"Buugghh...buggghhh...duggghhh...!" Tubuh Giri dihajar dan dipukulin para pengawal Dorma.
Giri sudah sulit untuk melawan para pengawal Dorma karena selain tubuhnya sakit terkena sinar matahari, matanya yang terus berair menyebabkan ia tidak dapat melihat dengan jelas.
"Duaaaaggggghhh....!!" Sebuah pukulan keras tongkat besi menghajar kepala Giri dan membuat Giri terjatuh pingsan.
"Stopp...jangan lanjutkan. Kalau diteruskan, anak kecil itu bisa mati" teriak Dorma ketika ia melihat para pengawalnya masih memukuli tubuh Giri yang sudah pingsan dan tergeletak diatas tanah.
"Bawa anak kecil itu...!!" Teriak Dorma kepada pengawalnya yang kemudian menyeret tubuh Giri yang pingsan untuk kembali kedalam gedung.
Keesokan harinya, Giri terbangun dengan tubuh merasa sakit. Ia melihat kedua tangannya masih terikat rantai besi dan sepertinya Giri kembali berada di kamar sel kecil dikediaman Dorma.
Kepala Giri yang terkena pukulan tongkat besi masih terasa sakit sehingga ia hanya berbaring diatas lantai.
"Dongg..donggg...doongg....!!" Pintu kamar dipukul dari luar dan pintu itu terbuka.
Giri menengok kearah pintu.
Seorang pengawal Dorma masuk kedalam kamar sambil membawa nampan dengan piring dan gelas berisi makanan dan minuman.
'Hei bocah....ini makanan dan minumanmu. Kamu jangan cepat mati ya karena Tuan Dorma sudah membelimu dengan mahal!!" kata sipengawal.
Sepertinya sipengawal merasa kesal dengan Giri yang telah melukai beberapa temannya sehingga ia meletakkan nampan berisi makanan itu dengan asal sehingga sebagian makanan dan minuman dinampan itu tumpah.
Giri melihat ada sesosok orang lagi dibelakang si pengawal dan masuk kekamar Giri.
Giri mengenal orang yang dibelakang pengawal Dorma. Dia bukan lain gadis anak perempuan Dorma yang bernama Hasya.
Hasya masuk ke kamar Giri dan bertanya: "Namamu siapa? Ilmu kamu hebat juga bisa mengalahkan beberapa pengawal ayahku"
Giri tidak menjawab pertanyaan Hasya, ia bersila dan mulai mengumpulkan kekuatan dengan mengatur pernafasannya. Kepalanya yang dipukul tongkat besi masih terasa sakit dan pusing, sementara kulit dan matanya juga masih terasa sakit karena terkena sinar matahari.
"Eh, kok kamu ga jawab pertanyaanku?!" Hasya bertanya lagi.
Kembali orang yang ditanya tidak mau menjawab dan malah memejamkan mata.
"Hei, kamu tuli ya? Aku bertanya kok kamu diam saja?!" Giri tidak memperdulikan pertanyaan anak perempuan didepannya dan tetap mengatur pernafasan untuk membangkitkan energi tenaga dalamnya dan disalurkan keseluruh badannya untuk mengobati luka lukanya.
Giri menyadari kemampuannya masih belum cukup untuk mengalahkan semua pengawal Dorma sehingga ia bertekad untuk melatih ilmu "Penakluk Bumi" ke tingkat yang lebih tinggi lagi.
"Ihh,.... sombong banget kamu ini. Jika saja ayahku tidak menahan para pengawalnya, mungkin kemarin kamu sudah mati ditangan para pengawal ayah!!" Kata Hasya sambil bertolak pinggang.
Giri yang mendengar ucapan anak perempuan didepannya merasa kesal lalu ia membuka matanya dan melihat anak perempuan itu.
Didepannya berdiri seorang anak perempuan sedang bertolak pinggang dengan wajah kesal. Giri yang kini dapat melihat jelas Hasya, mengakui dalam hatinya, anak perempuan didepannya itu memang berwajah cantik dengan hidung mungil dan mempunyai lesung pipit dipipinya. Rambut hitam panjangnya diikat dengan tali berwarna merah muda.
Giri teringat ucapan Karno yang menyangkanya naksir dengan anak perempuan didepannya. Teringat itu wajah Giri menjadi merah karena malu.
"Ada apa kamu kesini. Hidup matiku urusanku, bukan urusan kamu!" Jawab Giri dengan ketus dan menutup matanya lagi untuk meneruskan latihan pernafasannya.
"Ihh, kamu ini....!!" Hasya mengangkat tangannya hendak menampar Giri, tapi ia membatalkan niatnya karena sepertinya ia punya niat yang lain.
"Lihat saja nanti, sampai kapan kamu bisa bertahan disini"
Hasya berbalik dan keluar dari kamar. Kamarpun dikunci lagi oleh pengawal Dorma.
YOU ARE READING
Pengemis Dan Anak Langit
FantasyIni kisah mengenai dua orang anak kecil yang terbawa arus perjalanan menjadi pendekar dimasa kekuatan dan keahlian bertarung masih menjadi yang utama didunia.
Part 19: Jurus Gunung Api Penghancur
Start from the beginning
