40

1.5K 49 3
                                    

Acara makan selesai. Shella membantu Rachel membereskan dapur dengan mencuci piring. Sedangkan Darren, Albert, dan Leon tengah berkumpul di ruang santai, entah berbincang apa.

Usai urusan dapur selesai, Rachel menyuruh Shella untuk membawakan beberapa bungkus jumbo keripik kentang. Rachel sendiri menimang beberapa botol air minum untuk dibawa ke ruang di mana para lelaki itu berada.

Leon serta-merta meraih satu bungkus keripik yang diletakkan Shella di tengah-tengah mereka. Albert sedang fokus di depan laptopnya, berbaring di atas karpet lembut. Dan Darren menyendiri di sofa malas, membaca buku tebal berjudul Terapi Berpikir Positif.

"Sir, selesai," kata Rachel seraya duduk bersila di samping Leon. Shella juga ikut duduk di samping Rachel, memeluk kedua kaki. Dirinya yang diizinkan mandi sebelum cuci piring tampak segar mengenakan gaun tidur berlapis sweater rajut.

Darren menutup bukunya, duduk menumpukan kedua sikunya ke lutut. Tersenyum.

"Oke, kita mulai rapatnya."

Shella plonga-plongo sampai diletakkannya beberapa lembar foto ke kaki Shella. Tak ayal ternyata foto itu berasal dari Albert yang baru saja menutup ritsleting tas laptopnya.

"Karna syarat untuk tau kenapa Davin pergi itu harus menyelesaikan kasus the Bloody Lover, saya udah janji untuk mempermudah penyelidikan kamu kan?"

Shella mengangguk merespons senyuman Darren yang duduk di seberangnya.

"Nah. Mereka bakal bantu kamu."

Leon yang tengah tiduran sembari mengunyah keripik tiba-tiba tertawa. "Sir Darren sama Rachel sempat hampir adu jotos lho ahaha gila! Rachel nggak mau lo kena bahaya karna nyari pembunuh berantai."

Shella tatap Rachel yang mengangguk manyun. Wanita itu tampak menggemaskan ketika memeluk Shella seraya menatap Darren tajam. Kemudian dia posisikan Shella ke bentuk semula. Tersenyum kepada gadis itu.

"Tapi karna itu Darren, aku percaya kamu bakal baik-baik aja."

Shella mengangguk senyum. Darren beranjak dari sofa, beralih duduk di karpet, berhadapan dengan Shella dan Rachel. Disusunnya lembar foto itu. Berkata, "Ini foto korban yang Rachel minta dari tim investigasi. Sebelumnya udah saya bilang kan? Ada enam korban. Semuanya perempuan dengan status random. Semuanya mati di flat apartemen dan rumah masing-masing. Karna nggak ada kerusakan apa pun di dalam rumah mereka, itu nunjukin bahwa pelaku diizinkan masuk tanpa paksaan."

Shella lihat satu persatu foto wanita berlumuran darah di atas kasur. Perasaan ngeri dan gidiknya beralih penasaran ketika sebuah ukiran merah di tubuh para wanita itu menarik perhatiannya.

Goresan ujung belati berbentuk hati terukir di kening, paha, dan lengan. Semua wanita mendapat bagian.

"Setelah diselidiki, bentuk belati yang dipakai cocok di semua bentuk luka perempuan-perempuan itu. Membuktikan pelakunya sampe korban terakhir masih orang yang sama. Karna saya lagi nggak mood mikir, kamu bisa tanya pendapat lain ke mereka."

Darren kembali duduk di sofa malasnya. Kembali membaca buku. Shella mengambil salah satu foto, menatapnya lekat. Perempuan yang ada di dalamnya mati terlentang di kasur dengan mata terbuka lebar. Pakaiannya transparan. Darah mengotori wajahnya lantaran keningnya terukir bentuk hati dari goresan ujung belati. Sebagian besar darah ada di area jantung, menunjukkan sebab kematiannya ada di sana. Lantaran wajahnya tampak amat terkejut, kemungkinan besar dirinya sempat terkejut sebelum jantungnya ditusuk.

Kira-kira apa yang membuatnya sebegitu terkejut?

Semua korban juga menunjukkan ekspresi yang sama dengan mata terbelalak.

Shella in the Davin's WorldTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon