Deska Naekafa Erland

69 21 0
                                    

"Kurang bersyukur membuat hidup kita terasa sia-sia"

~MeetAgain~

***

Nayla termenung dalam diam, menatap pemandangan luar jendela dengan suasana hati yang memburuk. Nayla terus saja memikirkan kejadian yang dialami nya akhir akhir ini, Nayla sadar jika hal paling bodoh yang dia lakukan adalah percobaan bunuh diri yang pernah ingin dilakukannya waktu itu.

Mungkin benar kata orang, kebanyakan kurang bersyukur membuat hidup kita terasa sia-sia. Nayla bersyukur, setidaknya masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri nya agar menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Nayla menghembuskan nafas nya pelan, otaknya terlalu penuh dengan tanda tanya yang masih tidak ada akhirnya. Pertanyaan yang muncul disetiap waktunya serasa berat untuk ditampung diotaknya.

Bahkan Nayla sudah mencoba mencari biodata tentang dirinya dirumah ini, namun tidak ada hasil yang didapatnya. Rumah semegah ini dengan banyaknya kamar ternyata dijaga ketat oleh sang pemilik rumah. Bahkan setiap kamar dikunci oleh sang pemilik kamar, terkecuali kamar miliknya dan kamar bibi-pembantunya-

Sejujurnya, ingin sekali Nayla menyerah detik ini juga. Karena sekali lagi, Nayla tidak mendapat titik terang akan hidupnya atau Nayla akan terus-terusan hidup seperti ini? Seakan acuh tentang keberadaan dirinya ditengah keluarga ini? Seakan menjadikan dirinya seorang putri dirumah bak istana yang terasa hampa, semacam tokoh bawang putih yang hidup dengan ibu tiri? Namun sayang nya bawang putih lebih beruntung karena bagaimana pun dia mempunyai ayah kandung.

Nayla bangkit dari duduknya dan menyambar handphone nya. Tidak ada raut wajah bahagia ataupun aura semangat yang membara dalam dirinya. Kali ini Nayla hanya akan menghirup udara segar diluar sejenak.

Sampai langkahnya terhenti di taman belakang rumahnya. Tempat favorit nya dulu. Dia duduk di ayunan yang sudah ada sejak dulu. Obat stres terbaik adalah sendiri, seorang diri menikmati semilir angin ditemani sebuah lagu yang mengalun indah.

Kali ini Nayla menyalakan musik dengan volume paling keras. Bibirnya mulai bergumam mengikuti lirik yang terdengar nyaring dari handphone nya, sambil menatap bunga mawar merah yang merekah cantik. Sejenak Nayla memutar otak memikirkan kembali kapan dirinya menanam bunga mawar merah? Bunga yang paling dibencinya setidaknya sampai detik ini, atau mungkin selamanya?

"Ehem" suara deheman seseorang membuyarkan lamunan Nayla dan memaksa nya untuk menatap seseorang yang baru saja datang. Nayla hanya meliriknya sejenak tanpa mengeluarkan suara.

"Gue duduk"

"Hm"

"Dipandangi terus bunganya" merasa tersindir, Nayla hanya tersenyum kecut.

"Masih ga suka bunga mawar?" Nayla menggeleng tidak yakin, bahkan dirinya lupa kalau dirinya tidak suka bunga mawar hanya karena terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.

"Padahal bunga mawar cantik"

"Kenapa kesini?" Nayla bertanya tanpa memalingkan tatapan matanya dari bunga mawar itu.

"Ga boleh?"

"Kenapa Ka?" Nayla malas berdebat terlalu lama dengan Kaka.

"Mau main doang. Kangen gue main sama lo, udah jarang kita main bareng sampai-sampai lo lupa kalau gue ada" ucapan Kaka barusan membuat Nayla bersalah, tentu saja karena kejadian direstoran waktu itu. Nayla hanya meringis sebentar untuk mengekspresikan kesalahannya.

"Jahat banget kan temen gue itu?"

"Maaf" Kaka hanya bergumam tidak jelas setelah mendengar jawaban Nayla, yang tentu saja dapat Nayla simpulkan bahwa Kaka sedang mengumpat tentang dirinya.

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang