"Ah Liu. Kau akan pulang sekarang? Berhati-hatilah kalau begitu." Xu Zheng menghampiri Xu Liu dan Mu Ge.

"Ya ayah. Ayah berhati-hatilah juga. Sepertinya ada yang sengaja mengincar keluarga kita."

"En. Aku mengerti. Jenderal Mu..tolong jaga Ah Liu." Xu Zheng membungkuk.

Mu Ge segera membungkuk juga. "Ayah mertua..apa yang Anda lakukan? Jangan khawatir..aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Xu Liu."

"Baiklah. Aku pergi sekarang. Ah Liu jaga dirimu." Xu Zheng menepuk pundak Xu Liu lalu pergi.

Xu Liu merasakan asam dihidungnya dan ada dorongan untuk menangis. Ia tidak percaya, Xu Zheng yang pernah berbicara dingin padanya dan mendorongnya pergi akan benar-benar khawatir.

"Wangfei..ayo pergi."

"En."

Xu Liu dan Mu Ge masuk ke kereta terlebih dahulu. Mu WeiYang tinggal dibelakang dan mendekati Mo Zu.

"Hey Ah Zu. Apakah kau melihat keberadaan Zhuo Xuang saat pesta tadi?" Mu WeiYang berbisik pada Mo Zu.

"En..aku rasa dia tidak menghadiri pesta." jawab Mo Zu singkat.

"Aku yakin dia terlibat hal ini. Tapi kenapa dia mengincar Xu Liu?"

"Aku juga tidak mengerti." Mo Zu juga berpikir keras.

Mo Zu ingin bergabung dengan Zi Xuan dan lainnya tapi tangannya dengan cepat ditarik memasuki gerbong kereta.

Sesampainya dikediaman Mu, Xu Liu dan Mu Ge membersihkan diri mereka, bersiap untuk tidur. Pikiran Xu Liu melayang pada sosok Kaisar. Meski Kaisar mengenakan mahkota  berumbai, Ia bisa dengan jelas melihat wajahnya. Ia merasa mengenal orang itu, tapi dimana? Ah ingatannya benar-benar buruk.

"Wangfei..apa yang kau lamunkan?"

Xu Liu tersadar dan menoleh pada Mu Ge yang berbaring miring menghadapnya. "Aku yakin pembunuh itu adalah kiriman Pangeran Zhuo. Tapi mengapa dia ingin membunuhku dihadapan orang banyak? Aku tidak mengerti."

"Aku yakin dia ingin memprovokasiku. Jika sesuatu terjadi padamu, Kaisar akan kehilangan wajah didepanku dan tentu saja aku tidak akan tinggal diam. Dia ingin menyulut kebencian antara aku dan Kaisar."

"Dia akan merusak keberuntungan Xiao Ling." Xu Liu mendesah. Bukan hal baik jika tragedi terjadi dihari ulang tahun pria kecil itu.

"Kau terlihat sangat dekat dengannya. Kemarin kau sibuk sepanjang hari untuk menyiapkan hadiah. Sekarang kau juga banyak memikirkan dia. Jangan membuatku cemburu pada pria kecil itu." Mu Ge mencubit pipi Xu Liu.

"Hey itu sakit." Xu Liu memprotes.

Xu Liu juga tidak yakin apa yang terjadi. Tapi kedekatannya dengan Xiao Ling terjalin secara alami. Mungkin itu adalah sisa emosi asli dari pemilik tubuh ini.

"Oh benar. Aku lupa memberitahumu. Sepertinya Zhuo Xuang meletakkan mata-matanya di kediaman Xu. Sehingga dia dengan mudah mendapat informasi tentang keluargamu."

"Darimana kau tau?"

"Ketika kita tinggal dikediaman Xu anak buahku menemukan beberapa orang yang mencurigakan dan dia melaporkannya padaku. Aku tidak mengambil tindakan saat itu karena mereka tidak menimbulkan bahaya dan hanya menyuruh anak buahku untuk terus mengawasi orang-orang itu. Pada akhirnya aku juga menyuruh anak buahku untuk mengawasi kediaman keluarga Xu yang lain dan menemukan hal yang serupa. Anak buahku pernah mendapati mereka berhubungan dengan pelayan Zhuo Xuang."

Xu Liu ingin mengumpat tapi dengan kuat menahan mulutnya. "Kita harus membicarakan ini dengan ayah sesegera mungkin. Wangye..bagaimana kau akan menangani Zhuo Xuang?"

"Pertama-tama bicarakan ini dengan ayahmu terlebih dahulu, biarkan dia mengurus mata-mata dikediaman Xu. Kedua, aku akan mengurus keluargamu yang bersekongkol dengan Zhuo Xuang."

"Bagaimana kau melakukannya?"

"Aku punya cara. Terakhir, kita akan menjebak mereka pada rencana mereka sendiri."

Xu Liu tidak mengerti banyak tentang intrik dan pembalasan, jadi karena Mu Ge bersedia untuk membantunya itu juga mempermudah semuanya. Ia hanya berharap keluarganya akan hidup dengan damai.

Keesokan harinya Mu Ge mulai menjalankan rencananya untuk mengurus keluarga Xu yang membelot, sedangkan Xu Liu mendatangi ayah Xu untuk mengurus mata-mata. Mu Ge memerintahkan Bo Jiang dan Zi Xuan untuk mengawal Xu Liu.

Ketika Xu Liu sampai di kediaman Xu, kebetulan ayah Xu sedang berada dirumah.

"Ah Liu..kau kemari?" Wen Niang yang melihat putranya tersenyum senang.

"Ibu..apakah ayah ada dirumah?"

"Yah..dia ada diruang belajar."

"Aku akan menemui ayah kalau begitu."

"Eh..apa kau sudah sarapan? Kebetulan ibu memasak sup akar teratai kesukaanmu."

"Aku sudah. Mungkin lain kali bu. Aku memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan ayah."

"En..baiklah. Nanti ibu akan membawa cemilan untuk kalian."

Xu Liu mengangguk lalu melangkahkan kakinya menuju ruang belajar sang ayah. Xu Liu mengetuk pintu dan terdengar suara ayahnya menyuruhnya masuk. Xu Liu meminta Du Meng berjaga dipintu.

"Ayah..aku memiliki sesuatu yang penting untuk dikatakan."

Xu Zheng mendongak dan mengangguk. "Katakan."

"Ayah..sepertinya Pangeran Zhuo menanam mata-mata dikediaman Xu. Kita harus segera menemukan dan menyingkirkan mereka."

"Mata-mata?"

"En..saat kami tinggal disini, anak buah Mu Ge pernah menemukan pelayan berhubungan dengan Pangeran Zhuo. Dan aku sudah meminta daftar nama mereka dari anak buah Mu Ge yang mengawasi. Ayah..kita harus menggeledah kamar orang-orang ini dan menemukan bukti. Kita harus segera menyingkirkan mereka." Xu Liu menyerahkan daftar nama pelayan yang diduga merupakan mata-mata.

Xu Zheng membaca daftar nama itu. Ia menyadari bahwa pelayan-pelayan itu kebanyakan adalah rekrutan yang baru masuk setahun lalu dan sisanya adalah pelayan lama.

"Baiklah."

Xu Zheng berdiri dan berjalan keluar dari ruang belajar. Ia segera memerintahkan kepala pelayan untuk mengumpulkan semua pelayan dihalaman lalu menyuruh pengawal untuk menggeledah kamar mereka.

Wajah-wajah pelayan itu pucat dan bertanya-tanya apa gerangan kesalahan mereka. Yang memiliki hati nurani bersalah sudah basah dengan keringat dingin, tak bisa menyembunyikan kegelisahan dan ketakutan mereka akan penghakiman.

Dalam waktu setengah jam para pengawal itu segera membawa barang-barang temuan yang mencurigakan ke hadapan Xu Zheng.

Xu Zheng memeriksa barang-barang temuan itu. Ada beberapa kantong uang yang jumlahnya cukup besar bagi seorang pelayan. Bahkan ada giok berharga yang pastinya tidak akan mungkin dimiliki seorang pelayan.

Xu Zheng memberi isyarat mata pada para pengawal. Pengawal segera menggiring orang-orang itu kehadapan Xu Zheng.

Pelayan yang sudah tertangkap basah itu segera bersujud dan memohon pengampunan. Wajah Xu Zheng dingin, tidak menyangka benar-benar ada yang berani menyusup ke kediamannya. Para pelayan itu diseret dan disiksa lalu Xu Zheng memerintahkan mereka untuk diusir.

Xu Zheng kembali ke ruang belajar dan menulis surat untuk orang-orang di kediaman Xu yang memiliki nama pelayan dalam daftar untuk melakukan pembersihan.

***

[BL] Transmigrated to be A Male WangfeiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt