Ikatan Batin

77 21 0
                                    

"Akhir dari kesabaran adalah pencapaian penantian yang manis"

~Nayla Nacaella Putri~
***

Nayla memakirkan sepeda motor nya didepan rumah bernuansa klasik yang tidak jauh dari cafe's lovers yang disinggahinya tadi. Nayla menatap bangunan rumah yang bisa dibilang mewah, dan menyejukkan mata untuk siapa pun yang berada diposisi Nayla saat ini.

"Motor nya ditaruh disitu aja Nak, nanti biar satpam yang parkirkan" ucap seorang wanita paruh baya yang memperkenalkan dirinya tadi sebagai bunda nya Nayla. Nayla hanya mengangguk setuju, sebenarnya ada rasa aneh yang menjalar dihatinya sejak menapakan kakinya disini.

"Ayo masuk, rumah Bunda kan rumah Nayla juga" terdengar biasa, namun anehnya hati Nayla menghangat setelah mendengarnya. Nayla tidak pernah diperlakukan lembut seperti ini sebelumnya, bahkan tanpa sadar sebulir air menetes dari tempatnya.

"Kamu kenapa?"

"Ha?" Tanya Nayla tidak mengerti arah pembicaraan tante Aella, namun sedetik kemudian dia langsung menggeleng pelan dan segera mengusap bekas air mata dipipinya dengan tangan kanannya.

"Yaudah, kamu duduk disini dulu ya. Bunda mau kebelakang sebentar" Nayla mengangguk lagi, tenggoroan nya terasa kering untuk sekedar mengucapkan sepatah kata. Bahkan sejak tadi, dia tidak berhenti bergulat dengan pikirannya.

Hari ini terlalu mendadak. Hari ini terlalu tiba-tiba. Hari ini terasa aneh, semua terlihat membingungkan, bahkan Nayla ragu jika dirinya dulu pernah tinggal dirumah sebagus ini. Mungkin memang tidak sebesar rumahnya namun rumah ini terlihat lebih elegan dengan interior klasik yang menambah kesan adem jika berada disini. Semua ditata dengan sebegitu rupa, bahkan terlihat lebih rapi jika dibandingkan dengan rumahnya. Apa karena rumahnya tidak pernah diurus oleh pemiliknya? Ah iya, bahkan pekerjaan jauh lebih penting daripada sekedar istirahat dirumah.

Kedua retinanya tiba tiba menangkap sebuah lukisan yang terlihat seperti tidak asing? Nayla melangkahkan kaki mendekat, menatap dari kejauhan membuatnya tidak puas. Nayla menyipitkan matanya setelah berada didepan lukisan yang terpajang didinding.

"Ini kan Mama nya Radit?" Gumam Nayla.

"Kamu kenal Radit sayang?" Nayla menoleh, entah sejak kapan wanita paruh baya yang mengenakan jilbab itu berada disana. Bahkan secara tidak langsung, wanita itu mendengar gumaman Nayla yang sangat pelan.

Nayla mengangguk sekali lagi, membenarkan pertanyaan tante Aella. Lidahnya selalu terasa kelu jika berhadapan dengan tante Aella.

"Dia itu sahabat kecil kamu Nay, tapi waktu kalian SD dia pindah keluar kota" ucap tante Aella sendu. Masa lalu nya terlalu suram, bahkan jika teringat dia pernah kehilangan seorang anak perempuan yang masih kecil, membuat hati nya selalu gelisah. Bahkan hati kecil nya terus menyalahkan dirinya yang lalai dalam pengawasan waktu itu.

"Ah iya, kamu sudah lihat album fotonya? " Nayla menggeleng, karena sejak tadi fokusnya malah kepada lukisan keluarga yang terpampang jelas di dinding. Lagipula, Nayla juga tidak tau letak album fotonya.

"Ayo sini duduk, kamu tidak capek berdiri terus? Ini bunda bikin jus jeruk, kamu minum ya" Nayla mengikuti langkah nya hingga berhenti pada sofa, mereka duduk bersebelahan. Saat Nayla sedang menenggak minumnya, sebuah album foto tersodor pada nya.

Nayla membuka nya perlahan, halaman pertama dari buku itu adalah foto keluarga kecil yang hanya terdiri dari tante Aella, om Ditra, dan satu anak laki laki yang sepertinya sedikit lebih besar dari pada anak perempuan yang berdiri disebalahnya. Raut wajah kebahagiaan tercetak jelas difoto. Nayla mulai berfikir apakah anak perempuan dengan gaun berwana merah jambu dan rambut terurai yang berdiri disebelah anak laki laki itu adalah dirinya? Mengapa mukanya tidak asing? Sepertinya dia pernah melihat wajah anak perempuan itu, tapi dimana?

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang