Chapter 20

4K 263 217
                                    

Selamat datang di chapter 20

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo

Thanks

Well, happy reading everyone

Hope you like it

❤❤❤

______________________________________________

Love Me Forever by Motorhead

______________________________________________

Dengan begitu, penebusan kesalahanku mungkin akan terbayar

Berlian Melody
______________________________________________

—Berlian Melody______________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jakarta, 7 Januari
10.40 WIB

Aku mendorong dada Jayden hingga terbentang jarak di antara kami. Meski pandanganku kabur terhalang sejumlah air mata yang berkumpul di pelupuk lalu bergelinciran di pipi secara teratur, melalui ekor mata, aku menemukan kami berdiri beberapa langkah di depan ruangan Gamelita, tepat di antara kubikel-kubikel.

Kakiku baru hendak melangkah memutari Jayden untuk melihat kondisi punggungnya. Namun, dengan sigap pria itu menangkap kedua lenganku dan menghujamiku dengan tatapan mengerikan lebih dulu. Dengan kerutan-kerutan alis yang pangkalnya hampir tidak disatukan jarak.

Sebelum sepatah kata terucap dari bibirnya, cepat-cepat kubuka mulut. “Jayden, please. Aku butuh lihat lukanmu,” mohonku yang tidak dihiraukannya.

“Apa sih yang ada di kepalamu itu, Mel? Sampai-sampai punya pikiran dan tindakan tolol kayak gini?” tanyanya, sudah menggunakan nada rendah penuh penekanan. Bukan bentakan seperti tadi. Dan aku tahu tindakan tolol apa yang ia maksud.

Kendati beberapa kali menjumpai Jayden berbicara dengan nada serupa, tetap saja masih terasa menakutkan bagiku. Namun, kukatakan pada diriku sendiri supaya tidak mengacuhkannya. Prioritasku sekarang adalah luka tembak di punggung pria itu yang harus segera kutangani dengan tindakan pertama. Setidaknya, aku harus menghentikan pendarahannya dulu sambil menelepon ambulan.

Aku mendongak, menatap sepasang iris cokelat gelap pria itu. Secara fisik menantangnya untuk membuang rasa takutku. “Aku nggak tahu! Aku cuma bisa mikirin kamu!” pekikku. Dengan keyakinan tinggi bahwa wajahku sangatlah kacau, dengan anak rambut yang berterbangan ke mana-mana.

JAYDENWhere stories live. Discover now