Jam setengah delapan pagi. Udara masih cukup segar untuk dihirup. Langit biru tak berawan menandakan hari ini akan cerah, meski begitu matahari yang sudah terbit tidaklah terlalu panas. Hangatnya lebih membuat nyaman ditengah-tengah udara yang masih bersih dan dingin.
Tepat pada saat itu, Wina terengah-engah saat dia memasuki gerbang universitas, wajahnya memerah karena berlari. Keringat turun ke tengkuknya, mengeritingkan anak-anak rambut di sisi-sisi wajahnya. Wina menggigit bibir, tengah mengatur napas saat seorang gadis dengan jas almamater biru mendekatinya.
"Dari fakultas mana kamu?"
Wina menatap gadis itu, yang pasti adalah seorang senior. Dia menarik napas panjang sebelum menjawab, "FISIB Kak."
Senior itu menatapnya, seakan-akan mencari sesuatu. "Mana pita fakultas kamu?"
Wina menelan ludah, baru ingat peraturan yang mengharuskan para mahasiswa baru yang tengah di ospek mengikatkan pita di pergelangan tangan mereka. Putih untuk FISIB, dan itu ada di dalam tasnya bukan di pergelangannya. "Maaf kak, saya pakai sekarang."
Wina baru mau mengambil pitanya ketika kakak kelas itu sudah berteriak memanggil seseorang. "Riko! Junior lu nih!" Ucapnya datar, kemudian menatap Wina. "Kamu pergi kesana." Dia menunjuk barisan beberapa mahasiswa baru di bawah pohon beringin, ada tiga senior di sana, sementara seorang senior laki-laki berjalan ke arah mereka.
Wina menelan ludah, dan mengangguk. Kemudian dia berjalan menuju tempat yang di tunjuk. Berpapasan dengan senior laki-laki yang dia pikir bernama Riko. Senior itu kemudian membawanya ke antara barisan beberapa anak yang wajahnya tak terlalu asing bagi Wina, dan menyuruhnya untuk berdiri di ujung paling belakang barisan.
"Pita fakultas kamu mana?" Seorang senior perempuan menghampirinya dengan wajah jutek.
"Iya Kak, saya pakai sekarang."
"Kalau gak di tegur, gak akan kamu pakai gitu?"
"Maaf Kak, tadi saya terburu-buru."
"Kamu pikir, semua teman kamu di sini gak terburu-buru?" Sindirnya.
Wina tak menjawab, hanya menundukkan pandangan. Malu karena menjadi pusat perhatian.
"Semua teman kamu di sini juga terburu-buru, tapi gak ada yang melupakan pita mereka. Apa kamu pikir itu cuma hiasan aja?"
"Maaf, Kak."
Senior berambut pendek itu berdecak. "Pakai pita kamu sekarang!"
"Iya, Kak." Wina buru-buru mengambil pita di dalam tasnya.
Senior itu melemparkan pandangan kesal pada Wina sebelum kembali ke depan barisan, berdiri di samping senior Riko. "Kalian tahu kenapa kalian di sini sekarang?" Ujar senior itu kemudian, memandang ke sekelilingnya pada wajah-wajah yang menatapnya takut-takut, namun tak ada yang menjawab. "Kenapa diam?! Gak dengar saya nanya?"
Serentak kemudian para mahasiswa baru di sekeliling Wina menjawab bahwa mereka mendengar, sementara Wina baru selesai mengikatkan pita putih di pergelangan tangannya.
"Kamu yang baru pakai pita! Jawab, kenapa kamu di sini?!"
Wina tersentak, kemudian memandang senior itu, teman-teman yang lain mencuri pandang padanya. Dia melirik ke kanan dan ke kiri, seakan dengan melakukan itu dia bisa menemukan seseorang yang bisa menggantikannya untuk menjawab.
"Kenapa liat kanan kiri?! Cepat jawab!" Bentak senior itu lagi.
Wina sontak menatap senior itu, dan menelan ludahnya gugup. "Ka--karena terlambat kak?" Jawabnya dengan nada bertanya.
YOU ARE READING
Clockwork Memory
RomanceNatasha Vienna (Wina), seorang mahasiswi baru yang tengah bersemangat menjalani awal kehidupan kampusnya. Bertekad untuk memiliki banyak teman dan berhubungan baik dengan para senior, bertemu dengan seorang ketua BEM yang menjadi idola satu fakultas...
