Apa yang Terjadi?

Start from the beginning
                                    

Mama nya Rey mendengar cerita itu dari anaknya sendiri, mereka bersahabat sejak kecil maka dari itu Tante Rita selalu menganggap Nayla seperti anak perempuannya sendiri.

"Jangan ngebut Ka" teriak Nayla dari belakang,

"Takut telat"

"Bodoh. Ini masih jam 6 pagi kalik" gerutu Nayla kesal. Entah mengapa sahabatnya itu suka sekali berangkat pagi-pagi lalu kalau dijalanan juga suka mengendarai motornya dengan cepat. Katanya si takut telat, entahlah Nayla sendiri bingung.

Tidak perlu waktu lama untuk sampai diarea sekolah. Nayla turun dari motor lalu memberikan helmnya pada Kaka.

"Ay" melihat Nayla melototkan kedua matanya padanya, Kaka pun segera meralat panggilannya.

"Nay" Kaka menggerutu kesal dalam hati karena Nayla hanya berdehem menjawab panggilan nya.

"Nayla Nacaella Putri"

"Apa?" ketus Nayla. Nayla juga sedang kesal kepada Kaka karena sejak berada diatas motor tadi jantung nya tidak pernah berdetak normal. Berdebaran, karena takut. Tidak taukah Kaka?

"Nayla" sebelum Kaka menuturkan keinginannya, Langit datang dari arah samping sambil memanggil Nayla.

"Nay gue mau ngomong penting" ucap Langit dengan muka serius dengan sesekali melirik kearah Kaka yang sedang tebar senyuman nya kepada siswi yang lewat didepannya. Dasar buaya, batin Langit.

"Lo jangan dekat-dekat sama Deska lagi" ucap Langit lirih kearah Nayla. Nayla yang bingung hanya bisa menerka-nerka tentang apa yang terjadi antara keduanya. Nayla menatap Langit sambil mengerutkan dahinya.

Sungguh Langit geram sendiri, mengapa menjelaskan kepada Nayla terasa sulit kali ini? Padahal tadi malam dirinya sudah bertekad untuk membicarakan ini pada Nayla.

Langit menghela nafas lalu menarik tangan Kaka menjauh dari Nayla, tanpa mereka sadari Nayla mengikuti keduanya dari belakang sambil berusaha untuk tidak membuat kecurigaan.

"Lo dengarkan apa yang gue ucapin kemarin?" ucap Langit dengan nada membentak, namun Kaka hanya membalas dengan kekehan nya yang semakin membuat Langit marah.

"Apa?" pancing Kaka.

"Pu.tu.sin. NAYLA" ucap Langit dengan penuh penekanan dengan kata terakhir yang dibuat keras.

"Kalau gue nolak, gimana?" tantang Kaka dengan tenang, bahkan dengan keadaan yang sudah panas seperti ini Kaka masih bisa-bisa nya melirik kanan kiri mencari siswi yang lewat untuk tebar senyumannya.

"Gue hajar lo lagi" peringatan yang Langit berikan ternyata memang tidak memiliki efek apapun terhadap Kaka, jelas terlihat bahwa Kaka masih tenang menghadapi situasi ini.

"Jadi, kemarin lo yang hajar Kaka?" tanya Nayla dari arah belakang membuat kedua pemuda itu keget bahkan Kaka langsung mengelus dadanya, lain lagi dengan Langit yang menyembunyikan kekagetannya.

"Iya" lagi-lagi Langit selalu bisa mengendalikan diri jika berhadapan dengan Nayla, terbukti dari caranya berbicara yang selalu tenang dihadapan Nayla.

"Kenapa?"

"Dia tidak baik buat lo Nay"

"Kenapa?"

"Lo tidak perlu tau alasannya"

"Selama ini gue memang curhat sama lo dan lo emang bantu gue buat cari tau keberadaan orang tua kandung gue, tapi bukan berarti lo bisa mengatur hidup gue kayak gini"

"Dan lo tidak punya hak buat nentuin mana yang baik ataupun yang tidak baik buat diri gue. Lo ingat satu hal, lo bukan siapa-siapa gue"

"Dan lagi, lo tidak perlu bantuin gue lagi. Makasih" lalu yang terjadi selanjunya adalah Langit berada ditempat ini sendirian. Nayla pergi setelah mengatakan kata 'terimakasih' sambil menarik tangan Kaka menjauh dari Langit.

"Gue menghargai ucapan lo Ayy. Tapi, gue akan tetap mencoba merebut hati lo lagi. Gue tidak mau menyesal seperti dulu. Gue tidak mau kehilangan lo lagi Ayla"

"Kali ini, gue yang akan berjuang untuk merebut hati lo kembali"

***

"Lo bohong"

"Bohong?" tanya Kaka sambil meletakan semangkok bakso dihadapan Nayla. Mereka berdua lebih memilih kekantin saat jam kosong seperti ini, walau kelas mereka beda namun rapat kali ini dihadiri oleh seluruh guru yang mengajar jadi semua kelas jam ini tengah kosong.

"Hm" dengan malas Nayla berdehem dilanjutkan dengan menuangkan kecap lalu sambal. Semua itu tidak lepas dari penglihatan Kaka, Kaka hanya menelan ludahnya kasar karena melihat Nayla yang menyendok sambal 8 kali.

"Emm" Lalu Kaka mencoba mengingat perkataannya yang memang tidak sesuai dengan kenyataan.

"Oh gue inget. Maaf Ay, gue cuma tidak mau memperkeruh suasana" ucapnya sambil mengangguk memikirkan perkataannya barusan yang terdengar bijak?

Keduanya terdiam lama, Nayla yang sedang makan dengan Kaka yang sedang bergulat dengan pikirannya. Memikirkan perkataan Langit, apa Langit menyimpan rasa pada Nayla? Pertanyaan itu tengah bersarang dalam otak Kaka.

"Nay" Nayla hanya berdehem sambil terus melanjutkan kegiatan makanya itu.

"Langit suka sama lo"

"Uhuk uhuk uhuk" Nayla tersedak mendengar penuturan Kaka barusan, Kaka yang melihat hal itu pun lantas memberikan minuman yang memang di pesankan untuk Nayla tadi.

"Makanya kalau lagi makan itu jangan banyak mikir"

"Lo yang buat gue mikir Ka" batin Nayla.

"Hm" lagi-lagi Nayla hanya berdehem. Lalu melanjutkan makan lagi, Nayla memang tipe orang yang lama dalam menghabiskan makanan.

"Iya ga si Nay?"

"Apa?"

"Langit kayaknya suka sama lo" oh, masih kayaknya ternyata. Gue pikir Langit yang kasih tau lo ~ jawab Nayla dalam hati

***

"Apa yang terjadi sebenarnya?" Gumam Nayla pelan.

"Apa sebenarnya alasan Langit?" Tanya Nayla pelan. Tentu saja pertanyaan ini hanya bisa didengar oleh Nayla sendiri karena ini pertanyaan memang ditujukan untuk dirinya sendiri.

Sejak tadi, Nayla masih saja memikirkan kejadian yang berkaitan dengan nya. Semua terjadi seolah karena dirinya. Entah memang kebetulan atau memang Nayla yang perasan?

Nayla memejamkan kedua matanya sambil bersandar di tembok kelas. Lambat laun dia tertidur, tidak sadar sampai kepalanya turun perlahan menuju meja kayu dihadapannya ini.

"Gue tidak tau kenapa. Tapi setiap lihat lo, pasti hati gue damai"

Tbc.

***

Purworejo,

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Where stories live. Discover now