Tiga tahun silam...
Wina menumpukan dahi pada meja belajarnya. Buku matematika yang terbuka di atas meja menjadi saksi betapa pusing kepalanya. Gadis itu kemudian memutar kepala, dan menatap buku catatan di sebelah buku matematika. Buku itu terbuka, hanya ada tiga soal di sana yang baru terselesaikan, dan Wina kembali berpaling, menghela napas frustasi.
Meraba meja, Wina kemudian meraih ponsel. Dengan cepat membuka WhatsApp, dan mencari nama Freditha.
Me : Dit, udah ngerjain matematika?
FreeD : Udah, tadi di bantu Kak Dodi.
Me : Enak banget sih punya pacar kakak kelas.
Me : Gue mumet banget nih.
FreeD : Ya udahlah, nanti salin punya gue aja.
Me : Serius?
FreeD : Iya!
Me : Terimakasih dewi penyelamat ku!
FreeD : LEBAY!
FreeD : Makanya cari pacar sana!
Me : Nunggu Kak Dira lowong. Hahaha.
FreeD : Kak Dira? High quality sih!
FreeD : Patut ditunggu.
"Kak ini artinya apa sih?" Pintu kamar Wina tiba-tiba terbuka, dan seorang gadis SMP masuk dengan rambut di ikat dua. Menyodorkan notebooknya pada Wina.
Mengurut dadanya, Wina menarik napas panjang. "Sidney! Lain kali ketuk pintu dulu, jangan main masuk gitu aja! Ngagetin aja sih!" Sewot Wina.
Sidney hanya memanyunkan bibir, masih mendesak Wina dengan notebooknya. "Ini artiin dulu."
Menghela napas, Wina meraih notebook adik perempuannya itu dan melihat sebuah percakapan berbahasa Inggris. "Ini apa?"
"Chatingan sama teman game."
"Game?"
"Iya, ini RPG. Jadi bisa main sambil dapat kenalan baru."
Wina menatap adiknya dengan pandangan prihatin. "Kamu tuh jangan sembarang kenalan sama orang asing, apalagi di internet. Bahaya!"
"Yang penting kan Sidney gak ketemuan. Kalau cuma sama-sama main game gak apa-apa kata Papa, asal jangan ngasih tahu informasi pribadi." Sidney berkeras.
"Tapi Papa juga bilang kamu jangan kebanyakan main game! Balajar juga sana!" Wina menyentil dahi Sidney pelan.
Sidney meringis, "Ih Sidney juga belajar kok!" Mengusap dahinya, anak perempuan itu kembali memanyunkan bibirnya. "Sidney kan main habis belajar, jadi gak apa-apa. Lagian, kakak juga jangan belajar mulu. Yang ada rontok nanti itu rambut!"
Berdecak, Wina menatap notebook Sidney di tangannya. "Lagian apa asiknya sih main game ginian."
Tiba-tiba saja mata Sidney berbinar-binar, dengan cepat direbutnya kembali notebook ditangan Wina, meletakannya di sebelah laptop gadis itu dan menutup layar chatnya. "Seru, ini RPG Kak. RPG itu gak kayak game lain, ada ceritanya. Misi-misinya juga macam-macam. Terus kita bisa kenalan sama orang-orang baru." Lalu setelah itu, dengan semangat Sidney menjelaskan permainan itu pada Wina. Mencoba meracuni gadis itu untuk berada di pihaknya, dengan harapan jika dia ketahuan main game sampai tengah malam lagi dia punya sekutu yang bisa menyelamatkannya.
***
Wina ambruk di atas meja, tas yang dia letakan sebelumnya nyaris jatuh. Ditha menghampiri gadis itu, menatapnya dengan terkejut.
"Lu kenapa Win? Mata udah kayak panda, gak tidur lu?" Ucapnya penasaran, duduk di sebelah Wina.
Wina melirik teman sebangkunya dengan tak bergairah, kemudian menarik tubuhnya untuk duduk dengan tegak. Meraih tasnya, dia mengeluarkan buku matematika. "Gue habis di bantai tadi malam." Ujarnya dengan nada lelah. "Mana tugas matematika lu?"
YOU ARE READING
Clockwork Memory
RomanceNatasha Vienna (Wina), seorang mahasiswi baru yang tengah bersemangat menjalani awal kehidupan kampusnya. Bertekad untuk memiliki banyak teman dan berhubungan baik dengan para senior, bertemu dengan seorang ketua BEM yang menjadi idola satu fakultas...
