"Setiap kelompok bangun tenda masing-masing dua, untuk anggota laki-laki dan perempuan. Harap tetap berada di wilayah jurusan masing-masing. Kemudian buat makan siang, setelah itu kembali lagi ke sini pada pukul dua. Dilarang bermain-main dan berkeliaran, paham?"
"Paham, Kak Riko!"
"Oke, sekarang bubar!" Riko turun dari kotak kayu kecil yang diletakan di depan barisan kelompok mahasiswa baru, dan pergi ke arah para senior yang sudah berkumpul di salah satu gazebo.
Wina menatap kepergian Riko, memandang sekelompok senior dan bertanya-tanya dimana Axel berada. Pasalnya, sejak mereka berangkat dari kampus hingga mencapai tempat ini--sebuah kawasan perkemahan di daerah Curug yang memiliki air terjun berjarak hanya dua ratus meter saja--dia tak melihat pemuda itu sama sekali. Bukan berarti dia merindukannya atau apa, hanya saja,...
"Win! Ngapain bengong? Anak-anak udah pada ngumpul tuh." Rifka menyenggol Wina, membuat gadis itu sadar bahwa sekarang sekelilingnya mulai sepi.
Mengikuti Rifka, Wina bergabung dengan kelompok barunya. Kali ini mereka dibuat kelompok berdasarkan jurusan masing-masing, untungnya Wina dan Rifka berada di satu jurusan yang sama, dan untungnya lagi mereka disatukan di kelompok yang sama juga.
"Ah, sayang kita beda jurusan. Padahal pengen juga tidur bareng Nata." Ridan tiba-tiba muncul, merangkul gadis itu dengan wajah kecewa.
Wina menepis tangannya, dan melotot. "Jangan pegang-pegang!"
"Jangan melotot kayak gitu, nanti kalau suka jadi berabe." Memberikan senyum jahil, Ridan mengedipkan sebelah matanya.
Rifka segera meraih bahu Wina dalam pose protektif. "Mesum!"
Menaikan sebelah alisnya, Ridan tertawa. "Mesum apanya? Emang gue mau ngapain, lu mikirnya kejauhan nih-aduh!" Melirik ganas pada orang yang tiba-tiba menggetoknya, Ridan merubah ekspresinya secepat kilat. Nyengir.
"Balik ke kelompok kamu sana." Riko, menyilangkan tangan di dada.
"Santai, Kak. Cuma mau ngejenguk pacar sebentar." Ucapnya terkekeh.
Agak terkejut, Riko menatap Rifka dan Wina. "Kalian pacaran sama dia?"
Rifka langsung menggeleng kepalanya kuat-kuat. "Enggak, Kak! Ngaco dia tuh! Usir aja." Ujarnya menggebu-gebu.
Wina menoleh pada gadis itu, bukannya kemarin dia kelihatan semangat sekali meminta Wina mempertimbangkan Ridan? Kenapa berubah?
Riko kembali menatap Ridan, yang sekarang sudah cengengesan tanpa rasa malu.
"Beneran kok, Kak. Sekarang masih calon sih, tapi bentar lagi juga jadi pacar." Ujarnya pe-de. "Tuh, yang rambut panjang. Calon gue Kak, namanya Nata."
"Bohong, Kak!" Wina menyanggah, entah kenapa rasanya dia perlu meluruskan ini, padahal biasanya dia tidak akan ambil pusing.
"Ya ampun, Nat. Jangan langsung nolak gitu dong, dicoba dulu kek sedikit."
Untuk kedua kalinya, Riko menggetok Ridan. "Udah jangan banyak bullshit, balik ke kelompok lu sana!"
"Kak jangan digetok terus dong, nanti otak gue berceceran gimana? Gue kan gak mau hilang ingatan terus ngelupain orang yang gue sayang." Mengelus kepalanya, Ridan masih sempat mengedipkan sebelah mata pada Wina yang membuat Rifka disebelahnya pura-pura muntah.
"Lu mau gue hukum atau balik sekarang?" Ancam Riko.
Pada akhirnya, Ridan yang cengengesan memberikan ciuman jarak jauh dan kemudian kembali ke jurusannya sendiri.
Berdecak sekali, Riko kemudian menatap Rifka dan Wina yang masih berdiri di hadapannya. "Kalian juga, balik ke kelompok kalian." Ucapnya yang dijawab anggukan oleh kedua gadis, namun sebelum mereka berdua berbalik, Riko kembali melanjutkan. "Dan lu, Natasha,..."
ESTÁS LEYENDO
Clockwork Memory
RomanceNatasha Vienna (Wina), seorang mahasiswi baru yang tengah bersemangat menjalani awal kehidupan kampusnya. Bertekad untuk memiliki banyak teman dan berhubungan baik dengan para senior, bertemu dengan seorang ketua BEM yang menjadi idola satu fakultas...
