Chapter 33

2.9K 204 205
                                    

Selamat datang di chapter 33

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (biasanya suka gentayangan kek mbak kunti nyari paku di kepalanya)

Thanks

Happy reading everyone

Hope you kike this

❤❤❤

______________________________________________

The Number of the Beast by Iron Maiden

______________________________________________

Your only enemy you can’t live without

—Sibling’s rule
_____________________________________________

—Sibling’s rule_____________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim dingin
Hounslow, 29 Januari
19.05 p.m.

Bandara Heatrow malam ini menyambut kedatangan kami dengan mendung. Bulan dan bintang malu-malu muncul. Salju memang sudah mulai berkurang. Namun, udaranya masih dingin, masih bisa membuat tubuh menggigil. Akibat cuaca itulah perjalanan kami sempat tertunda selama beberapa saat.

“Pakai syal sama sarung tangannya, biar nggak dingin,” ucapku pada Melody sebelum kami turun dari pesawat. Aku merangkul bahunya yang menuruti usulku lalu ia mengaktifkan ponsel untuk menelepon om Baldwin ; memberi kabar alasan kedatangannya yang molor.

Ketika kami mengurus imigrasi, petugas yang sangat mengenalku—lantaran selalu kujadikan sasaran tinju—tersenyum miring, sinis, seolah mengejek. Kutatap pria gendut itu, meneliti setiap kegiatan yang dikerjakannya. Bersikap siaga, berjaga-jaga, barangkali ia akan menyindir atau sejenisnya untuk memancing amarahku selayaknya setiap komunikasi yang kami bangun selama ini. Dan aku berjanji tidak akan meladeni agar citraku di depan Melody tidak lebih buruk.

Sangat beruntung, itu terbukti hanya menjadi kekhawatiranku belaka. Bagian terpenting, pria itu tidak bisa mencekalku lagi sebab orang yang ada di balik perintahnya sudah kubereskan.

Tito dan beberapa anggota klan Davidde menjemput kami di bandara dengan tiga mobil SUV hitam. Mobil pertama yang berisi beberapa orang jalan lebih dulu untuk mengawasi situasi depan, sama dengan mobil ketiga. Bedanya, mobil dengan posisi paling belakang itu mengamati dari tempatnya. Sedangkan yang kutumpangi bersama Melody, Tito sebagai sopir dan Alfred, berada di tengah. Jarak antar mobil pun diatur sedikit jauh supaya tidak ada yang curiga mobil-mobil kami saling mengikuti dan tidak mengganggu jalannya lalu lintas.

JAYDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang