42

2.1K 187 3
                                    

Malam harinya, Jaemin akan pergi ke rumah Alendra. Ia tidak akan membiarkan hubungannya dengan Alendra berakhir begitu saja. Jaemin ingin menyelesaikan kesalahpahaman ini. Ia ingin menjelaskan semua hal yang belum Alendra ketahui dan dia juga akan memperbaiki hubungannya dengan gadis itu.

Motor sport Jaemin melesat memecah keheningan malam. Jaemin berencana untuk membeli kalung sebagai tanda bahwa ia masih sangat menyayangi gadis itu. Sesekali Jaemin menaikan kecepatan motornya karena emosi yang masih menghantui perasannya. Namun Jaemin masih bisa meredam emosinya. Jika saja Jaemin tidak bisa meredam emosinya, mungkin saja Hyunjin sudah habis ditangannya. Hyunjin benar-benar ingin menghancurkan hubungannya dengan Alendra.

Jaemin menepikan motornya di parkiran depan sebuah toko perhiasan yang cukup besar. Jaemin melangkah masuk, lalu menghampiri pegawai toko yang ada disana.

"Permisi mbak, saya mau beli kalung." ucap Jaemin sambil melihat kalung yang cocok untuk Alendra.

"Mau kalung seperti apa kak?" tanya pegawai toko.

"Yang terkesan bagus tapi gak terlalu berlebihan."

"Bagaimana kalo yang ini?" pegawai toko itu mengeluarkan salah satu kalung emas berbentuk hati.

Jaemin menatap kalung itu sejenak.
"Ada model yang lain gak?" tanyanya.

Pegawai toko itu mengeluarkan beberapa kalung dari lemari kaca. Saat sedang melihat beberapa kalung, mata Jaemin tertuju pada sebuah kalung berkilauan berbentuk bunga. Jaemin memandang kalung itu untuk beberapa saat hingga seulas senyuman tipis terukir di bibirnya.

"Saya ambil yang ini aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya ambil yang ini aja." Jaemin menunjuk kalung itu.

"Tunggu sebentar ya." balas pegawai itu ramah.

15 menit kemudian pegawai itu menghampiri Jaemin dengan membawa kotak berwarna berwarna biru navy. Setelah membayar kalung itu, Jaemin pergi ke parkiran lalu mengendarai motornya menuju rumah Alendra.

---

Di bawah sinar bulan dan keindahan langit malam yang dihiasi bintang-bintang bertebaran, Alendra sedang duduk di balkon kamarnya. Sesekali ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya seolah-olah banyak hal yang kini tengah di alaminya.

Alendra berpikir apakah keputusannya untuk memutuskan hubungan dengan Jaemin adalah keputusan yang benar? Ataukah mungkin ia harus memaafkannya dan membuka lembaran baru? Alendra tak henti-hentinya memikirkan hal itu.

Untuk menghilangkan dan tidak ingin terlalu larut dalam kesedihan, Alendra memutuskan untuk mencari angin di sekitar komplek perumahannya. Alendra menyambar hoodie berwarna putih miliknya, menutup pintu balkon kamar lalu keluar dari kamarnya.

"Kak, gue mau cari angin dulu ya."

Minhyun menoleh kepada adiknya yang berdiri tak jauh darinya. "Mau kemana? Udah malem dek." ujarnya.

"Cuman jalan-jalan di sekitaran sini aja kok,"

Melihat adiknya yang dari tadi hanya diam di kamar membuat Minhyun mengizinkan Alendra untuk mencari udara segar. "Yaudah hati-hati ya, kalo ada apa-apa telfon gue." ujarnya menatap mata adiknya yang sedikit bengkak.

"Iya kak." balas Alendra lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah.

Hembusan angin malam membelai kulit putih gadis itu. Kedua tangannya meraih tudung hoodie lalu memakainya untuk menutupi kepala. Mata Alendra menatap datar jalanan di sekitarnya. Kini pikirannya sedang kosong. Alendra sedang tidak ingin terus memikirkan masalahnya dengan Jaemin. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya lalu pulang kerumah. Berjalan sendirian di malam hari sebenarnya membuat Alendra sedikit takut. Namun jika hanya di sekitar kompleknya, mungkin tidak akan apa-apa.

Langkah Alendra terhenti ketika ia sudah berada di sebuah taman yang cukup jauh dari rumahnya. Ia melihat ayunan yang mengingatkannya akan masa kecilnya. Semasa ia kecil, Alendra sering bermain disana. Jika ia sedih, kakaknya selalu mengajak Alendra bermain disana.

Saat ini Alendra tiba-tiba teringat kepada orang tuanya yang sedang bekerja di luar negeri. Ia merindukannya. Merindukan pelukan hangat kedua orang tuanya, merindukan canda tawanya, merindukan masakan ibunya, merindukan waktu-waktu bersama mereka.

Alendra melirik jam tangan putih di tangannya yang menunjukan pukul 20.15. Alendra beranjak dari kursi taman lalu melangkahkan kaki menuju rumahnya.

Saat dalam perjalanan pulang, langkah Alendra terhenti. Entah mengapa ia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Alendra menoleh ke belakang, namun ia tidak menemukan siapapun di belakang sana.

"Kok aneh ya, apa cuma perasaan gue aja?" batin Alendra.

Alendra kembali melangkahkan kaki nya, namun di menit selanjutnya Alendra kembali merasakan hal yang sama. Ia menoleh ke belakang lagi namun tetap sama, ia tidak menemukan siapapun atau melihat seseorang di belakangnya.

Alendra bergidik ngeri, sepertinya ada sesuatu yang mencurigakan di sekitarnya. Alendra melanjutkan langkahnya dengan waspada, sesekali mata nya melirik ke kanan dan ke kiri. Firasat Alendra mengatakan bahwa ia diikuti oleh seseorang. Ia bisa mendengar langkah kaki seseorang. Alendra mempercepat langkahnya, namun suara langkah kaki seseorang di belakangnya juga semakin cepat.

"Hmmmpphh!"

Seseorang bersarung tangan hitam menutup mulut Alendra. Alendra terus berusaha untuk melepaskan dirinya dari pria itu.

"Arghh!"

Alendra menginjak kaki pria bersarung tangan hitam itu membuat pria itu memegangi kakinya yang kesakitan. Begitu pria itu melepaskan dirinya, Alendra segera lari menjauhi pria itu. Alendra berlari keluar dari komplek perumahannya, entah ke arah mana ia sendiri tak tahu pasti. Yang penting ia berhasil lari dari pria itu.

Disisi lain, pria bersarung tangan hitam itu masih mengejar Alendra namun ia tidak sendirian. Kali ini ia mengejar Alendra bersama dua orang anak buahnya. Karena merasa lelah, Alendra memperlambat langkahnya membuat usaha Alendra untuk lari dari ketiga pria itu gagal. Kini jarak ketiga pria itu sudah semakin dekat dengan Alendra.

Nafas Alendra tersengal-sengal, ia sudah tak sanggup untuk berlari lagi.  Alendra memutar badannya kebelakang, ketiga pria itu sudah berada di hadapannya.

"Siapa kalian?" Alendra memundurkan langkahnya. Matanya waswas melihat ketiga pria itu secara bergantian.

"TOLONG!!!" teriak Alendra.




Tbc

Minhyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minhyun

Vomment nya yaa gaisss makasiii❤

INVOLUNTARY | NA JAEMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang