Part 36 - Kesayangan

114 16 15
                                    

"Sebagai anak laki-laki pertama harus bisa mengganti posisi Papa"

...

"Hoammm" Riko menguap dan mengulatkan badannya begitu bangun dari tidurnya.

"Silau amat, jam berapasih?" tanyanya sendiri dan melihat ponsel yang ada diatas meja.

"Hah! Tengah sembilan" kejut Riko langsung bangun dari tidurnya, berlari kecil menuju kamar mandi.

DRRTT DRRTT

Ponsel Riko bergetar, membuatnya tak jadi ke kamar mandi untuk mengangkat telfon dulu.

"Eh bro, lo dimana sih kita udah ada di ruang musik nih" ucap seorang disebrang sana, adalah Bimo.

"Iya otw" balas Riko dan langsung menutup sambunganya.

Riko langsung berjalan menuju kamar mandi.

"Otw ke kamar mandi maksudnya" gumam Riko sambil berjalan.

Setelah semuanya rapi, Riko berjalan keluar kamar, namun berhenti saat dibelakang pintu.

"Kenapa gue ada di rumah, bukannya gue lagi kabur dari rumah, harusnya kan gue pulang ke rumah Aldo" ucap Riko dalam hati

Riko membayangi kejadian semalam terakhir sebelum kehilangan kesadaran.

"Terakhir gue sadar ada dimarkas" gumamnya

Markas itu memang tempat pelampiasan Riko jika pikirannya sedang kacau, Riko masih gabung dengan teman-teman nakalnya waktu kelas tujuh SMP, dan gabungan para abang-abang yang sudah dewasa dari Riko.

Jika sudah kumpul, disitu seperti mengadakan acara hiphop yang diselingi lagu-lagu metal dan DJ.

Riko dan seorang pria dewasa sedang duduk dibatang pohon besar yang roboh, pria dewasa itu ketua geng dimarkas ini.

"Bray! Gue mau nanya sama lo" kata seorang pria yang lebih tua beberapa tahun darinya. Dengan setengah sadar karena mabuk.

"Tanya aapa baang?" ucap Riko juga setengah sadar karena mabuk, keduanya berbincang sambil diselingi meminum dari botol yang dipegannya.

"Lo setia banget ke markas ini, walau tidak setiap hari, emang orangtua lo gak nyariin?" ucap pria itu ke Riko nada sempoyongan

"Dia gak sayang gue bang, dia udah gak peduli sama keluarganya" jawab Riko dengan nada sempoyongan.

"Oke oke bagus, lo anak muda paling ganteng dipenghuni geng gua, lo terus bertahan di geng gua ya, tapi gua juga gak maksa kalo lo mau keluar dari geng gua" ngawur pria dewasa itu lalu meneguk sampai habis air oplosan yang dibotol itu.

Tak kalah dengan Riko, ia ikut meneguk habis air itu dan membuang botolnya kesembarang tempat.

"Malam ini lo udah habis dua botol, lo nginep disini aja, jangan pulang yaa" ucap pria itu makin tidak jelas suaranya.

"Gue harus pulang bang" balas Riko berdiri dan berjalan sempoyongan menuju motor vixion hitamnya yang terparkir diterotoar rumput pinggir jalan.

Biasanya kalau sudah jam sepuluh malam jalanan itu sudah sepi. Kebetulan ada satu mobil lewat dijalan itu, ternyata didalam mobil itu adalah Mamanya Riko, Fifi ditemani supirnya.

Fifi melihat seorang pria yang sedang berjalan sempoyongan menghampiri motornya, tapi remang-remang saat mobilnya masih jauh.

Dan mulai mendekat, Fifi menyadari orang yang dia lihat ditepi jalan adalah anaknya sendiri. Saat itu Riko tengah mengambil helm untuk ia pakai, tapi Riko tidak bisa menahan pusing kepala yang tidak karuan.
Dan Riko pun tersungkur diatas rumput dibalik motornya.

Rindu tak Terbalas (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang