THR

1.8K 131 39
                                        

Dear, kakak-kakak,....

Awalnya, aku berniat ngasih chapter 24, tapi ternyata aku sibuk banget belakangan ini, dan tabungan chapterku belum selesai untuk bagian bab 24, baru setengah jalan. Padahal, aku mau banget ngasih THR untuk kakak-kakak, apalagi yang suka baca ulang, aku merasa terharu banget :'(.

Nah, karena ternyata aku tidak bisa up chapter 24, tapi keinginanku kuat untuk memberikan THR, aku putuskan untuk up chapter lain yang available di penyimpanan ku aja. Semoga kakak-kakak gak kecewa dan menyukai cerita ini.

Psst...
Sebenarnya aku berniat menjadikan ini spin off Clockwork Memory, tapi mari kita intip-intip aja...

Regards,

R. R. Putri

----------------------------------------------------------------------------

Act. 2

Langit di atas mendung, kemungkinan sebentar lagi akan hujan. Mungkin karena masih awal, mungkin semua orang berpikir untuk memanfaatkan setengah jam waktu tersisa untuk datang, tapi parkiran SMA Pranahara cukup sepi pagi itu.

Sementara udara yang turun membuat menggigil, seorang gadis dengan hoodie hijau lumut dan tudung yang menutupi kepala duduk di salah satu bangku kayu di pinggir plataran parkir, bersila dengan ponsel di tangan. Sibuk bermain game dengan fokus yang melebihi pengerjaan ujian semesteran mereka.

Itu adalah Sidney, yang memutuskan menunggu pemuda bernama Mahawira. Menurut informasi yang diberikan Meitha tadi malam Wira selalu datang cukup pagi dengan mobil Nissan putih. Alasannya tidak ada yang tahu, tapi gadis itu berpikir mungkin Wira hanya tidak ingin mencari tempat parkir yang terlalu sulit.

Lagian ke sekolah pakai bawa mobil, SIM nya pasti nembak! Riza aja pakai sepeda!

Jadi disinilah Sidney, gadis yang biasanya datang lima menit sebelum bel berdering sudah dengan manis menunggu satu jam lebih awal. Tapi dalam setengah jam terakhir, dia belum melihat mobil putih yang dimaksud.

"Aduh! Aduh! Tunggu-tunggu," mengerutkan dahi, Sidney menggeser jarinya kuat-kuat pada ponsel ditangan, berusaha menghindari pukulan dan menyelamatkan darah yang tersisa. Namun belum selesai dia mengatur strategi, saat sebuah mobil berwarna putih melewatinya dan terparkir dengan mulus. Pengalihan sekejap itu mengantarkan Sidney pada kematian tokoh game-nya. Sidney memaki pelan.

Pintu mobil terbuka, dan seorang pemuda yang tengah menguap keluar.

Masih bersila, Sidney kemudian terpaku dengan ponsel di tangan. Mata gadis itu memandang Wira yang mengunci pintu mobilnya, tapi lalu tetesan pertama hujan jatuh. Tak cukup deras, hanya gerimis yang sangat ringan. Sidney berdiri, menghampiri Wira.

Berbalik, dan menemukan Sidney di belakangnya, Wira sedikir terkejut. Memasukan tangan ke dalam saku celana, Wira memandang kebawah dengan congkak, pada Sidney yang memang jauh lebih pendek darinya.

Sidney menelan ludah, dia sudah menyadarinya kemarin, tapi mengalaminya lagi dia masih belum terbiasa. Wira terlalu mengintimidasi. "Hai," sapanya dengan canggung, mengangkat satu tangan dalam usaha menyapa.

"Ada apa?"

"Um, gue Mi-"

"Gue tahu, langsung aja."

Sidney menggigit bibir, sabar, Sid sabar. "Ok, jadi gue mau minta tolong, bisa gak lu-" Sidney terdiam, tiba-tiba dia baru sadar betapa memalukannya kata-kata yang akan dia ucapkan. Bagaimana bisa dia minta seseorang yang bahkan baru dia tahu namanya kemarin untuk menjadi pacarnya? Demi Tuhan, dia bahkan belum pernah 'nembak' orang selama enam belas tahun hidupnya!

Clockwork MemoryWhere stories live. Discover now