Nastar

2.1K 231 91
                                    

Arthit berlari cepat diantara lorong stasiun menjemput mae nya..



Hari ini mae beri kabar mau datang membawa makanan kesukaan arthit, meskipun sedikit terkejut tapi arthit tetap senang.



Saat melihat sosok tubuh wanita itu arthit langsung berlari berteriak "Mae.." dan memeluk arthit.





Saat dalam kamar asrama arthit, mae nya keluarkan banyak kotak makanan isinya penuh dengan makanan kesukaan arthit..



Ada brownis..

Ada bolu keju..




Dan kue nastar..

Nastar?






Arthit hanya mampu tersenyum pahit lalu menuju pintu yang sedang diketuk..





Kongpob masuk dan memberikan salam pada mae arthit sambil membantu arthit bereskan isi kulkas mini nya.






"Kongpob sajalah jadi anak ku, lihat lah dia tampan dan manis dan pintar bersihkan kulkas, kamu arthit?" Kata mae arthit.





Arthit kemudian menjawab "aku? Aku cuma pintar merayu kongpob untuk bersihkan kulkas itu" lalu tertawa.







Setelah semua selesai, arthit kongpob dan mae nya duduk dimeja makan kecil dikamar arthit sambil minum teh lemon dan memakan nastar.







Mata arthit menatap sendu nastar itu sambil tersenyum pahit..






"Bagaimana kuliah kalian dua?" tanya mae arthit.




"Kuliah saya lancar tante" jawab kongpob.






"Pasti banyak yang naksir kamu ya kongpob, ahh kl tante masih muda, pasti sudah tante kejar kamu" kata mae arthit sambil tertawa.







Kongpob tersenyum mendengarkan canda mae arthit tapi juga bingung karena arthit seperti melamun memegang nastar.









Mae arthit yang sadar kongpob sedang menatap arthit lalu berkata " arthit, mae mau bicara sesuatu"









"Kalau begitu, saya permisi dulu tante" kata kongpob







"Loh mau kemana, disini saja, yang mau tante omongkan bukan hal rahasia" jawab mae arthit.







Mae arthit mulai mengelus kepala arthit dengan lembut berkata "kamu tidak jiarah papa kamu nak?"





Kongpob yang paham kemana arah pembicaraan mereka hanya bisa diam sambil terus menatap arthit yang masih terus memandangi nastar itu.







"Kamu belum memaafkan nya? Sudah berapa tahun ini sayang, kewajiban kamu sembahyangi dia nak" masih kata mae arthit sambil mengelus kepala arthit.







"Sembayangi siapa Mae? Jiarahi siapa? Laki2 yang pergi meninggalkan ku dan memilih tertawa dengan keluarga baru nya?" kata arthit pelan tapi dingin.









Mae arthit masih terus mengelus kepala nya dengan lembut lalu berkata "bagaimana pun dia, laki2 itu yang ditetapkan surga menjadi papamu nak, lepaskan kebencian mu"









"Untuk membenci dia, aku harus lebih dulu mencintainya Mae, dan aku tidak pernah mencintainya, dia hanya bayangan untuk ku" jawab arthit sambil bangkit berdiri







Just Another Ordinary Day Where stories live. Discover now