IF I CAN - 1

2.3K 58 0
                                    

"Jika aku sudah percaya, itu artinya aku sudah siap untuk kecewa, bukan?"

--

Andini POV

Tepat pada hari itu semua telah berubah, semenjak hari itu semua telah berubah. Kehidupan termasuk perasaanku. Hilangnya seseorang yang sangat aku cintai, yang sangat aku banggakan, yang menjadi panutanku, malaikat tak bersayapku, surgaku.

Ibuku, wanita kuat yang menjadi kebanggaanku, yang menjadi sosok wanita yang ingin ku ikuti semua perlakuan baiknya pada setiap orang, kini telah pergi. Meninggalkanku, dan keluargaku. Meninggalkan kenangan dan duka yang mendalam bagi kami, keluarga dan semua orang yang menyayangi sosok ibuku.

Semenjak senja itu, semua telah berubah. Tak lagi sama seperti dulu, aku, perasaanku, termasuk dia.

--

Hari ini adalah hari pertama di mana aku akan ospek setelah dipastikan aku lolos masuk ke perguruan tinggi yang aku idam-idamkan selama ini, dengan jurusan yang aku impikan pula, ilmu gizi.

Senja telah terlewati, ospek hari ini pun telah berlalu. Dengan hari yang sungguh lelah, dengan penuh keringat ku lewati hari ini. Tak sabar rasanya untuk pulang ke rumah, bertukar sapa dengan keluargaku, termasuk dia, melalui via LINE tentunya.

Setelah terlebih dahulu aku mempersiapkan makan malam untuk keluargaku, sungguh berat awalnya jika di sini aku harus menggantikan peran sosok ibuku. Namun dari beliau sedikit demi sedikit aku bisa menjalani ini semua, menyisihkan waktu mainku untuk memperhatikan keluargaku.

Ting!

Pesan yang kutunggu pun sampai, senyum begitu jelas terukir diwajahku.

Arkan : sudah pulang, ay?

Panggilan itu tak pernah berubah, walaupun status itu telah berubah semenjak 9 bulan yang lalu. Arkan Aswari Zaid, begitulah namanya.

Sedangkan panggilan sayang itu, sungguh aku suka membacanya. Inilah dia, tak pernah berubah sedikitpun, walau berulang kali kerap ku hindari jika ia ingin kembali menjalin hubungan denganku, tentu dengan alasan yang sudah ia ketahui.

Radea :  sudah, kamu lagi apa?

Dan, yeah, perkenalkan aku. Radea Andini. Sebenarnya panggilanku adalah Andin, namun hanya dialah yang memanggilku dengan sebutan Radea. Suka, itulah sebabnya.

Arkan : baru selesai makan ay, kamu sudah makan? Gimana ospek hari ini?

Senyum ini semakin mengembang tatkala membaca pesan ini, perhatian, itulah dia. Dan aku sangat meyukai itu.

Radea : sudah, ini mau pergi keluar sebentar dulu sama teman, mau nyari bahan ospek buat besok

Arkan : yasudah, hati-hati ay. Pulangnya jangan malam-malam, jangan lupa kabari kalau sudah pulang.

Radea : tentu, makasih ay.

Setelah itu, ku kunci kembali layar ponselku. Dan bersiap-siap untuk pergi mencari bahan ospek untuk besok pagi. Walaupun lelah ini pun belumlah berlalu, namun aku harus semangat tentunya.

--

Matahari nampak tersipu di balik tebalnya awan, embun yang membuat tetes demi tetes air jatuh dari ujung daun yang hijau.

Pukul 05.30 pagi, di sini, di depan jurusan, aku menunggu sembari menatap langit yang akan mulai terang. Aku siap untuk menjalani ospek hari kedua ini. Kembali berlatih baris berbaris dengan para bapak-bapak tentara. Melatih kekompakan kelompokku yang akan diuji saat penutupan ospek nanti, dan ya masih banyak lagi tentunya.

[3] IF I CAN [Completed]Where stories live. Discover now