Bab 45

4.2K 103 2
                                    

"Tolong jangan bersikap seperti itu kepada Reea? Ra, bagaimana pun juga ia anak Antonio. Antonio pasti sedih melihatmu seperti ini Ra?"

"Lantas aku harus bersikap bagaimana kepada anak itu, apa aku harus bersikap baik kepada nya. Dia sudah buat putri ku mengalami kecelakaan, Karena dia juga perusahaanku menurun dratis!"

"Ra dia juga anakmu, Kamu sudah berjanji untuk menganggap Reea seperti anakmu bukan. Kecelakaan itu bukan salah Reea?" Kenapa kamu selalu menyalahkan Reea, ia tidak salah Ra"

"Karena aku membencinya! Keluarlah aku tak butuh ceramah darimu"

"Kau keter......"

"Mom...my..." Lirih Rani. Rara yang mendengar suara Rani memanggil nya pun Ia segera menghampiri Rani yang sudah membuka mata nya.

"Oohh tuhan sykurlah kamu sudah sadar sayang.. Jangan buat Mom takut Ran.." Ucap Rara yang menciumi kening Rani dengan lembut, gadis cantik itu tersenyum dengan lemah

"Aku panggil dokter dulu.." Kata Leon segera keluar dari ruang perawatan Rani.

"Ta...nte ily punya boneka baru dong" ucap gadis kecil itu yang duduk di samping Reea sambil memakai es krim milik nya

"Ohh ya mana coba Tante lihat"

"Ada tapi di rumah nggak boleh di bawa sama grandma, katanya, nanti grandma repot"

Reea terkekeh geli di buat nya. Ia pun mencubit pipi Lyli dengan gemas " Grandma hanya tidak ingin boneka kamu hilang sayang"

"Benarkah " Tanya Lyli. Reea mengangguk pelan sebagai jawaban nya.

"Mas Leon bilang. Rani, sudah sadar Ree" Kata Marisa yang sedari tadi diam saja

"Benar Kak.. Oohh tuhan terimakasih" Gumam Reea dengan rasa bahagia

"Iya kamu ingin melihat nya"

"Mmm ak..aku.. Mungkin lain kali saja Kak,? Aku tidak ingin berdebat lagi dengan Mom"

Marisa menghela nafas pelan" Baiklah tidak apa. Kalau begitu Kakak menghampiri Mas Leon dulu ya"

"Ya Kak..."

Marisa pun pergi dari cafe itu dan meninggalkan Reea sendiri di sana. Reea termenung entah apa yang di pikirkan gadis cantik itu. Reea menghela nafas pelan lalu ia pun beranjak bangun dari duduk nya. Reea membayar tagihan minuman nya. Lalu ia pun meninggalkan Cafe. Reea berjalan pelan menuju ruang perawatan sang Kakak. Reea ingin melihat keadaan sang Kakak walau hanya melihat di jendela saja itu sudah cukup untuk Reea.

Sesampai nya di sana Reea melihat Rani yang sedang di periksa oleh dokter, Reea merasa lega karena sang Kakak sudah sadar Reea hanya bisa melihat di celah pintu yang terbuka sedikit. Merasa sudah cukup ia pun meninggalkan ruang perawatan Rani.

Ia keluar dari rumah sakit tiba  di parkiraan ponsel Reea pun berbunyi dengan nyaring. Reea mengambil ponsel nya di dalam tas dan ia pun melihat nama Kenzio terpangpang di layar ponsel nya. Reea segera mengangkat nya.

"Ya Ken.."

"Kamu masih di rumah sakit? Apa semua nya baik -baik saja?"

"Ya aku masih di rumah sakit dan ingin pulang. Semua nya baik -baik saja Ken, Kak Rani pun sudah sadar?"

"Syukurlah, aku senang mendengar nya. Babe, bisakah kamu ke kantorku?"

"Tapi Ken..."

"Nanti supir akan menjemputmu di sana? Kalau begitu aku tutup dulu telepon nya"

"Ken.." panggil Reea, namun sayang nya sambungan telepon sudah di putus oleh Kenzio. Reea hanya bisa pasrah saja saat Ken menyuruh nya untu datang ke kantor pria itu.

Di dalam ruang perawatan Rani. Rani sudah mulai bisa duduk dan bercanda dengan keponakan nya, Rani di temani oleh Marisa dan juga Lyli. Karena sang ibu dan juga paman nya pamit untuk bekerja. Rara -ibunya itu harus menyelesai kan urusan pekerjaan nya. Perusahan nya sempat merugi besar. Dan sekarang Rara sudah mendapatkan suntikan dana dari teman lama nya. Perusahan Rara perlahan mulai kembali stabil

"Tante.. Apa Reea tidak datang menjengguk?" Tanya Rani yang mengelus rambut panjang milik Lyli

"Reea, datang tadi Ran, tapi hanya sebentar."

"Oohh pasti karena ulah Mom iya kan "

"Hmm Tante tidak tahu Sayang. Sudah kamu istrirahat saja jangan berpikir yang macem -macem"

"Iya Tan."


Sesampai nya di kantor milik Kenzio, Reea langsung di antar oleh Chika sekertaris nya. Kenzio, yang sedari tadi menunggu Reea di lobby atas perintah Kenzio. Reea dan juga Chika mengobrol sepanjang koridor dengan asiknya bahkan Reea sudah merasa dekat dengan Chika.

"Masuklah, Ken ada di dalam? Aku harus kembali bekerja Ree"

"Trmksh Ka sudah mengantarku"

"Sama -sama"

"Kalau begitu aku masuk dulu"

Chika mengangguk sebagai jawaban nya. Setelah Chika kembali ke meja kerja nya Reea pun dengan perlahan masuk kedalam ruangan Kenzio. Tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

"Tidak bisakah kalau masuk mengetuk pintu lebih dulu" Kata Kenzio tanpa mengalihkan tatapan nya dari kertas -kertas putih itu.

"Ohh maaf aku lupa" Jawab Reea.

Ken mengalihkan tatapan nya dari kertas putih itu. Ia menatap Reea dan kemudian tersenyum manis. "Akhirnya kamu datang juga Babe. Aku pikir tadi siapa?"

"Kemarilah Babe"

Reea menuruti perintah Kenzio. Ia mendekati Ken yang masih duduk di kursi kebesaraan nya itu. Tampa menunggu persetujuan dari Reea. Ken langsung menarik lengan Reea. Dan menduduk kan nya di atas paha Kenzio. Reea melotot sempurna. Sedangkan Kenzio hanya tertawa lebar saja.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku mau turun bagaimana kalau ada yang melihat kita"

"Ssssuutt diamlah Babe. Jangan khawatir tidak ada yang bisa melihat kita. Aku rindu sekali" Kata Kenzio mengcium leher Reea dengan sensual

"Dasar mesum" Ucap Reea mencibir. Kenzio, Reea langsung menjauhkan wajah Kenzio dari leher nya.

"Mesum sama calon sendiri masa tidak boleh. Kamu sudah makan Babe? Tanya Kenzio perhatian

"Belum.."

"Kamu mau makan apa, biar aku pesan gofood saja"

"Apa saja"

"Siap, bisa kamu turun dulu dan duduk di sopa Babe. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku lebih dulu"

"Hmmm.." Reea turun dari pangkuan Kenzio. Dengan wajah merona Reea pun duduk di sopa yang ada di ruang kerja Ken.

AndreeaWhere stories live. Discover now