Chapter 28

3.5K 234 215
                                    

Selamat datang di chapter 28

Well, tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (biasanya suka banget gentayangan, heran, padahal uda koreksi bolak balik masih aja adaaa LOL)

Thanks

Happy weekend, happy reading everyone

Hope you like this chapter

❤❤❤

_______________________________________________

Marry you by Bruno Mars

______________________________________________

Walau tentu saja ketika kita meminta, kita harus selalu siap dengan jawaban yang diberikan

—Jayden Wilder
______________________________________________

—Jayden Wilder______________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jakarta, 21 Fabruari
16.45 WIB

Semenjak mama meninggal, aku dan Jameka sulit mengekspresikan perasaan melalui raut wajah. Apalagi setelah itu masalah datang dari berbagai arah dan secara bertubi-tubi. Aku pun semakin sulit menarik garis bibir membentuk senyuman kecuali smirk smile dan kesinisan.

Kata orang, ekspresi bisa dilihat dari berbagai macam sisi, termasuk dari tatapan mata seseorang. Dan kata mereka yang mengenalku, tatapan mataku juga tidak bisa selalu sukses menggambarkan bagaimana isi hati atau pikiranku.

Namun, ketika datang hari di mana aku mengenal Melody, aku bisa sedikit-banyak mengekspresikan isi kepala atau hati melalui senyum tulus yang sampai ke mata. Sayang sekali, sore ini aku hanya ingin menampilkan wajah datar, meski sedikit kerutan di alisku menjadi pertanda hatiku dongkol setengah mati.

Bagaimana tidak? Kegugupan yang sudah berusaha kusingkirkan—meski datang lagi—untuk melamar Melody secara tidak romatis pun akhirnya digagalkan oleh semua orang.

Kini aku bersedekap, duduk di meja makan, menunggu bocah-bocah tengil: Brian, Tito, Lih, dan Alfred, membilas badan serta menukar celana renang mereka dengan baju santai. Dan setelah Melody menelepon Karina, tidak lama kemudian, sahabat wanita itu bersama suami serta anaknya datang bergabung.

Berikutnya, seperti murid nakal yang dihukum berdiri di depan kelas oleh guru, semua orang yang ada di meja menyuruhku dan Melody berdiri di depan meja paling ujung. Tujuannya, untuk menyaksikanku melamar Melody.

JAYDENWhere stories live. Discover now