Seperti Hilang Arah

101 31 1
                                    

"Tidak ada tujuan hidup, seperti sudah hilang arah"

~Nayla Nacaella Putri~
***

Kakinya sudah mulai membaik, terbukti dia sudah berjalan dengan biasanya tidak lagi pincang seperti kemarin. Dan itu karena peranan bi Minah yang mengurut kakinya sampai membaik sejauh ini.

Pagi ini Nayla sudah bersiap rapi didepan cermin besarnya. Ia mengenakan baju lengan pendek bertuliskan Gucci dan celana olahraga yang dikenakannya. Tak lupa rambut yang dikuncir kuda atas yang menambah kesan cantiknya.

Disambarnya sebuah jaket yang sudah ada diatas kasurnya dan ia mulai memakai sepatu olahraga putih miliknya. Karena hari ini, ia akan joging ditaman dekat rumahnya. Ini hari sabtu dan itu rutinitas yang dilakukannya satu tahun belakangan.

Dia mulai berlari setelah menutup pintu rumahnya menuju taman kota. Ia jenuh pada hari-hari yang membosankan kini, ia rindu dengan kehidupannya sebelum ini. Sangat jauh berbeda, mungkin dia memang masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi, satu dua tahunan lagi mungkin karakter baru nya ini jadi lebih baik.

Mengingat hal itu, Nayla jadi teringat beberapa hal yang terjadi tiga tahun lalu. Ia hanya tersenyum miris mengingat hal itu, bahkan dia berupaya memegang teguh pendirian yang telah dibuat oleh nya sendiri. Pendirian dimana Nayla tidak akan lagi teringat pada kenangan bodohnya itu, tapi lagi lagi kebodohannya lah yang membuat dirinya selalu teringat.

Langkah kakinya mulai berniat untuk berlari memutari taman kota sampai dia benar benar lelah. Kakinya terus mengayun bersamaan dengan keringat yang membasahi tubuhnya, ini sudah lari yang kedua.

Dia masih lari walaupun terlihat ngos ngosan, langkahnya terhenti saat dia merasa kepalanya pusing. Dia bukan tipe orang yang kuat, dia bukan tipe orang yang tidak mengenal lelah. Tapi sebaliknya dia adalah orang yang mudah lelah makanya dia tidak suka pelajaran olahraga. Fisiknya terlalu lemah untuk mengikuti pelajaran itu.

Matanya menatap satu bangku dipojok taman, dengan rasa lelah ia berjalan menuju bangku itu. Hanya bangku itu yang kosong karena pagi ini taman kota ramai pengunjung dan mungkin hanya Nayla lah yang sendirian disini.

Sudah tiga putaran ia lalui dan kini ia terduduk santai didepan tempat fitnes. Karena taman kota itu menyediakan fasilitas fitnes ya walaupun terbatas tapi tetap bermanfaat. Meski hanya ada enam alat olahraga disana.

Nayla memandangnya tanpa niat dan minat untuk menggunakannya. Ia mulai memainkan ponselnya saat ia teringat bahwa ia lupa membawa headset kesayangannya.

"Emm, hai" ada yang memanggilnya dari arah depan, Nayla bahkan tidak sadar sejak kapan orang ini berdiri didepannya?

"Boleh ikut duduk?" tanyanya ramah yang hanya diangguki oleh Nayla dengan raut wajah yang masih datar sejak tadi, dia mengizinkan karena bangku ini juga bukan tempat milik nenek moyang Nayla.

Tanpa berucap lagi dia langsung ikut duduk di samping Nayla.

"Lo orang asli sini?" lagi, Nayla hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, bahkan Nayla tadi hanya menatap nya sebentar walaupun bisa dipastikan Nayla akan lupa wajah laki-laki ini.

But it doesn't matter, because Nayla doesn't care.

"Kenalin" ucapnya sambil menjulurkan tangannya untuk berkenalan tapi Nayla hanya memandangnya datar tanpa mau menerima uluran tangannya.

"Radit" ucapnya dengan senyum dan menarik tangannya kembali karena perempuan didepannya yang enggan menerima salamannya.

Nayla hanya mengangguk lalu menoleh kearah lain, dia tidak suka bertatap muka dengan orang asing lebih dari 5 menit.

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Where stories live. Discover now