36

2.4K 215 7
                                    

Setelah bertanya ruang tempat Jaemin di rawat kepada salah satu staff rumah sakit, Alendra dan Minhyun berjalan menelusuri koridor rumah sakit mencari ruang inap Jaemin.

Seorang dokter keluar ketika Alendra dan Minhyun sudah berada di depan ruang inap Jaemin.

"Dokter, apa pasien sudah bisa di jenguk?" cegat Minhyun.

"Maaf sebelumnya kalian siapa nya pasien ya?" tanya dokter

"Kami temannya," jawab Minhyun.

"Oh, pasien sudah bisa dijenguk hanya saja saat ini pasien sedang tidur. Tapi kalian boleh tunggu di dalam." ucap dokter.

"Terima kasih dok,"

"Sama-sama, kalau gitu saya permisi dulu."

Alendra dan Minhyun masuk ke dalam ruang inap Jaemin. Alendra melihat kepala Jaemin terbalut perban dan terdapat luka di wajahnya namun tidak menutupi wajah tampannya.

"Dek, gue ke kampus dulu ya." ucap Minhyun pada Alendra yang duduk di kursi sebelah ranjang rumah sakit Jaemin.

"Iya." balas Alendra.

Setelah mendengar jawaban dari Alendra, Minhyun keluar dari kamar Jaemin menyisakan keheningan di dalam ruangan itu.

Sekarang Alendra mengerti maksud dari firasatnya terhadap Jaemin kemarin. Andai saja waktu bisa diputar ulang mungkin saja Alendra bisa mencegah hal ini terjadi.

Perlahan mata Jaemin terbuka membuat sinar cahaya masuk ke dalam matanya. Jaemin mengedipkan mata nya beberapa kali lalu melihat Alendra yang sedang larut dalam pikirannya.

"Len."

"Jaemin, lo udah sadar?" tanya Alendra yang tersadar dari lamunannya.

"Gue udah sadar kok, tadi gue cuma tidur aja."

"Sekarang yang lo rasain apa?"

"Jatuh cinta,"

"Ishh, Jaemin gue serius,"

"Iya iya nih gue serius,"

"Serius apa?"

"Serius, kalo gue sayang sama lo,"

Jawaban Jaemin berhasil membuat pipi Alendra memerah. Kini detak jantungnya berpacu cepat. Alendra berdehem untuk menetralkan detak jantungnya.

"Udah ah gue gak mau ngomong," Alendra mengerucutkan bibirnya.

"Loh kok gitu, ya udah kita telepati aja."

Alendra masih tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Oh gue tau lo lagi ngomong apa?"

"Apa?"

"Tuh kan bener,"

Alendra berfikir perkataan Jaemin ada benarnya juga. Tapi tetap saja Jaemin sudah mengerjainya. Namun ia suka ketika Jaemin mengerjainnya, Jaemin selalu bisa menghibur Alendra.

"Ih tau ah."

Jaemin terkekeh mendengar jawaban Alendra.

"Lo udah makan?" tanya Jaemin.

"Udah."

"Lo kesini sama siapa?"

"Gue kesini sama kakak gue. Cuma tadi dia pergi ke kampus."

"Oh gitu."

"Jaemin, lo liat muka orang yang nyerang lo?" tanya Alendra dengan hati-hati.

"Gue cuma liat matanya," jawab Jaemin.

"Kenapa lo nanya gitu?" lanjut Jaemin.

Alendra menundukan kepalanya. "Gue takut kalo orang itu belum di tangkep, dia bakal lakuin hal itu lagi ke lo." ujarnya.

Jaemin melihat butiran air mata yang menetes di tangan Alendra. Ia tahu bahwa gadis itu sedang menahan tangisnya. Jaemin mengepalkan tangannya, ia takut jika Alendra adalah sasaran selanjutnya. Entah mengapa atau hanya firasat nya saja, Jaemin tiba-tiba berpikiran seperti itu. Jaemin tidak akan membiarkan hal itu terjadi, ia pasti akan selalu melindungi Alendra apapun kondisinya.

Jari jemari Jaemin menyentuh tangan Alendra, membuat gadis itu mengangkat kepalanya.

"Gue gak apa-apa, lo gak usah khawatir." Jaemin menyeka butiran air mata yang membasahi pipi Alendra.

"Bisa gak lo gak usah bilang lo gak apa-apa padahal lo kenapa napa," mata Alendra menatap sendu lawan bicaranya.

"Lo gak usah khawatir. Percaya sama gue."

Jaemin membawa Alendra ke dalam pelukannya. Sesekali tangannya mengelus lembut pucuk kepala Alendra. Alendra semakin memecahkan tangisannya ketika ia sudah berada di pelukan Jaemin. Saat ini fikiran Jaemin terpenuhi oleh kejadian di apartemen kemarin. Ia juga mengerti bahwa Alendra khawatir akan dirinya, namun ia juga tidak ingin melihat Alendra sedih.

Karena memikirkan masalah yang terjadi, membuat kepala Jaemin terasa sakit. Alendra merasakan gerak-gerik Jaemin berubah. Alendra melepas pelukannya lalu mendapati Jaemin yang memegang kepalanya dengan wajah yang pucat.

"Jaemin lo kenapa?"

"Kepala gue sakit,"

Seketika Alendra panik. Alendra segera memanggil dokter. Beberapa menit kemudian dokter masuk ke kamar inap Jaemin, lalu menyuruh Alendra untuk menunggu di luar.

"Dok Jaemin gapapa kan?" tanya Alendra ketika dokter keluar dari kamar inap Jaemin.

"Pasien tidak apa-apa, namun lebih baik ia tidak boleh memikirkan hal yang berat. Pasien masih butuh istirahat," jawab dokter yang baru saja memeriksa keadaan Jaemin.

"Terima kasih dok,"

"Sama-sama,"

Usai berbicara dengan dokter, Alendra kembali masuk ke dalam ruang inap Jaemin. Ia merasa bersalah karena membuat Jaemin mengingat kejadian kemarin.

"Jaemin, lo istirahat ya," pinta Alendra pada Jaemin.

"Iya, tapi lo pulang ya. Lo juga harus istirahat." ucap Jaemin dengan wajah pucatnya namun tidak mengurangi ketampananya.

"Gue telfon Jeno ya?" lanjut Jaemin.

"Gak usah, gue bisa sendiri kok,"

"Yaudah, hati hati. Kalo udah sampe rumah telfon gue,"

"Iya."








Tbc

Tbc

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
INVOLUNTARY | NA JAEMIN ✔Where stories live. Discover now