"Minum" laki-laki itu menyodorkan minuman yang tadi ia beli kepada Nayla, awalnya Nayla menolak namun laki-laki itu bersikeras meminta Nayla menerima minuman yang ia sodorkan.

Nayla mengangguk sekali lalu meminumnya.

"Lo belum makan seharian" Nayla menggeleng cepat namun setelah menyadari kebodohan nya dia lantas mengangguk cepat.

"Udah apa belum maksudnya?" laki-laki itu sudah memperhatikan Nayla sejak tadi dari kejauhan, tanpa sepengetahuan Nayla tentunya.

Nayla mengangguk dengan mengalihkan pandangannya. Nayla masih bersikap dingin kepada banyak orang karena dia terlalu malas menanggapi orang-orang.

"Nay, tentang masalah lo kemarin" Nayla menyimak pembicaraan yang akan dimulai nya dengan laki-laki disampingnya kini.

"Gue udah punya jalannya" Nayla mengangkat alisnya penasaran, namun laki-laki disampingnya kini malah ikutan diam seperti dirinya dan itu hanya membuat Nayla kesal. Buang-buang waktu, karena Nayla adalah perempuan yang menghargai waktu. Dia tau waktu tidak bisa diputar ulang maka dari itu baginya waktu adalah berlian. Berharga.

"Tapi gue mau makan dulu baru gue jelasin" Nayla mengerutkan kedua alisnya bingung, kenapa laki-laki disampingnya ini tidak makan dari tadi dan malah menganggu Nayla.

"Hm?" deheman Nayla membuat Langit tertawa renyah.

"Ya gue mau makan dulu Nayla" karena gemas Langit pun mengacak-acak rambut Nayla yang membuat Nayla berdecak tidak suka.

"Ayo" sebelum Nayla menjawab, tangannya sudah lebih dulu ditarik Langit menjauh dari area taman. Dengan malas Nayla mengikuti Langit sambil membawa plastik berisi berbagai cemilan yang ia beli. Sebenarnya Nayla risih harus membawa barang apalagi ukuran plastik itu besar, ya tentunya karena isinya banyak.

Langit membawa Nayla menuju area parkir lalu Langit segera melajukan motornya ke restoran favoritnya. Langit membawa motor dengan kecepatan sedang karena bagaimana pun ia bukan sedang berada di area balapan yang mengharuskan membawa motor dengan kecepatan penuh agar menang.

Siang ini jalanan tidak terlalu macet, hingga membuat Langit dan Nayla sampai dengan cepat. Nayla turun dengan masih membawa sekantong plastik cemilan.

"Sini" Nayla menatap Langit bingung, apa yang dimaksud Nayla tapi setelah beberapa detik diam akhirnya dia mengerti dan dengan gesit, Langit mengambil plastik besar yang dipegang Nayla sejak tadi.

"Hilang" ucap Nayla setelah melihat Langit meletakkan dibagian depan motornya.

"Nanti gue beliin lagi kalau perlu se-tokonya gue beliin buat lo" Lalu Langit tertawa renyah mengingat omongannya barusan. Berbeda dengan Nayla yang terus-terusan memasang muka datar.

"Yah" ucap Langit lesu dengan diakhiri helaan nafas kasar.

"Hm?" dalam hati Langit terus saja menggerutu bagaimana bisa dia kenal dengan seseorang yang sedingin ini bahkan untuk berbicara saja dia malas.

"Gue gagal" ucap Langit sedih, mereka masih berada diluar kedai makanan.

Lagi-lagi Nayla mengerutkan dahinya.

"Gue gagal menggombal" pernyataan Langit barusan membuat Nayla sedikit merasa bersalah namun lagi-lagi perasaan itu harus Nayla tepis dengan cepat.

Nayla hanya mengangguk pelan dua kali. Langit hanya bisa bersabar dengan ekstra, mungkin lain kali dia akan beruntung. Langit menarik pergelangan tangan Nayla untuk masuk ke kedai bakso yang terkenal ditempat ini. Kedai ini akan terlihat ramai setiap hari nya.

"Nay lo mau pesan apa?" tanya Langit saat mereka sudah memasuki kedai. Nayla terlihat berpikir sambil membaca daftar menu yang tercetak jelas didinding.

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Where stories live. Discover now