IF I CAN - 31

479 21 0
                                    

"Sudah ku katakan, jika aku pergi 'lagi' maka tidak lagi ku langkahkan kaki untuk kembali padamu."

--

Author POV

Andin baru saja sampai di rumah, setelah hampir sebulan berada di desa untuk mengabdi. Ia harus kembali ke rumah, dan esok akan kembali menjalankan rutinitasnya seperti biasa.

Andin merebahkan tubuhnya, begitu lelah rasanya. Setidaknya ia harus memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuhnya.

--

Hal yang biasa terjadi pada Andin bila kelelahan adalah demam menyerangnya, sudah dipastikan bahwa tekanan darah Andin turun lagi. Andin bangkit dari pembaringannya, turun dari kamar menuju dapur. Untuk menyeduh air madu, setidaknya ia harus memulihkan tenaganya.

Ponselnya bergetar saat dirinya sedang mengaduk air madu yang baru saja diseduh. Nama Ari yang tampil di layar ponsel Andin. Ari menelponnya.

Andin menggeser tombol warna hijau, "hallo, assalamualaikum," salam Ari. Andin tersenyum, sudah lama rasanya tidak mendengar suara lelaki itu.

"Waalaikumussalam," balas Andin. "Udah sampai rumah?" Tanya Ari.

"Sudah, tadi siang nyampe. Ini lagi nyeduh air madu."

"Kamu kenapa? Pasti drop lagi kan? Aku ke sana sekarang ya? Kamu mau dibawain apa? Biar nanti aku bawain."

"Beliin larutan aja ya? Kayaknya aku mau radang juga ni,"

"Yang rasa jambu sama anggur kan?"

"Iya sayang,"

"Yaudah aku otw rumah kamu ya, tungguin."

Andin tersenyum lagi, huh lelaki itu.

"Iyaaa, aku tungguin," setelahnya panggilan itu terputus.

Andin membawa gelas yang berisi air madu itu ke ruang keluarga. Andin duduk di sofa, merebahkan sedikit lagi tubuhnya. Setelah itu ia meminum sedikit air madu buatannya.

"Kenapa, Ndin?" Tanya Adi yang baru saja keluar kamar. "Gapapa, Pa. Cuma sedikit lemas aja,"

"Mau ke Dokter?" Tawar Adi. Andin menggeleng, "gak usah, Pa. Nanti kalau gak membaik, Andin kasih tahu Papa," balas Andin

Adi mengangguk lalu berlalu menuju dapur untum mengambil cangkir kopinya, dan duduk di samping Andin. Sudah lama rasanya ia tidak mengobrol dengan Andin, anak gadisnya itu semakin sibuk saja. Jadi, Adi harus sebisa mungkin memanfaatkan waktu yang ada.

Karena, baginya waktu bersama keluarga tidak ternilai harganya.

--

"Hai, maaf ya jadi lama nunggunya," ucap Ari saat melihat Andin tengah menunggunya di depan teras rumah Andin. "Iya, gapapa. Sini duduk," Andin menunjuk kursi kosong yang berada di sebelahnya.

Ari duduk, dan meletakkan barang bawaan sesuai pesanan Andin. "Makasih ya," ujar Andin seraya tersenyum melihat isi kantong plastik yang dibawa oleh Ari. "Sama-sama."

"Masih lemas? Perlu ke Dokter? Biar aku anterin," tanya Ari yang melihat wajah Andin nampak begitu pucat. "Gapapa, udah baikan abis minum air madu tadi. Nanti kalau masih tetap lemas, mau ke Dokter sama Papa,"

"Kamu si, pasti kecapekan banget di sana. Terus makannya gak teratur, tidurnya jangan ditanya lagi pasti begadang atau malah gak tidur," selidik Ari menatap Andin tajam. "Hehe, tapi sekarang aku masih napas kan?" Kekeh Andin melihat wajah seram dari Ari.

[3] IF I CAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang