IF I CAN - 24

342 15 2
                                    

"Ketika aku sudah menyelesaikan semuanya denganmu, maka aku telah siap mengawali sesuatu hal yang tidak terkait denganmu."

--
Author POV

Semua persiapan sudah terencana dengan matang, persetujuan dari pihak dosen, maba serta Kakak tingkat yang telah wisuda juga telah didapatkan.

Semua sudah siap h-3 sebelum acara, mulai dari lokasi, undangan, dekorasi, katering, hingga hal kecil lainnya. Tidak kerasa besok acara besar itu akan terlaksana.

Malam ini dilakukan gladi bersih untuk semua talent yang akan tampil besok saat acara. Lelah? Jangan ditanya. Acara yang dipersiapkan dari jauh-jauh hari dengan harapan tidak ada pihak yang dikecewakan baik dari panitia maupun undangan.

Gladi untuk talent sudah selesai pukul 21:30. Namun, panitia acara masih berdiam diri di lokasi untuk mihat apa saja yang harus di persiapkan. Melakukan rapat kecil untuk membahas mengenai acara besok, agar tidak ada salah komunikasi antar panitia.

"Inauguration 2019, sukses!!!," teriak semua panitia di akhir rapat, dengan harapan acara besok sesuai dengan rencana yang telah di persiapkan.

--

Acara yang dikhawatirkan pun terlaksana dengan baik, setelah mendapat libur satu hari. Hari ini Andin kembali masuk kuliah.

Hari ini nampak berbeda rasanya, tidak seperti biasanya. Di mana ia mulai terbiasa saat Arkan menjemputnya. Tidak lagi kini.

Andin sampai di kampus pukul 07:55. Tinggal 5 menit lagi, perkuliahan akan di mulai.

Tak lama berselang setelah ia datang, dosen yang mengajar pun memulai perkuliahan.

'Semua harus tetap berjalan, sebagaimana mestinya' gumam Andin.

Perkuliahan pertama selesai pukul 09:40, dan akan masuk lagi nanti pukul 10:00.

"Ndin," Tanya Putri. "Hm?" Gumam Andin menatap Putri.

"Kenapa?"

"Aku? Kenapa?" Andin kembali bertanya.

"Kamu sakit? Kamu diam aja daritadi," jelas Nur.

"Aku gapapa, cuma masih sedikit lelah aja," balas Andin tidak ingin membuat sahabatnya khawatir.

"Mau nitip sesuatu? Aku mau ke kantin," ujar Putri dan Nur.

"Nitip roti aja, ya? Aku belum sarapan,"

"Oke," setelahnya Putri dan Nur berlalu meninggalkan Andin. Andin menangkupkan wajahnya di atas lengannya yang dilipat di atas meja.

Memejamkan matanya sejenak, semua akan baik-baik saja. Bukankah ini tidak seberapa?

--

Bunyi lonceng cafe berbunyi, menandakan pintu cafe terbuka. Andin mencari bangku kosong di pojok cafe, untuk dirinya menenangkan diri.

Seorang pelayan menghampirinya, "pesan apa, Mbak?"

"Jus semangka aja,"

"Ditunggu ya, Mbak," Andin hanya mengangguk.

Andin mengeluarkan laptop yang berada di tas yang telah ia bawa. Membuka folder yang sudah lama ia tak buka.

Memutar musik, dengan sebelumnya ia memasang earphone di laptopnya.

Jari Andin mulai mengetik sesuatu di halaman kosong yang telah ia buka.

Sejak itu, aku memutuskan untuk tidak kembali percaya.
Kembali memulai untuk menata kepercayaan yang sempat rusak tak beraturan.
Kecewa? Jangan ditanya lagi bagaimana rasanya.
Namun, untuk terus memaksa bukanlah sesuatu yang baik.
Dengan berakhirnya kisah ini, aku harap dapat dimulai sebuah kisah baru yang membuatku kembali percaya dengan cinta.

[3] IF I CAN [Completed]Where stories live. Discover now