Xu Liu berdecih dalam hati, ingin sekali membongkar isi kepala Pangeran ini untuk mengetahui apa isi sebenarnya. "Aku tidak berani. Hanya saja Xu Liu harus kembali ke paviliun untuk belajar."

"Aku bosan. Kau temani aku bermain catur.

"Maaf. Aku..."

Belum selesai Xu Liu bicara, tangannya sudah diseret oleh He Yan.

Jadi sepanjang hari Xu Liu dengan terpaksa menemani He Yan untuk bermain catur. Karena berkali-kali He Yan kalah, Ia terlalu penasaran untuk mengalahkan Xu Liu.

"Aiya..kau sangat lihai bermain catur. Aku menyerah." He Yan mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Terima kasih pujiannya Yang Mulia."

"Aku senang bisa bermain denganmu. Kau tau istana yang besar ini membuat aku sangat kesepian."

Xu Liu melihat pada mata He Yan yang melankolis. Tak berdaya berkata "Kita bisa bermain lagi lain kali."

"Benarkah?" He Yan menyeringai lebar, membuatnya tampak seperti pria tua mesum. Sangat kontras dengan wajahnya yang tampan.

"Itu benar Yang Mulia. Tapi Xu Liu hanya bisa menemani Anda pada sore hari."

He Yan mendekat pada Xu Liu, dengan cepat mengambil tangan Xu Liu. "Ah Liu..terima kasih." He Yan berucap tulus.

"En. Kalau begitu Xu Liu akan pergi lebih dulu."

Xu Liu mengambil tasnya dan bangkit berdiri namun kakinya menginjak jubahnya sendiri membuatnya hampir mencium lantai. Dengan cepat He Yan menangkap pinggangnya dan menahannya. Karena kaget akan sentuhan He Yan, Xu Liu berniat mundur namun tubuhnya belum stabil dan malah menabrak tubuh He Yan. He Yan jatuh kebelakang.

"Aaw.."

Xu Liu panik, dengan cepat bangkit. "Maafkan aku Yang Mulia. Apa Anda baik-baik saja? Apakah Anda terluka?"

"Aw..aw.." He Yan memegang kepala belakangnya.

"Biar aku lihat. Biar aku lihat Yang Mulia. Dimana yang sakit?"

Xu Liu memeriksa kepala He Yan namun tidak menemukan apapun, sadar bahwa Ia telah di tipu oleh lelaki tidak tau malu ini.

"Hahaha..ekspresimu lucu sekali Ah Liu."

Xu Liu "..." Aku ingin sekali memukulnya. Tahan dirimu Xu Liu.

"Maaf..maaf..Ah Liu." He Yan berhenti tertawa.

Xu Liu mengambil tasnya dan membungkuk. "Xu Liu pamit Yang Mulia." Xu Liu cepat-cepat keluar dari ruangan.

He Yan melihat ke arah pintu yang tertutup itu dengan dalam. Ia membuat keputusan dalam hatinya bahwa Ia tidak akan melepaskan pria itu apapun yang terjadi.

Xu Liu kembali ke rumah dalam keadaan kesal. Baru ini Ia menemukan bahwa seorang Pangeran bisa sangat memalukan.

"Mengapa pulang-pulang wajah Didi hitam seperti itu? Apakah ada yang mengganggumu?"

Xu Liu menoleh dengan senang. "Dage.." Xu Liu berlari mendekati Xu Zao dan memeluknya. "Kapan Dage kembali dari perbatasan?"

"Sudah sejak dua hari yang lalu. Tapi aku menginap dimarkas, baru sekarang bisa kembali."

"Dage..aku merindukanmu."

"Merindukanku atau merindukan hal yang aku bawa?" Xu Zao mengernyit, namun ada godaan dimatanya.

"Jadi kau membawanya?" mata Xu Liu berbinar.

Xu Zao mengeluarkan dua buah buku dari saku di dadanya. "Ini dua edisi buku biologi yang kau minta. Senang, hmm?" Xu Zao mencubit pipi Xu Liu.

[BL] Transmigrated to be A Male WangfeiWhere stories live. Discover now