keira jadi merasa malu saat mengingat malam itu. Malam yang begitu syahdu dimana Adnan memperlakukannya dengan begitu lembut. Memuja kecantikan Keira yang Adnan pikir Allah tak main-main ketika menciptakannya.

Semakin hari perilaku Adnan pun semakin terbuka dengan Keira. Bahkan tanpa Keira minta, kini Adnan sudah mulai bercerita padanya. Entah itu keseharian Adnan selama mengajar atau hal-hal yang suaminya itu sukai.

Dan walau akhir-akhir ini Adnan tengah sibuk mengurusi perpindahan tanggung jawab dari Kiyai Hasan pada suaminya itu, tapi Adnan selalu menyempatkan diri untuk mendengarkan celoteh Keira pada malam hari. Sebab menurut Adnan, apapun yang di ceritakan Keira bagai obat penenang setelah seharian berkutat dengan pekerjaan.

Keira tersenyum dengan pipi merona merah ketika terbayang malam-malam dimana Adnan bermanja diri padanya. Orang lain tidak akan tahu bahwa Adnan bisa bersikap seperti itu, dan Keira juga tidak mengizinkan orang lain untuk mengetahuinya.

Membahas mengenai posisi Adnan saat ini, kemarin adalah hari dimana Kiyai Hasan melepaskan tanggung jawabnya sebagai pemimpin pesantren, lalu menyerahkannya kepada Adnan. Dan, sebelum mengemban tugas itu, Adnan juga sudah mendiskusikannya bersama Keira. Meminta pendapat Keira tentang tanggung jawab besar yang ingin Adnan ambil. Adnan berusaha menjelaskan pada Keira, bahwa ketika ia memutuskan untuk menjadi pemimpin, maka tugasnya bukan lagi hanya sekadar menjadi guru, tapi ia bertanggung jawab penuh atas keseluruhan Pesantren Darussalam. Belum lagi kemungkinan Adnan yang akan pergi keluar Pesantren untuk membahas pekerjaan. Adnan ingin Keira mengetahui resiko apa saja yang akan terjadi.

Pada awalnya, Adnan mengira bahwa Keira akan merasa keberatan, sebab bukan tidak mungkin bahwa nanti akan banyak waktu yang Adnan habiskan untuk mengurusi Pesantren. Namun, Keira tidak melakukannya. Istrinya itu justru memeluknya sambil menenangkan. Keira tahu bahwa Adnan tengah di hinggapi rasa bimbang. Di satu sisi Adnan memikirkan ayahnya yang sudah waktunya untuk beristirahat dari penatnya bekerja, dan di sisi yang lain Adnan tidak ingin Keira merasa kesepian.

Keira sudah memikirkannya matang-matang. Ia menyetujui langkah Adnan yang ingin menggantikan posisi sang ayah dalam memimpin pesantren. Keputusan Keira ini bukanlah tanpa dasar, ia berusaha melihat dari berbagai sisi. Selain dari Kiyai Hasan, Keira juga mencoba untuk mengerti dari sudut pandang Adnan. Keira mengerti bahwa apa yang ingin Adnan lakukan adalah wujud dari baktinya pada sang Abi, dan sebagai istri yang perlu Keira lakukan dan Adnan butuhkan adalah dukungan.

Guide to Jannah [END/REVISI]Onde histórias criam vida. Descubra agora