Entah bagaimana, kemudian semua rasa itu berubah menjadi amarah.
***
"Serang kiri! Serang kiri! Udah jangan maju, ke kiri aja!"
Wina tengah mengunyah orong orong sambil mengganti channel TV, terganggu dengan Sidney yang berteriak pada ponsel di tangannya sementara gadis itu menyumpal telinga dengan headphone. Berdengus keras, Wina kemudian menarik sebelah headphone Sidney dan berteriak. "Jangan teriak-teriak, udah malam!"
"Duh! Jangan ganggu ah! Ini lagi seru!" Sidney menghindar, meski matanya masih terpaku pada ponsel di tangan. "Woy! Balik! Balik!"
"Sidney!"
"Ah!!! Rese!" Sidney menurunkan ponselnya, wajahnya jelas kesal. Wina pikir, itu mungkin karena dia membentak gadis itu. Tapi kalimat yang keluar dari mulut Sidney kemudian membuatnya menghela napas pasrah. "Lu sih! Gue udah suruh balik kan!"
Mungkin dia kesal karena permainannya game over!
"Sidney! Udah malam!"
"Hah?" Sidney melonggarkan sebelah headphonenya, dan menatap Wina dengan wajah polos. "Kakak ngomong?"
"Udah malam, jangan main game lagi! Emang PR kamu udah dikerjain?" Wina menekankan setiap katanya, sebelum mengambil kembali orong orong dari dalam toples dan mengunyahnya. Balik mengganti-ganti channel dengan tak berminat. "Lagian kamu nge-game mulu, apa serunya sih."
Melepas headphone dan mengulurkan tangan ikut mengambil orong orong Wina, Sidney menaikan kakinya ke atas sofa. Tangannya sibuk mengeluarkan tampilan game dari ponselnya. "Kakak kan dulu juga main game, serunya apa coba?" Ujar gadis itu, memasukan orong orong ke mulut, dan membuka Instagram.
Wina berhenti memainkan remote, matanya terpaku pada saluran televisi yang bahkan tidak dia tahu acaranya. Pikirannya berkelana, sampai bayangan Axel tiba-tiba saja menjadi jelas. "Kamu ingat Axel Pranata gak?" Tanya Wina, tak sadar telah mengucapkan nama itu.
Sidney menaikan alis, tapi mata gadis itu tetap pada ponsel ditangannya. "Hm? Axel who?"
"Axel Pranata," Wina menoleh kembali pada Sidney, ada ketidak pastian diwajahnya. "Cowok game yang pernah dekat sama gue."
Ada jeda sebelum Sidney menoleh pada Wina, tatapannya tak dapat dibaca. "Lord Dark Iron?"
Seharusnya dia tidak perlu terkejut, meski Wina sudah lama berhenti bermain game online, Sidney masih setia sampai sekarang. Hanya saja mendengar nama itu dari mulut gadis itu, Wina tidak bisa menahan diri untuk tetap terkejut. Dengan kaku, diapun mengangguk.
"Ingat." Ujar Sidney singkat, kembali kepada laman Instragram di ponselnya.
Tiba-tiba saja, Wina merasa canggung. Gadis itu kemudian tanpa sadar menjilati bibirnya dan bersandar pada sofa, memeluk toples orong orong seakan itu bisa membuatnya nyaman. "Dia masih main game?" Tanyanya lagi, berpura-pura itu pertanyaan sambil lalu. Tapi rasa penasaran terlalu jelas merembes dari suaranya, dan Sidney menyadari itu.
Mengedikan bahu, Sidney menggulir laman instagramnya. "Terakhir tahu, dia berhenti main tiga tahun lalu. Katanya sih dia mau fokus belajar. Kenapa emang? Kangen?" Goda Sidney setengah hati.
Wina memasukan orong orong ke dalam mulut, agak melamun. "Enggak, cuma dia ternyata satu kampus sama gue."
Untuk kedua kalinya Sidney mengalihkan pandangan pada Wina, namun kali ini diwarnai keterkejutan yang nyata. "Di UNDAN? Bukannya Lord Dark Iron itu orang Semarang?"
BẠN ĐANG ĐỌC
Clockwork Memory
Lãng mạnNatasha Vienna (Wina), seorang mahasiswi baru yang tengah bersemangat menjalani awal kehidupan kampusnya. Bertekad untuk memiliki banyak teman dan berhubungan baik dengan para senior, bertemu dengan seorang ketua BEM yang menjadi idola satu fakultas...
Chapter 12
Bắt đầu từ đầu
