6. Sunflower (Vol. 2)

Start from the beginning
                                    

"Terlalu manis untukku, akan sulit berjalan dan melompat menggunakan rok," komentar Lisa.

"Ya sudah, berarti ganti saja ke outfit yang terakhir,"

Lisa pun mengganti bajunya dengan pakaian nomor tiga. Kaus oversize warna kuning, celana jeans pendek, tas selempang kecil warna hitam, dan sepatu air jordan berwarna hitam-kuning yang tingginya se-mata kaki.

"Nah! Ini pakaian yang sempurna!"

"Terlihat sangat cocok juga! Tipikal style andalan mu, Lisa,"

Lisa berkaca di depan cermin, memandangi pakaian yang kini sedang melekat di tubuhnya. Apakah style nya cukup bagus untuk memukau seorang Jeon Jungkook?

<...>

(Manoban mansion, Miami, 13:00)

"Nona Lisa! Ada tuan muda Jeon di bawah!" pekik Ae-Young, menerobos masuk ke kamar Lisa.

"Ya, ya, aku tahu. Sampaikan saja padanya aku akan segera turun," kata Lisa.

Ae-Young mengangguk mengerti. Sepeninggalnya Ae-Young dari kamar, Lisa mengecek lagi penampilannya, lalu menyemprotkan parfum dengan bau kelapa dan vanila di tubuhnya.

"Kau sudah cantik, Lisa! Sudah! Jangan buat dia menunggu!" seru Rose, mendorong Lisa ke pintu.

"Lalu kau bagaimana?" tanya Lisa.

"Aku sudah telepon Jimin untuk menjemputku di sini, paling-paling setengah jam lagi dia sampai,"

"Oke, oke... wish me luck, Rose!"

"Always, my dear... now go!"

Lisa pun keluar dari kamarnya. Rose menatap Lisa yang turun ke bawah dengan senyum terbaiknya, Rose cukup bangga menjadi sahabat gadis itu.

Sang gadis Manoban sudah menginjakkan kaki di lantai dasar rumah itu. Jungkook belum menyadari keberadaan gadis itu karena masih sibuk dengan ponselnya.

Jungkook mencium wangi kelapa dan vanila yang sangat manis, wangi itu semakin mendekat, membuat Jungkook menoleh.

"Ayo," ajak Lisa.

"Wow..."

Jungkook seperti tersihir oleh pesona seorang Lisa. Senyum gadis itu, wangi, dan auranya membuat Jungkook terbuai.

"Ayo! Jangan melamun seperti itu!" seru Lisa, menarik pergelangan Jungkook agar berdiri dari duduknya.

Jungkook pun beranjak dari duduknya, mengenggam tangan Lisa, menariknya agar ikut ke luar.

"Sebelum kita pergi, ini untukmu." Jungkook memberikan sebuah buket berisi bunga matahari dan beberapa bunga aster.

"Cantik sekali," puji Lisa, memandangi buket di tangannya.

"Ayo masuk," ajak Jungkook.

Keduanya pun masuk ke dalam mobil. Mobil yang Jungkook bawa adalah mobil Mercedes Benz 86 berwarna oranye, tanpa atap. Jungkook pun menjalankan mobilnya.

<...>

"Kenapa bunga matahari?"

Jungkook menoleh ke arah gadis di sampingnya. Mereka sedang menyantap makanan cepat saji yang mereka beli tadi di dalam mobil, sambil mengobrol.

"Sebenarnya, bunga matahari adalah bunga yang kukirimkan pada para kolega penipu bisnis, tanda aku akan datang pada mereka dan mungkin saja menghancurkan mereka, entah membunuh atau merusak bisnis mereka. Tetapi, khusus untukmu, artinya adalah kau berbeda," jelas Jungkook.

"Berbeda? Dalam artian?" Lisa mengangkat alisnya, tanda meminta penjelasan.

"Jujur saja, aku juga bingung cara menjelaskannya. I think i just vibe with you more than i vibe with other people,"

"Hmm... makes sense."

Lisa menatap langit Miami hari ini. Cerah, udaranya segar, matahari juga masih setia di atas sana. Lisa menoleh ke kiri, tepatnya di mana Jungkook berada.

"Menurutmu... cinta itu apa?"

Lisa terkejut. Tidak ia sangka akan ada pertanyaan dadakan seperti ini. Bukan ia tidak bisa menjawabnya, tetapi terkejut karena Jungkook tiba-tiba bertanya juga.

"Mungkin caraku mendeskripsikannya akan aneh. Menurutku, cinta itu ibarat lagu favorit dalam sebuah playlist. Kau sudah menunggu lagu itu muncul setelah sekian lama mendengarkan lagu-lagu lainnya. Bahagia yang sederhana, bahagia yang mungkin tidak begitu mewah, tetapi sangat berarti bagi yang menyukainya,"

"Cinta itu datang tiba-tiba, bahkan bisa jadi dari orang asing yang tidak pernah kau kenal sebelumnya." Lisa kembali menatap Jungkook yang ternyata sedang memerhatikannya.

Jungkook tersenyum, manis sekali. Matanya menyipit karena senyuman itu. Lisa jadi ikut tersenyum karenanya. Mereka saja tidak tahu apa yang membuat mereka tiba-tiba ingin memamerkan lekuk indah itu pada satu sama lain.

"Hei, aku ada satu permintaan," kata si pemuda Jeon.

"Apa itu?"

"Ikutlah denganku ke Spanyol. Bantu aku melawan musuh-musuhku. Jika hidupku masih diusik akan orang-orang menyebalkan seperti mereka, aku tidak akan bisa bersamamu,"

"Apa maksudmu dengan itu? Tidak bisa bersamaku?"

"Ayahku mengancam. Jika aku tidak membereskan masalah ini, ia akan membawaku pergi jauh darimu.
Ya, aku memang terdengar seperti pecundang sekarang, tetapi aku benar-benar bingung. Ayahku adalah pria yang serius, ia tidak main-main dengan kata-katanya."

Gadis itu mengembuskan napas pelan. Senyum tipisnya mengembang, ia meraih tangan pemuda di hadapannya, lalu mengenggamnya.

"Ya, baiklah. Aku akan membantumu."

Satu kata itu. Satu kata yang akan mengubah segala-galanya.

<...>

Hai semuanya! Maaf baru bisa update pas tengah malam gini!

Tadinya mau ngebut nulis kemarin biar langsung diselesain aja, tapi nggak sempet-sempet, jadinya ya udah deh sekarang.

Plis lah ya aku iri banget sama Sarang 😭

JUNGKOOK UDAH SIAP JADI AYAH GAIS!

Liat aja nih,

Ngebayangin Sarang tuh anaknya Jungkook sama Lisa 😌

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ngebayangin Sarang tuh anaknya Jungkook sama Lisa 😌

Oke deh! Sekian dari aku!

Bye semua! Sampai jumpa di chapter berikutnya! 👋

Señor - Lizkook ✔️Where stories live. Discover now