Bab 22 [Revisi] - Berbincang

37.2K 4K 98
                                    

'Perempuan yang baik itu adalah perempuan yang selalu menomor satukan Tuhannya, perempuan yang selalu bisa menjaga dirinya sendiri, dan perempuan yang bisa mengerti setiap batasan bagi seorang wanita muslim.'

Don't forget to vote & comment 💗

☘☘

Keira mengikuti langkah Adnan menuju ruangan pamannya dengan kaki bergetar, rasanya lemas jika laki-laki itu terus melakukan hal yang membuat kinerja jantungnya menjadi lebih cepat.

Disetiap degup jantungnya, Keira merasa nama Adnan senantiasa tersebut oleh hatinya. Katakan lah gadis itu terlalu mendramatisir, tetapi Keira tidak bisa menyangkal bahwa dia telah sejatuh-jatuhnya terhadap Adnan.

Bagaimana cara mengatasi degup jantung yang menggila di setiap berdekatan dengan laki-laki itu? Keira benar-benar membutuhkan pertolongan sekarang.

Andai saja Dokter Cinta itu nyata adanya. Keira pasti sudah berkonsultasi setiap hari, atau bahkan gadis itu akan meminta resep yang dapat mengendalikan dirinya sendiri.

Senyum dibibirnya semakin lebar disetiap langkah yang membawanya bersama Adnan, hingga dia tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan.

"Kamu masuk duluan saja, saya tunggu disini." Ujar Adnan setelah membalikkan tubuh menghadap ke arah Keira yang berada di belakangnya.

Sementara gadis yang mendengarnya hanya bisa mengernyitkan dahi, "Loh kenapa ustadz nggak ikut masuk sama Keira?"

"Akan terlalu banyak orang jika saya ikut masuk ke dalam, nanti setelah kamu selesai, saya yang bergantian masuk, dan--" Adnan mengangkat tempat makan berwarna hijau muda yang baru saja Keira berikan di parkiran tadi. "Saya juga ingin makan dulu."

Keira tersenyum kembali, entah bagaimana Adnan bisa membuatnya sampai seperti ini. Padahal jika mengingat masa lalu, Keira termasuk tipe orang yang sulit menyukai orang lain, butuh waktu yang cukup lama untuk membuatnya benar-benar merasakan jatuh cinta.

Tetapi, gadis itu sama sekali tidak tahu kekuatan atau jurus semacam apa yang membuat Adnan dengan semudah itu membuatnya memiliki rasa yang tak tertahan.

"Yasudah kalau begitu Keira masuk dulu ya ustadz, dan selamat makan.." tidak bisa dihindari, rona merah sudah menjalar di kedua pipinya, karena itu ia memilih segera masuk ke dalam ruangan Surya tanpa melihat lagi ke arah Adnan.

Sedangkan ditempatnya, Adnan hanya menatap kepergian Keira dengan tersenyum tipis lalu berjalan menuju kursi besi yang terdapat di depan ruangan dan memulai membuka bekal makan siang yang diberikan untuknya.

Kembali kepada keberadaan Keira saat ini, gadis itu sudah di dalam ruangan yang sama dengan paman, tante, dan sepupu kecilnya. Matanya melihat kearah mereka dengan tersenyum lebar, Surya sudah di pindahkan ke ruang rawat inap dan keadaan laki-laki itu sudah jauh lebih baik sekarang.

Sebelum berjalan mendekat, Keira berusaha menetralkan degup jantungnya.

"Kak Keira!!" Teriak Ardan yang langsung berlari menuju Keira membuat semua yang berada di sana tersenyum lebar.

Gadis berhijab itu segera menekuk kedua kakinya, sehingga tingginya setara dengan Ardan, "Halo sayang!" Ujarnya dengan tangan menerima pelukan dari Ardan.

"Kak Kei kok lama banget sih kesininya? Aku kan udah nunggu kakak dari tadi." Raut wajah Ardan berubah menjadi cemberut yang justru terlihat sangat lucu.

Tangan kanan Keira terangkat menyentuh pipi gembil sepupu kecilnya, "Maaf ya, tadi Kak Keira menunggu ustadz Adnan dulu." Jawabnya dengan wajah memelas berharap Ardan mau memaafkannya.

Guide to Jannah [END/REVISI]Where stories live. Discover now