Sebuah Harapan?

51 19 0
                                    

"Boleh kah aku egois dengan mengharapkan mu kembali?"

~Faeza Langit Dermantara~
***

"Kak Nayla kan?" Nayla yang tengah berjalan dikoridor dikagetkan oleh seorang anak laki-laki yang berpakaian seragam sekolah namun bukan dari sekolah nya. Nayla menoleh lalu sambil berpikir sebentar, apa kah dia mengenalnya?

"Aku boleh minta nomer teleponnya kak?" Nayla mengedipkan matanya berulang. Menyakini apa dia sedang berhalusinasi apa tidak. Karena sepemikirannya, tidak pernah ada yang terang-terangan meminta nomer nya seperti ini. Jangan kan meminta nomer, menyapa pun tidak pernah.

"Kak?" Panggil nya lagi sambil menggerakkan kelima jarinya dihadapan wajah Nayla ke kanan dan ke kiri.

"Ha?"

"Minta nomer nya" Sebelum Nayla menjawab, seseorang telah terlebih dahulu menyuarakan suaranya.

"Sayang, kamu sama siapa?" Nayla menoleh sesaat setelah mendengar suaranya. Nayla melotot tajam, melihat tingkah Langit yang datang dengan senyum 5 jari nya dan langsung mengaitkan ke-lima jari nya dengan jari Nayla.

Nayla bingung, dia masih menatap tangannya yang digandeng oleh Langit. Dia sulit mencerna semua ini. Nayla hanya bingung, setelah ia tidak masuk sekolah selama beberapa hari apakah ada hal yang terjadi?

Ini adalah hari pertama Nayla berangkat, setelah ijin tidak berangkat beberapa hari. Dan setelah ia menghilang beberapa saat, mengapa tingkah Langit jadi berbeda?

"Eh, maaf Kak. Saya pergi dulu" Suara itu mengalihkan pandangan Nayla. Nayla menatap punggung laki-laki yang barusan meminta nomer nya.

"Emang dia lebih cakep?"

"Ha?" Ucapnya kaget dengan langsung menatap Langit yang masih terlihat kesal.

"Dilihatin mulu. Padahal disini ada yang lebih ganteng" Ucap nya lagi.

"Apaan si? Lepas"

"Gue lepasin tapi dengan syarat"

"Lo kenapa deh? Gila"

"Gue tau kok, kalau lo mau gandengan gini terus kan sama gue?" Mendengar hal itu, sontak saja Nayla langsung melotot ke arah Langit yang memasang wajah tidak bersalahnya.

"Apa?"

"Janji dulu"

"Janji?"

"Iyain aja, apa susah nya si?" Nayla menyipitkan mata nya menatap Langit. Dia curiga, namun sebentar lagi bel masuk akan berbunyi jadi mau tidak mau dirinya harus bilang 'iya'.

"Hm"

"Ok. Nanti kita ketemu di depan Cafe Ay's"

***

Flashback beberapa hari yang lalu...

Langit menatap kelas Nayla setiap hari, namun tidak pernah ia mendapati Nayla dikelas. Ini adalah hari ke tiga setelah hari dimana dia bilang bahwa dirinya punya pacar, Nayla seakan menghilang dari pandangannya.

Sudah 3 hari ini, dirinya tidak melihat keberadaan Nayla. Saat bertanya pada teman sekelasnya pun yang ia dapati hanyalah kata 'ijin'. Ya, Nayla sudah ijin tidak masuk sekolah selama tiga hari ini. Begitupun Rey. Entah kemana perginya kakak beradik itu.

Langit kini berada di rooftop sekolah, dengan satu tangan memegang sebatang rokok dan tangan satu nya ia gunakan untuk menatap wajah Ayla di galeri nya. Tidak tau bagaimana bisa ada foto Ayla di galeri ho nya, tapi yang jelas Langit begitu bahagia saat mendapatinya.

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz