29. Teddy in Action.

Mulai dari awal
                                    

"Ya kan lo juga sama gue." jawab Hanbin tidak mau kalah.

Lisa tersenyum jenaka, "Idih bilang aja kamu mau ajakin aku kan ? Minta ditemenin, minta dipijit kalo udah selsai main ? Gitu kan ? Ckck kebiasaan kamu tuh."

Hanbin mengapit kedua pipi Lisa membuat wanita itu mengerucutkan Bibirnya, gemas.

"Lah udah tau kenapa masih tanya ?"

"Umm- aku pasti gak diijin Papa kalo keluar kota apa lagi sampe nginep, jadi aku gak ikut aja deh ya- meskipun aku pengen sih." suara Lisa terdengar melemah pasrah diakhir kalimat, membuat Hanbin benar-benar gemas dibuatnya.

"Biar gue yang ijin ke Papa lo ya. Nanti malam mending lo sama Jennie belanja kebutuhan buat ke bogor, urusan orang tua lo biar itu jadi tanggung jawab gue."

"Bin-"

Perkataan Lisa dibungkam oleh Hanbin yang berhasil menempelkan bibirnya pada bibir ranum cewek itu, membuat Lisa semakin blushing dan memanas seketika.

"Apalagi ?"

Lisa menggeleng. Tersenyum begitu manis dan menepuk kepala Hanbin pelan.

"Kalo gak menang aku kebiri kamu ya-" candanya.

Hanbin tersenyum misterius, dia mengangguk mantap. "Iya siap nyai, nanti kalo gue menang....." perkataanya sengaja menggantung, dia mendekatkan wajahnya pada telinga Lisa. "...siapin 'pengaman' aja yang banyak." sambungnya.

Membuat Lis membulatkan mata belonya bersiap menghantam kepala Hanbin namun naas niatnya itu harus pupus karena cowok itu sudah tunggang langgang berlari meninggalkan Lisa. Wajah Lisa sedikit memerah, memang bukan hal baru mereka melakukan hal 'itu' namun tetap saja jika dikatakan secara frontal Lisa akan sangat malu seperti sekarang.

"Untung sayang." gumam Lisa.

Jauh dalam hatinya cewek itu merasa senang sekali, entah wahyu dari mana kekasihnya itu bisa semanis ini. Memang bukan sekali saja Hanbin bersikap seperti itu, Lisa sangat tau jika Hanbin sudah begitu mungkin cowok itu sedang merasakan sakit malarindu haha entahlah yang jelas sore ini Lisa bahagia.

****

"Semalam nginepnya kok Om sama Jennie juga, banyak cewek yang ikut perwakilan cheers dari Pelita juga ikut kok om."

Teddy terdiam, ayah dari Lisa sekaligus kepala sekolah SMA Pelita itu menatap Hanbin lamat-lamat. Berani sekali, pikirnya.

Sebenarnya dia sedikit risau ketika mengetahui anak semata wayangnya dipacari cowok modelan Hanbin, sudah sok jago sok berkuasa pula terlebih dia sangat tau bagaimana sikap Hanbin terhadap Lisa, semua guru sudah mengeluh tentang perilaku bodo amatnya Hanbin yang sering sekali tertangkap sedang melakukan skinship di lingkungan sekolah meskipun Lisa menolak. Teddy memang paham betul, Ayahnya-Anggoro adalah pemilik sah dari Pelita hanya saja tetap prinsipnya uang bukanlah Tuhan, dia ingin lelaki baik untuk putrinya.


"Lisa, kamu dirumah aja ya." seru Teddy lembut namun terdengar tegas.

"Pah, kan Hanbin bilang banyak anak cewek juga. Udah lah biarin aja Lisa ikut, hitung-hitung pengalaman biar ada bekal cerita buat anaknya nanti." bela Dara sang Ibu.

Hanbin mengerling pada Dara, sementara Lisa sibuk mengatur ekspresi nya sedatar mungkin dia tidak ingin terlihat menyedihkan didepan Ayahnya, dia ingin ikut namun dia tidak bisa berbuat apa apa jika Ayahnya mengatakan tidak.

Teddy berdehem dan menatap Lisa. "Kamu beneran yakin mau ikut ? Disana banyak cowok gak bener Papah tau banget gimana gelagatnya anak-anak basket disekolah." ujar Teddy bermaksud menyindir Hanbin.

Hanbin mencebikan bibirnya, ingin melawan namun dia tidak bisa. Bisa-bisa dia dipecat sebagai menantu.

"Anu- Lisa pengen ikut lagian ada Jennie juga, Papa tau kan Jennie pasti jagain Lisa terus disana ada Han-"

"Halah, justru yang Papa takut itu Hanbin. Kamu gak aman kalo sama dia, jangan nganggap papa gatau kelakuan Hanbin selama ini." sela Teddy yang otomatis perkataanya itu membuat Hanbin Lisa dan Dara membelalakan matanya.

"Om, masa gak percaya sama saya ? Anak om itu pacar saya, kewajiban saya ya jagain anak om kok malah takut karna ada saya." protes Hanbin.

"Kalo benar begitu, kamu gak bakalan bikin leher anak saya merah-merah ! Masih bocah mainanya udah jauh, pusing saya setiap malam mikir berdoa biar Lisa gak sampai ketipu sama cowok buaya kaya kamu."

"Astagfirulloh om" seru Hanbin.

Wajahnya Lisa sudah memerah, dia kira Ayahnya selama ini tidak tahu perihal bekas kissmark yang sering Hanbin berikan pada lehernya. Namun rupanya Teddy sudah sangat hapal dengan itu, lalu kenapa selama ini orang tuanya hanya diam.

"Udah dong Pah, biarin aja Lisa pergi. Kaya gak tau masa muda aja, inget dulu kita kaya gimana ?" celetuk Dara yang membuat Teddy diam tak bisa mengelak, benar memang dimasa mudanya mereka tak jauh beda hanya saja tidak separah Hanbin dan Lisa.

"Lisa mau ikut Pah." cicit Lisa takut-takut.

Teddy menghela nafas pasrah. "Oke terserah kamu, tapi Papa gamau ya ada hal-hal aneh nanti. Dan Hanbin..." matanya menatap Hanbin tajam, sementara Hanbin dengan gentle membalas tatapan Teddy percaya diri. "....selama disana jaga jarak dari Lisa minimal 5meter !!!"

"WHAT ???"


-TBC -

Maaf ya baru up sebenernya udah banyak banget draft yang aku tulis tapi berhubung banyak banget kerjaan dadakan jadi aku males revisi dan publish hehe

Selamat membaca.

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang