IF I CAN - 32

501 16 0
                                    

"Bukankah semua akan mudah jika sejak dari dulu kamu tidak kembali lagi?"

--

Author POV

Ditengah suara angin yang berhembus, terdapat dua orang yang tengah bercengkrama. "Ma, Andin mau cerita sesuatu," ucap Andin yang tengah tidur dipangkuan Kiara. Sedangkan Kiara tengah mengusap kepala Andin, "cerita apa Ndin?" Balas Kiara dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Andin lagi dekat sama seseorang, Ma. Dia baik banget orangnya, teman Andin sewaktu SMP. Dulu pas SMP gak dekat banget sih, tapi dekat lagi kemarin-kemarin ini." Cerita Andin dengan senyum yang terus ia mekarkan. Mengulas kembali memori kedekatannya dengan orang tersebut.

"Lalu, Andin suka sama dia?" Tanya Kiara. Andin mengangguk, "Andin sayang sama dia, Ma."

"Andin sekarang udah gede ya? Anak Mama yang cantik ini udah mulai suka sama cowok," gurau Kiara yang membuat wajah Andin memerah. "Hm Mama,"

"Andin sekarang umurnya berapa si? Mama lupa," canda Kiara, mencairkan suasana. "Tahun ini udah 18 tahun, Ma."

"Perasaan baru kemarin Mama gendong Andin masih kecil banget, eh sekarang udah bisa suka sama cowok ya? Mama gak kerasa," ucap Kiara. "Ma, kalau Andin ngenalin dia sama Mama Papa gimana?" Tanya Andin yang telah bangkit dan memegang tangan Kiara.

Kiara mengenggam tangan Andin, "anak Mama yang pinter, yang cantik, belum saatnya sayang. Mama paham kamu suka sama dia, tapi belum saatnya kamu bawa dia kemari. Mama mau Andin jadi cewek yang pinter, yang bisa buat Mama Papa bangga. Jadi, mikirin cowoknya nanti ya setelah Andin lulus kuliah?" Ujar Kiara.

"Maaaa," teriak Andin dengan keringat yang sudah membasahi bajunya. "Andin kangen," ucap Andin lirih, mengusap pipinya yang basah. Tanpa sadar ia menangis dalam mimpinya.

--

Hari kelulusan Andin telah tiba. Tidak terasa 4 tahun sudah berlalu, dengan banyak cerita yang telah melengkapi kenangan itu. Jatuh bangun, keadaan yang harus membuat Andin untuk tetap kuat, mencoba bertahan sedikit lagi. Begitulah katanya saat itu.

Hingga kini, dengan bangga ia mengenakan toga yang harus ia perjuangkan selama 4 tahun ini. Janji yang akhirnya bisa ia tepati. Walau tidak mudah, akhirnya Andin bisa mewujudkan satu persatu janji itu.

Andin yakin, saat ini Kiara tengah melihatnya. Melihat dirinya serta keluarganya yang tengah tersenyum bahagia menatap lensa yang tengah memotret mereka.

Andin merasa kini Kiara berada di tengah-tengah mereka. Ikut bergabung serta ikut merasakan sukacita yang tengah menyelimuti keluarga Andin.

Andin mendongak, menatap langit yang tengah membiru menemaninya. "Andin berhasil, Ma," ucap Andin dengan airmata yang sudah meleleh di pipinya. "Mama pasti bangga sama kamu," ucap Adi yang datang dari belakang, merangkul pundak sang Anak. Menguatkannya. "Tuh, Ari datang," Adi meninggalkan Andin. Memberi anaknya waktu untuk bertemu dengan Ari.

Dari arah yang berlawanan, Ari datang dengan pakaian yang rapi. Mengenakan pakaian batik berwarna biru navy senada dengan warna kebaya dirinya. Dan, rambutnya yang sudah dipotong rapi.

"Selamat, ya. Kamu hebat," ucap Ari setibanya ia di depan Andin. Ari memberikan bucket bungan mawar merah pada Andin. "Terimakasih sudah datang," balas Andin dengan senyum yang perlahan mulai timbul.

Ari mengusap pipi Andin, "di hari bahagiamu ini, gak boleh ada air mata. Oke?" Andin mengangguk. "Aku kangen Mama," ucap Andin menunduk. "Seharusnya Mama hadir di sini, melihat semuanya, ikut fotoan sama aku sama yang lain, ikut nyaksiin aku sumpah profesi."

[3] IF I CAN [Completed]Where stories live. Discover now