Lalu di halaman kedua adalah foto tante Aella yang tengah menggendong anak perempuan. Nayla menatap nya dengan teliti, seperti ada yang mengganjal dalam foto itu. Setelah seperkian detik menyipitkan mata akhirnya dia menemukannya, sebuah gelang dengan bertulis nama 'Nayla Nacaella Putri'

"Kok melamun?" Tanya tante Aella dengan menepuk pundak Nayla, lamunannya reflexs terbuyar kemana mana.

"Ini kado waktu Nayla ulang tahun?" Pertanyaan itu terlontar dengan tidak disadari oleh Nayla, bahkan jari tanganya sudah berada pada gambar gelang yang dipakai anak perempuan digambar.

Tante Aella yang tadinya menatap gelang itu, langsung menatap Nayla setelah mendengar pertanyaan Nayla barusan. Jantung nya mulai berdetak tak karuan, mungkin hati kecil nya kali ini tidak salah. Tanpa butuh waktu lama, wanita paruh baya itu langsung saja merengkuh tubuh Nayla kedalam pelukan hangat nya. Nayla yang tidak siap pun hanya bisa diam, lagi lagi ini adalah kali pertama dirinya dipeluk dengat hangat, hati nya tersentuh dengan apa yang baru saja tante Aella lakukan.

"Hati kecil bunda tidak salah. Kamu memang putri kecil bunda sayang" ucap nya lirih, bahkan dapat Nayla rasakan, jika tubuh tante Aella gemetar. Suaranya juga terdengar dengan sesunggukan. Kali ini, tante Aella memeluk Nayla lebih dalam.

Semua yang terjadi hari ini serba pertama. Pertama kali Nayla merasakan memiiki seorang ibu yang begitu sayang pada nya. Pertama kali Nayla merasa adem saat wanita paruh baya itu berbicara dengan sangat lembut. Pertama kali Nayla mendapat pelukan hangat.

Nayla melonggarkan pelukannya, lalu menatap sendu pada wanita didepannya. Rasanya ia ingin sekali kembali merengkuh wanita itu dalam dekapannya. Ingin sekali Nayla menghapus air mata yang mengalir dipipi wanita itu. Nayla menghela nafas nya pelan, semoga ini memang akhir daripada penantiannya selama ini.

"Ucapan kamu membuat bunda semakin yakin, sayang" ucap nya dengan intonasi rendah sambil tersenyum manis. Bahkan tanpa Nayla sadari, senyuman wanita itu menular pada dirinya.

"Ucapan?" Tanya Nayla setelah paham arti ucapan tante Aella.

"Iya. Ini adalah gelang hadiah ulang tahun kamu saat kamu masih umur 8 tahun dulu"

Deg.

Nafas nya seperti tercekik setelah mendengar penuturan tante Aella. Nayla mulai bingung, semua yang terjadi seakan terjadi seperti apa yang pernah dimimpikan oleh Nayla waktu itu.

"Terus saya diculik oleh badut?"

Tante Aella diam. Bukan suara yang terdengar, namun kembali jatuhnya air mata yang terlihat. Wanita itu menangis kembali bahkan lebih kejer daripada sebelumnya. Tanpa aba aba, Nayla langsung memberanikan diri merengkuh nya dalam pelukan.

"Maafin bunda"

"Bunda lalai menjaga kamu waktu itu"ucap nya lagi dengan sesunggukan.

"Kamu boleh marah sama bunda, tapi tolong jangan pergi lagi"

"Bunda tidak mau kehilangan putri bunda untuk yang kedua kali nya. Bunda janji, tidak akan lalai lagi seperti waktu itu" Nayla diam mendengarkan, hati nya seperti tercubit. Sakit, Nayla juga ada diposisi yang sama dengan tante Aella.

Apa memang tante Aella adalah bundanya ?

"Nayla"

Nayla melepaskan pelukannya, lalu menutup wajah nya dengan kedua tangan nya. Kali ini hati nya juga berkata sama seperti apa yang tante Aella utarakan tadi. Hati nya mengatakan bahwa tante Aella memang bundanya.

"Nayla kenapa?" Suara nya semakin rendah, mungkin karena efek menangis yang terlalu lama membuat suaranya jadi sedikit serak.

"Bunda" mendengar panggilan itu, beliau langsung menoleh kebelakang manatap sang suami yang tengah tersenyum dengan setulus hati, terlihat juga matanya yang merah.

"Ayah" Beliau menganggukan kepala mantap sembari mengedipkan matanya, berusaha meyakin kan istrinya bahwa semua akan baik baik saja setelah ini. Akan ada pelangi setelah hujan.

"Nayla" panggil laki laki paruh baya yang masih terlihat bugar itu. Nayla menatap laki laki itu sebentar sebelum akhirnya dia memilih untuk menghaburkan dirinya dalam pelukan.

"Apa om adalah ayah Nayla?" Gumam Nayla yang masih bisa didengar

"Kalau kamu masih ragu, tidak apa apa nak. Kami memakluminya" lalu Nayla melepas pelukannya setelah tersadar apa yang baru saja ia lakukan.

"Eh, maaf om" tuturnya lalu menunduk. Menatap lantai kramik yang memantulkan bayangannya.

"Kok minta maaf? Kamu ngga salah Nay. Ya udah duduk lagi sini" ucapnya dengan menepuk pelan sofa yang diduduki nya.

***

"Assalamualaikum bunda"

"Waalaikumsalam sayang" semua mata tertuju pada remaja laki laki yang baru saja mengucapkan salam. Laki laki itu tampak mendekati ruang tamu lalu menyalami om Ditra dan tante Aella yang tengah duduk di sofa.

"Kok tumben baru pulang?"

"Iya bun, maaf ya lupa ngabarin hehe" ucapnya sambil tertawa. Bahkan dirinya belum sadar akan kehadiran perempuan yang duduk ditengah antara ayah dan bundanya.

"Bun---lho Nayla? " ucapannya terhenti saat kedua matanya melihat seorang perempuan yang tidak lain adalah teman satu bangku nya. Nayla.

"Kamu kenal?" Tanya ayah nya.

"Ini lho yah, yang waktu itu Rey ceritain."

"Yang Rey bilang kayak Nayla adik kamu itu?" Rey mengangguk. Karena sebelum nya dirinya memang pernah bercerita pada orang tuanya jika dia memiliki teman yang bernama Nayla, dan dia selalu mengingatkan akan hadirnya Nayla adik kandungnya.

"Kamu ganti baju dulu sana. Ayah mau anterin Nayla pulang dulu sama Bunda"

"Kok bunda ikut? Biar nanti Nayla, Rey aja yang anter"

"Udah sana ganti baju. Terus makan" Dengan sangat terpaksa Rey menganggukan kepalanya. Lalu melangkah pergi meninggalkan ruang tamu untuk menuju ke kamar tidurnya.

"Emm. Nayla bisa pulang sendiri kok om, jadi tidak usah diantar lagipula saya juga bawa motor tadi" tolak Nayla dengan halus. Sejujurnya dia masih bingung dengan keadaan ini, hati kecilnya memang menerima jika om Ditra dan tante Aella adalah orang tua kandung nya, namun disisi lain dia juga bingung. Entah lah apa yang membuat nya gelisah kali ini.

"Nanti motornya Nayla biar diantar sama supir. Soal nya Bunda mau bertemu dengan orang tua kamu yang dirumah sayang" tuturnya, memberi pengertian agar Nayla tidak salah paham nantinya.

Sebelumnya, Langit juga sudah cerita mengenai latar belakang Nayla. Bagaimana keadaan Nayla. Tidak ada yang ditutupi nya, kecuali kebenaran tentang dirinya yang tidak lain adalah mantan dari Nayla.

"Kamu tidak keberatan kan?"

Tbc.

***

Purworejo,

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Where stories live. Discover now