Chapter 10

3.3K 310 43
                                        

Tiga tahun silam...

"Sidney, besok kosong kan? Ayolah temenin kakak..."

"Ga mau ah, Kak! Ketemu orang gak jelas dari antah berantah gitu. Kalau dia jahat gimana? Lagian kan Kakak sendiri yang bilangin Sidney kemarin-kemarin itu jangan percaya sama kenalan internet. Kok sekarang malah Kakak yang mau ketemuan sih? Sidney kasih tahu Papa lho!"

Wina berdecak. Tapi mati-matian menahan emosinya, lalu duduk di sebelah gadis itu yang matanya terpaku pada televisi menonton acara gosip. "Nanti kakak traktir makan, sama kakak beliin pulsa lima puluh ribu. How?" Bujuknya, memaksa memasang senyum di wajah.

Sidney melirik, dari tampangnya tampak berpikir. Wina tahu dia sudah mendapatkan Sidney, jadi dia tidak memaksa adiknya itu dan menunggu dengan sabar. Sampai akhirnya, Sidney mengangguk.

Wina tersenyum. Sidney itu gampang sebenarnya.

***

"Dia beneran datang gak sih, Kak? Apa jangan-jangan kakak dibohongi kali." Sidney meminum lemon tea dengan tak sabar. Memandang ke arah pintu masuk kafe yang tengah mereka tempati.

Wina mengecek ponselnya, WA terakhir yang dia kirim ke Axel bahkan belum masuk. Ini sudah lewat setengah jam dari waktu yang mereka janjikan, tapi Axel tidak mengirim kabar apapun. Mau tak mau, Wina berpikir apa yang Sidney katakan benar. Mungkin Axel hanya mempermainkannya. Menghela napas, gadis itu pun mengantongi ponselnya. "Ya udah kita pulang aja." Ujarnya datar, jelas kecewa.

Mengangkat tangan hendak memanggil pramusaji, Wina tiba-tiba saja terpaku. Seorang pemuda masuk kedalam pandangannya dan berdiri di depan gadis itu. Meskipun dia tak mengatakan apapun, segera Wina tahu, orang yang dia tunggu telah datang.

"Wina Austria?" Suara pemuda itu tersesak napas.

Wina menurunkan tangannya, mengangguk. Di sebelahnya, Sidney tersedak minumannya dan batuk-batuk dengan heboh. Wina melirik gadis itu tajam.

Menunduk malu, Axel memandang senyum canggung. "Gue Axel, boleh duduk?"

"Duduk aja, udah di tungguin dari tadi Kak." Sidney menyela sementara pikiran Wina belum berada di tempat.

"Maaf, tadi jalanan macet banget. Baterai HP gue juga habis." Ujar pemuda itu malu dengan aksen jawa yang terdengar jelas. Menarik bangku, kemudian duduk di depan Wina.

Wina menatap pemuda di depannya, dia tidak benar-benar jelek tapi jelas bukan tipe Wina. Rambut Axel cepak, tidak ada yang salah dari itu hanya saja Wina pikir model rambut itu tak sesuai dengan wajah Axel. Lalu, kacamata berbingkai hitam yang tebal bahkan nyaris membuat wajahnya tampak nerd. Ada kumis tipis di wajahnya, yang membuat pemuda itu terkesan lebih tua. Belum lagi pakaian yang dia pakai, itu kaosnya kegedean atau gimana? Dua nomor lebih besar kayaknya? Biar apa?

Tanpa sadar, Wina menghela napas. Dia jelas kecewa.

"Pesan minum, Kak. Kayaknya capek banget." Sidney memecah keheningan karena Wina bahkan belum mengatakan sepatah katapun.

Itu membuat Wina tersadar, lalu dia kembali memanggil pramusaji. "Iya, pesan minum. Udah makan?" Tanya Wina.

Axel memandang sejenak, kemudian tersenyum tipis.

Sidney memandang Wina dan Axel, tahu kalau suasana menjadi canggung. Gadis itupun dengan cepat berinisiatif menunjukan menu-menu yang direkomendasikan, dan mengambil alih pembicaraan. Membuat meja itu tak lagi kaku. Saat itu, Wina benar-benar bersyukur telah mengajak Sidney bersamanya.

"Kata Kak Wina, Kakak main Kingdom of Valone juga ya? Siapa nama username Kakak? Aku udah lama main, jadi mungkin tahu." Sidney memulai percakapan, memberikan atensi secukupnya pada Axel. "Oh ya ngomong-ngomong, aku Sidney. Mikaela Sidney, adik Kak Wina. Salam kenal ya Kak." Dia mengulurkan tangan.

Clockwork MemoryWhere stories live. Discover now