sembilan

2K 83 2
                                    

"Gue pengen burger, pizza, martabak, jus melon, sama buah naga."

Davin melirik gadis yang kini tengah mendongak menatapnya. Berjalan seperti ini di tengah jam kerja tak membuat mereka jadi pusat perhatian walaupun jaket dan topi yang mereka pakai sama-sama terlihat mencurigakan.

"Beli apa aja selagi lo punya duit," balas Davin sembari melihat ke depan.

"Kalo nggak punya duit?"

"Ngutang."

Bibir Shella manyun. "Gratisin buat gue ngapa."

Davin menoleh dengan raut tidak suka. "Jadi lo nggak bawa duit?"

"Lah kalo bawa duit ngapain gue ngajak elo ya kan."

Wajah Davin berubah datar. Dia biarkan Shella berlari riang menuju stand burger yang berdiri sebelum gerbang pasar. Sampai di sana, dirinya langsung disuguhkan burger panas oleh Shella. Mereka duduk di kursi plastik. Membelakangi jalan raya.

"Mmhh enaak!" Shella menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan. Begitu menoleh, dia dapati Davin masih belum melahap burger miliknya. Pemuda itu justru malah bergeming melihat makanannya itu dengan kening berkerut.

"Gue nggak suka mayonais."

"Oh gitu. Yaudin buat gue aja," kata Shella seraya mengambil burger dari tangan Davin, kemudian berseru, "Bang, nambah satu lagi nggak pake mayonais!"

"Siap!"

Davin menatap Shella yang dengan lahapnya memakan dua burger sekaligus.

"Nggak pernah makan itu, ya?" tanya Davin sedikit prihatin.

Shella menggeleng senyum dengan pipi gembung. Ketika makanan sudah ditelan barulah dia membalas, "Nyokap nggak pernah ngasih gue duit jajan. Di sekolah aja gue ditraktirin mulu sama Evelyn."

"Miskin?"

Shella mendengus. "Gue nanam saham di sekolah-sekolah elit tau!"

"Terus?"

Shella menggigit burger-nya lagi. "Namanya juga nyokap angkat. Tapi yang punya saham nyokap kandung gue, kok!"

Davin menerima burger panas yang disodorkan si Abang Burger.

"Lo kok nggak sekolah?" tanya Shella.

"Lo di rumah."

"Khawatir sama gue?"

"Takut barang ada yang hilang."

Shella tersenyum masam. Dia lahap burgernya hingga tak bersisa. Davin sampai berpikir Shella akan melahap kertas burger sekaligus.

Setelah kenyang, mereka memutuskan untuk berjalan kaki menuju swalayan. Selama perjalanan, Davin dipekakkan oleh omelan Shella yang jengkel karena Davin tampak tak minat mendengar ceritanya.

Sampai di swalayan, Shella sesuka hati mengambil apa pun dan memasukkannya ke dalam keranjang dorong. Membuat Davin tak tahan untuk tidak mengetuk pelan ubun-ubun Shella dengan tinjunya.

"Lo pikir bayar ini pake daun, apa?"

Shella mendongak. Ujung topi menghalang pandangannya, membuatnya memutar topinya ke belakang.

"Lo kan dermawan, rajin sedekah!"

Davin berdecak. "Pokoknya ini hutang."

"Kan, gue nggak punya duit!"

"Bo-do, a-mat," tekan Davin sambil mengeja kata per kata sebelum berlalu dengan wajah dongkol.

Shella langsung buru-buru mengejar. "Davin, ihh! Masa gue kudu nyapu istana negara supaya bisa punya duit buat bayar utang!?"

Shella in the Davin's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang