"Mba, aku mau bawa Aileen ke dokter."

"Yaampuun sayang, mata kamu merah banget"

Aileen tidak menjawab perkataan Jovanka, ia masih sibuk menangis.

"Mba ikut. Mba ikutin mobil kamu"

-----*-*-----
"Anak saya beneran gapapa?" Untuk kesekian kalinya Zailine memastikan tentang kondisi anaknya itu.

"Gapapa, Nyonya semua tenang aja"

"Gimana mau tenang, itu mata Aileen merah banget" Jovanka juga takut sendiri, pasalnya keadaan Aileen sekarang karena anak bungsunya itu.

"Mah, Mih Aileen beneran gapapa. Udah baik-baik aja"

"Ini resepnya, tinggal tetes aja setiap 3 jam sekali. Nona bisa pakai eye patch ini" Dokter memberikan resep dan eye patch berwarna putih pada Aileen.

"Mau Mamah pasangin?" Zailine menawarkan diri dan langsung mendaat persetujuan Aileen.

"Kalo perih atau sakit lagi, matanya jangan di gosok ya? Nanti matanya makin merah loh"

"Iya Dok, makasih ya" Aileen tersenyum dengan manis.

"Minta maaf sana!" Jovanka mendorong sedikit badan Aksa setelah mereka keluar dari ruangan Dokter.

"Ehmm Leen, maafin Kakak ya? Kakak gak sengaja beneran deh" Aksa membuat simbol peace dengan tangan kanannya, agar Aileen memaafkan dirinya.

"Kak Aksa suka kaya gitu, becandanya gak lucu" Aileen terus berjalan dan mengabaikan Aksa yang juga berjalan mengejarnya.

"Iyaaa maafin Kakak, gak akan kaya gitu lagi. Janji dehhh"

"Janji ya???"

"Iyaaa Kakak janji"

"Yaudah Aileen maafin"

-----*-*-----
"Mah Kakak semua udah pada pulang ya?" Aileen bertanya pada Zailine saat memasuki pekarangan rumah, pasalnya ia melihat mobil para Kakaknya dan semuanya terparkir rapih.

"Iya sayang ini kan udah jam nya"

"Kamu kenapa??" Zailine bertanya karena Aileen tiba-tiba saja terdiam.

"Aileen gapapa ko Mah"

Sebenarnya dalam hati kecil Aileen, ia takut mereka semua. Khususnya Aladri akan memarahi Aksa.

"Ayo turun..." Zailine mengajak Aileen keluar dari mobil karena Aileen terus diam dan melamun.

"Mmm" Aileen turun dari mobil. Ada Aksa, Mamih, dan Rea yang menghampirinya.

"Mahh. Aileen takut..." Aileen memegang lengan Zailine membuat Zailine berhenti berjalan.

"Ko takut? Takut kenapa?"

"Takut Kakak semua marah"

"Gapapa, mereka gak akan marah. Yuuu masuk" Zailine memegang tangan Aileen dan mengajaknya berjalan bersama.

"Mampus lo Sa" Rea membisikkan perkataan itu pada Aksa membuat Aksa berkeringat dingin.

Benar perkataan Rea, dirinya belum selamat dari dunia ini.

"Kita pulang" Mereka semua dengan kompak berkata sambil memasuki rumah, menjadikannya pusat perhatian.

Aileen tiba-tiba saja melambatkan jalannya dan berdiri dibelakang badan Zailine.

"Kalian abis jalan-jalan?" Adhitama- kepala keluarga bertanya dengan nada yang ramah.

"Belanjaannya mana?"

"Tumben gak belanja?"

Mahawira dan Mahendra bertanya giliran, pasalnya istri dan anak-anaknya tidak membawa satu kantung belanjaan sama sekali.

"Kita bukan abis belanja"

"Lah terus?" Arion bertanya sambil mengernyitkan dahinya, ia bingung.

"Kita abis dari rumah sakit"

Mereka semua melihat Jovanka, Aksa, Rea, dan Zailine. Tapi terlihat bahwa mereka baik-baik saja. Tunggu- masuh ada anggota keluarga yang bersembunyi dibelakang Zailine.

"Leen..." Keenan memanggil sepupu terkecilnya itu yang masih tetap bersembunyi.

"Aileen" Aladri berdiri dari duduknya dan menghampiri Aileen yang berdiri di belakang Zailine.

Mau tidak mau Aileen harus menghadapi mereka semua. Aileen menggeser sedikit demi sedikit tubuhnya agar terlihat.

"Kamu kenapa?" Aladri menangkup kedua pipi Aileen dengan tiba-tiba.

Adhitama, Mahawira, Mahendra, Keenan, dan juga Arion menghampiri Aileen. Mereka ingin mengetahui apa yang terjadi pada anggota termuda keluarganya.

"Aileen gapapa Kak" Aileen mencoba tersenyum. Dia memang baik-baik saja bukan?

"Mih... "Aladri memanggil Jovanka, seolah meminta penjelasan apa yang menimpa adik kecilnya itu.

"Jelasin sama Kakak kamu itu" Jovanka menyuruh Aksa, dia harus bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya sampai membuat Aileen seperti itu.

"Aksa gak sengaja niup bahan es krim terus kena mata Aileen" Sumpah, rasanya jantungnya itu akan copot, tangannya saling mengait dan berkeringat. Ia takut menjadi sasaran amarah semua orang.

"Jadi kamu yang udah nyebabin Aileen kaya gini?" Aladri bertanya dengan suara dinginnya membuat Aksa menelan salivanya dengan susah payah.

"Kakak udah bilang, kalo becanda jangan keterlaluan" Perkataan Arion membuat Aileen merasa bersalah pada Aksa.

"Kekanakan" Okay perkataan Keenan membuat Aksa semakin menurunkan bahunya, benar ia sudah dewasa tapi pikirannya masih seperti anak-anak.

"Kak udah. Kak Aksa kan gak sengaja" Aileen mencoba menghentikan mereka semua yang menyudutkan Aksa.

"Kakak pernah ngajarin kamu buat nyakitin adik kamu sendiri?" Tapi Aladri terus menyudutkan Aksa.

Aksa hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu udah nyakitin adik kita! Adik kamu sendiri! Kamu mau Kakak nyakitin kamu?"

Aileen meraih pinggang Aladri dengan tangan kanannya, dan meraih pinggang Aksa dengan tangan kirinya. Aileen memeluk mereka berdua "Jangan marahin Kak Aksa, Kak Aksa gak sengaja. Lagian Aileen baik-baik aja. Jangan jadiin Aileen alesan buat kalian saling berantem, Aileen gak suka kalian berantem"

"Maafin Aksa Kak. Maafin Kakak Leen" Aksa memeluk mereka berdua.

"Maafin Kakak juga" Aladri membalas peluka mereka, disusul Ario, Rea dan juga Keenan. Pemandangan yang membuat para orang tua tersenyum, pemandangan yang menghangatkan hati.

TBC

Gimana ceritaaanyaa? Makin ngebosenin yaaaa? Yg vote berkurang, yang komentar juga berkurang drastis huhuuu :'))

Penulis abal abal kaya aku cuman butuh dukungan dari kalian. Tapi sekali lagi makasih buat kalian yg masih setiaaaa yaaaa. ❤❤❤

Jangan lupa cek work aku yang lain, khususnya yg baruuuu

15-09-2019

My Possessive Brother's (TELAH TERBIT) (Part Of Possessive)Where stories live. Discover now