Bab 30 - Tragedi

36.9K 4.1K 77
                                    

🌻 Selamat Tahun Baru Islam 🌻

☘☘

'Lebih dari seorang teman, rasa khawatirmu yang begitu besar menjelaskan bahwa kamu takut kehilangan.'

Don't forget to vote & comment 💗

☘☘

Malam sudah semakin sunyi, tetapi Adnan justru semakin menggila. Dia tidak tahu lagi ke arah mana yang harus ia tuju untuk menemukan keberadaan Keira.

Gadis itu membuatnya hampir tidak bisa bernapas karena rasa khawatir yang terus menyesakkan dada.

Adnan selalu menanamkan dalam pikiran dan hatinya bahwa Keira baik-baik saja, dia percaya bahwa gadis itu bisa menjaga dirinya sendiri. Namun dia juga tidak bisa menutup fakta, karena bagaimanapun Keira tetaplah seorang wanita.

Untuk sedikit menenangkan pikirannya, Adnan memilih menepi di tepi jalan yang sudah sepi. Sekarang sudah hampir pukul 10 malam. Kendaraan juga sudah sedikit yang berlalu lalang.

Adnan menghela napas, dia tidak bisa terus mencari Keira tanpa tujuan yang jelas, ia harus memikirkan kemungkinan tempat yang gadis itu kunjungi.

Lalu, Adnan mengambil handphone yang berada di saku celana, dia hendak menelepon Surya untuk memberikannya petunjuk mengenai keberadaan Keira.

Belum sampai jarinya menekan tombol dengan gambar telepon, seseorang di seberang sudah menelepon nya lebih dulu.

Adnan melihat nama si penelepon, ternyata sang ayah, kemudian tanpa menunggu lama, dia segera mengangkat telfon, siapa tahu ayahnya ingin memberikan kabar bahwa Keira telah kembali ke Pesantren.

"Assalamualaikum, Abi.." salamnya langsung saat telepon sudah terhubung.

"Waalaikumsalam, Adnan, dimana kamu sekarang?"

" Adnan masih di jalan Abi, masih mencari Keira, ada apa Abi telfon? Apa Keira sudah kembali?"

Lalu terjadi hening sesaat, setelahnya terdengar suara helaan napas sang ayah, membuat Adnan yang mendengarnya segera menyandarkan tubuhnya ke kursi.

"Keira belum kembali nak, maafkan Abi karena tidak melarang Keira untuk pergi."

Adnan mengusap wajahnya kasar, semua kegilaan ini membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

" Abi tidak salah, semua ini karena Adnan, Keira pergi seorang diri, sedangkan Adnan tidak tahu sama sekali."

"Nak.. maafkan umimu karena lupa memberitahukan kepergian Keira, Abi tidak sanggup melihatnya menangis karena terus merasa bersalah.."

Mendengar perkataan ayahnya, Adnan kembali menegakkan bahunya. Dia benar-benar tidak menyalahkan sang ibu atas insiden ini, tidak sama sekali.

"Adnan tidak pernah menyalahkan umi untuk semua yang terjadi. Abi, boleh Adnan berbicara dengan umi?"

Sekali lagi, Adnan menghela napasnya. Dia juga tidak mau ibunya merasa bersalah atas kepergian Keira.

"Umi.." panggil Adnan saat mendengar  Isak tangis yang berusaha ditahan sang ibu.

Demi Allah, Adnan benar-benar tidak sanggup mendengar tangisan Halimah.

"A-adnan.. maaf.. umi memberikan izin untuk Keira pergi, maafkan umi nak.." suara di seberang terdengar sangat lirih, membuat Adnan semakin tak terkendali. Jujur saja, dia lelah, lelah dengan semua perasaan cemas ini kepada Keira.

Guide to Jannah [END/REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora