Bab 24 - Berbeda

35.2K 4K 85
                                    

'Jangan pernah merasa rendah diri, banggalah dengan apa adanya dirimu, tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan orang lain, kebahagiaanmu tidak bergantung kepada mereka.'

Don't forget to vote  & comment 💗

☘☘

Keira sudah bersiap-siap menuju masjid, dengan perasaan yang masih kacau, gadis itu berjalan sambil menundukkan kepalanya.

Dia telah menghabiskan waktu cukup lama di kamar mandi hanya untuk merenung, memikirkan semua kebodohan yang telah ia lakukan.

Dan kebodohan terbesarnya adalah menyukai Adnan. Bagaimana Keira bisa memikirkan kepantasan diri, disaat ia pun tidak tahu perasaan Adnan padanya?

Kehadiran Aisyah menyadarkan Keira dari semua halusinasinya tentang hidup bersama Adnan. Menghancurkan mimpi-mimpi yang coba ia raih dengan begitu mudah.

Jadi, Keira harus benar-benar berhenti sekarang?

Sebab dari semua pengharapannya, tidak ada satu pun kemungkinan bahwa laki-laki itu menyukai dirinya.

Keira juga kembali sadar, kriteria Adnan memanglah sederhana, tetapi hanya untuk orang tertentu saja. Dan sayangnya, Keira tidak seberuntung itu untuk berada diposisi yang sama dengan Aisyah.

Pikiran-pikiran seperti itu terus saja menghantuinya, hingga tanpa sadar, langkahnya telah sampai di depan masjid.

Keira menoleh kearah kanan sebab mendengar suara yang ia kenal. Tatapannya melemah saat melihat pemandangan itu.

Di sana, Aisyah, Maryam, dan Halimah tengah berjalan mendekat kearahnya sambil bercanda tawa. Mereka terlihat begitu sempurna, Keira pun merasa dia tidak akan pernah terlihat sehebat itu disaat berjalan bersama mereka.

Matanya beralih menatap Maryam yang tengah tersenyum. Jujur saja, Keira takut, sangat takut ketika Maryam melupakan kehadirannya. Bahkan sejak Keira kembali ke kamar, gadis yang lebih muda darinya itu tak kunjung kembali dari rumah Kiyai Hasan.

Lalu matanya tertuju pada Halimah, sosok ibu penggantinya pun seperti telah menemukan anaknya yang telah lama hilang. Keira tidak pernah mendapatkan tatapan penuh bahagia hingga berbinar-binar seperti itu dari Halimah, tetapi kini, Aisyah dengan sangat mudah mendapatkannya.

'Astagfirullah..' batin Keira, dia tidak ingin perasaan iri seperti ini terus bersarang dihatinya.

"Assalamualaikum.. Keira." Aisyah yang pertama kali mengucapkan salam disaat mereka sudah berada di depan Keira.

Sedangkan Keira yang masih berusaha mengendalikan diri, segera menatap Aisyah yang tengah tersenyum. "W-waalaikumsalam."

Ditempatnya, Halimah merasa aneh dengan Keira, seperti ada sesuatu yang gadis itu tengah sembunyikan. Sebab sebagai ibu, ia mengerti perasaan anaknya. Karena itu ia lebih mendekat, lalu menaruh tangannya diatas bahu Keira.

"Keira.. kamu kenapa sayang? Habis menangis?" Tanyanya pelan.

Gadis itu langsung menoleh kearah kiri dimana Halimah berada dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "K-keira ngga papa umi." Jawabnya pelan, dengan mata berkaca-kaca.

Halimah tidak semudah itu percaya, dia mengangkat dagu Keira untuk kembali membuat gadis itu menatap nya. "Ada masalah? Cerita sama umi nak, jangan suka memendam perasaanmu sendiri."

Keira terdiam tidak menjawab, tidak mungkin ia memberitahukan semua keresahan nya kepada Halimah.

"Kak Kei.. ada apa? Tadi Kak Keira terlihat bahagia."

Guide to Jannah [END/REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora