Chapter 1

5.4K 385 5
                                        

"Perkenalkan, saya Amanda semester tiga jurusan sastra Jepang. Sampai tujuh hari ke depan, saya bakal jadi kakak pembimbing kalian. Kalau kalian menemukan kesulitan dan butuh bantuan, kalian bisa menemui saya." Seorang senior perempuan berwajah manis tersenyum dengan tampak baik hati. Dibandingkan dengan senior-senior di aula tadi, Amanda terlihat seperti malaikat saat ini.

Setelah perkenalan di aula, para mahasiswa baru FISlB dipecah menjadi beberapa kelompok. Kemudian, selama dua jam mereka akan di bimbing oleh seorang senior sebelum dikumpulkan lagi di aula.

Kelompok Wina, terdiri dari lima belas orang mahasiswa baru. Dengan arahan senior yang memperkenalkan dirinya sebagai Amanda, mereka menepati salah satu kelas kosong. Kemudian menarik bangku dan duduk melingkar.

"Beneran nih kita gak bakal dimarah-marahin Kak? Soalnya pas di aula belum apa-apa aja kita udah dibentak-bentak." Seorang pemuda di sebrang Wina menatap Amanda dengan ragu.

Tapi senior yang di tatap justru tertawa. "Enggak, yakin deh. Tahu konsep good cop, bad cop kan?" Amanda terdiam, menatap beberapa anak yang mengangguk ragu, sementara yang lainnya bertukar tatapan bingung. "Nah, ini mirip kayak gitu. Jadi kalau ada senior yang jahat, harus ada senior yang baik biar seimbang. Karena itu, semua kakak pembimbing pasti baik-baik."

"Selain itu, senior lain bakal galak-galak ya kak?" Gadis lain, di sebelah anak laki-laki yang tadi baru bertanya.

Amanda kembali tertawa. "Kalau kalian mengikuti peraturan dan tata tertib, mereka gak bakal galak. Lagian, aslinya mereka baik-baik semua kok." Jelasnya dengan nada ceria. Meskipun begitu, beberapa dari mereka jelas masih melemparkan tatapan ragu. "Oke, oke,... Sekarang, tulis nama kalian, NPM, jurusan sama nomor telepon di sini." Dengan senyum masih tersisa di wajahnya, Amanda menyodorkan selembar kertas kepada salah seorang mahasiswa di sebelahnya, yang menerimanya sambil mengangguk. "Setelah ini, nanti saya akan jelasin beberapa hal yang perlu kalian bawa besok."

Kemudian, untuk beberapa saat lingkaran itu hening. Begitu juga Amanda, semua sibuk menunggu giliran untuk menulis data diri pada kertas yang dia beri. Termasuk Wina, yang memperhatikan pergerakan kertas itu dari satu orang ke yang lainnya, hingga akhirnya berhenti dihadapannya.

"Natasha, dipanggilnya apa? Tasha?" Seorang anak laki-laki yang duduk di sebelah kiri Wina akhirnya memecah kesunyian, mencuri lihat kertas yang dia tulis.

Terkejut, Wina memundurkan tubuhnya, menabrakan punggung pada sandaran kursi. Alisnya bertaut, sementara anak laki-laki itu tersenyum timpang padanya, memperlihatkan gigi taring yang terlihat menawan. Wina kembali menatap kertasnya, satu tangan menyelipkan rambut ke balik telinga sementara tangannya yang lain masih terus menulis. "Wina."

Menaikan alisnya dengan ekspresi bingung, anak laki-laki itu menatapnya dengan penuh penasaran. "Kok Wina?"

"Itu nama panggilan gue." Menutup pulpennya, Wina kemudian menyodorkan kertas itu pada si anak laki-laki.

Anak laki-laki itu mengambil kertasnya, dan membaca nama Wina sebelum dia menuliskan namanya sendiri di bawah nama gadis itu. "Natasha Vienna." Gumamnya, "harusnya Vina kan?"

Wina tak menjawab, alih-alih dia menatap Amanda di depan, yang memperhatikan mereka berdua. Sebenarnya bukan hanya senior itu, tapi ke tiga belas lainnya juga. Gadis itupun menghela napas, belum apa-apa dia sudah jadi pusat perhatian.

Setelah beberapa menit kemudian, kertas itu berbalik pada Amanda. Dia menatapnya sejenak, kemudian meletakkannya di atas meja bangkunya. Pandangannya yang ceria menatap adik-adik kelasnya, kemudian mengeluarkan sebuah foto kopian, menyebarkannya satu persatu kepada mereka. "Itu, barang-barang yang harus di bawa besok. Jangan sampai ketinggalan, soalnya senior-senior yang lain gak bakal sebaik saya kalau kalian ngelakuin kesalahan."

Clockwork MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang